You are on page 1of 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.

Menua merupakan masa perubahan yang dialami individu baik fisik maupun psikologi akibat penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan yang berbeda dengan usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan dukungan dari orang di sekitarnya. Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia. Pada tempat tersebut dapat diperoleh manfaat antara lain, lansia dapat mengetahui status kesehatannya juga kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia. Dalam posyandu lansia, terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari kontak sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat hidup mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima. Tingkat usia yaitu midle age(45-59 tahun), elderly age(60-70 tahun), old age(70-90 tahun), dan very old age(> 90 tahun). Lansia yang beresiko tinggi adalah lansia yang berusia di atas 60 tahun. Pada sebagian besar lansia banyak yang mengalami perubahan berbagai fungsi tubuh baik secara fisiologis, psikologis dan perubahan psikososial. Dari perubahan-perubahan tersebut sehingga timbulah suatu keluhan-keluhan pada tubuhnya tetapi belum mengetahui penyakitnya secara pasti. Dengan ditunjang oleh pola perilaku yang kurang tepat, seperti makan-makanan yang tinggi garam, tinggi lemak, merokok, minum kopi, dan lain-lain semakin menambah kompleksitas masalah lansia. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan tugasnya sehari1

hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992). B. Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia. a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut. b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah. c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia. d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan lingkungan. e. Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan terhadap lanjut usia. f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia. g. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut usia.

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Teori a. Pengertian Menua atau menjadi tua

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan diri atau

mengganti

mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita. (Contantinides 1994). Usia lanjut merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik fisiknya masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahan yang tidak lagi mampu berperan secara konstruktif dalam pembangunan. (Depsos RI 1997). Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain : Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
3

Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.

Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.

Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.

Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.

Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.

b. Batasan Usia Lanjut Menurut WHO: 1. Middle age (usia pertengahan) 45-59 tahun 2. Elderly (lanjut usia) 60-74 tahun 3. Old (lanjut usia tua) 75-90 tahun 4. Very Old (usia sangat tua) > 90 tahun

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan Hereditas: keturunan/ genetik Nutrisi/ makanan Status kesehatan Lingkungan Stress

d. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia 1. Perubahan Fisik a. Sel Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan sel terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati. b. Sistem persyarafan Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca indera, kurang sensitive terhadap sentuhan, hubungan persarafan menurun. c. Sistem pendengaran Presbiakusis/ gangguan pendengaran, hilang kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi dan tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, terjadi pengumpulan ceruman dapat mengeras. d. Sistem penglihatan Spingter pupil timbul sclerosis, hilang respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa, hilangnya daya akomodasi, menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala, menurunnya lapangan pandang, menurunnya elastisitas dinding aorta, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% pertahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, TD meningkat. e. Sistem pengaturan suhu tubuh Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek menggigitdan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
5

f. Sistem respirasi Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari silia-silia paruparu kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar, menurunnya O2 pada arteri menjadi 75 mmHg, menurunnya batuk. g. Sistem gastrointestinal Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan kalori, mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya, terjadi penurunan produksi saliva, karies gigi, gerak peristaltik usus dan pertambahan waktu pengosongan lambung. h. Sistem genitourinaria Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi menurun, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesikel vrinaria susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva. i. Sistem endokrin Produksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldesteron,

menurunnya sekresi hormon kelamin. j. Sistem integument Kulit mengerut/ keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respon terhadap trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi keras dan seperti bertanduk, kelenjer keringat berkurang. k. Sistem muskulokeletal Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan menjadi sclerosis, atrofi serabut otot.

2. Perubahan Psikologi Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami penurunan, adapun perubahan psikis yang terjadi menurut Stevens dan Hurlock 1980 adalah: a. Pengamatan Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan sekelilingnya. b. Daya ingat Cenderung masih mengingat hal yang lama disbanding dengan hal yang baru. c. Berpikir dan argumentasi Terjadi penurunan dalam pengmbilan keputusan/ kesimpulan. d. Belajar Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih lama untuk dapat mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal yang baru. e. Perubahan sosial Lanjut usia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan sosial atau menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, secara kualitas maupun kuantitas, yaitu: kehilangan peran, kontak sosial dan berkurangnya komitmen karena merasa sudah tidak mampu (Hurlock, 1990). f. Perubahan spiritual Hubungan horizontal, antar pribadi berupaya menyerasikan hubungan dengan dunia.

e. Penyakit-Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lanjut Usia 1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah. 2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.

Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya. Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh. 3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi. 4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
8

5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi. 6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal. 7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obatobat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut. 8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan

berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena

gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang

normal ataupun tidak khas.

Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas. 9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain. 10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan

pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya. 11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
10

12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. Tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari. 13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain. 14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.

11

B. Pola Hidup Sehat Pada Lansia Pola hidup sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau serta mampu melakukan perilaku hidup sehat. Gaya hidup sangat mempengaruhi penampilan untuk menjadi awet muda dan panjang umur atau sebaliknya. Mengatur pola makan setelah berusia 70 tahun keatas, sangatlah penting. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat. Tidak dapat disangkal, banyak kendala yang dihadapi manusia saat memasuki pertambahan usia dan mulai menua. Terutama bila sejak muda tidak menerapakan pola hidup sehat atau sudah terserang beragam penyakit seperti stroke, hipertensi, jantung, dan sebagainya. Bahkan ketajaman penglihatan manusia sudah berkurang sejak berusia 40 tahun. Kemampuan tersebut berkurang terutama untuk melihat jarak dekat sehingga memerlukan kaca mata berlensa cembung. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun mudah diatasi dengan menggunakan kacamata. Penyebabnya bisa bermacam-macam namun lebih sering karena ketuaan itu sendiri dan akibat kencing manis. Masa tua bagi sebagian masyarakat adalah masa-masa yang menakutkan oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk menyiapkan investasi kesehatan diusia tua. Penuaan adalah sebuah proses alami. Setiap orang akan mengalami fase yang mengarah kepada penuaan. Seseorang dianggap berhasil menjalani proses penuaan jika dapat terhindar dari berbagai penyakit, organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik, serta kemampuan berfikirnya/ kognitif masih tajam. Para lansia yang berhasil mempertahankan fungsi gerak dan berfikirnya dianggap berhasil menghadapi penuaan sehingga dapat bekerja aktif terutama disektor informal. Mereka biasanya dapat berbagi pengalaman dan telah mencapai tahap perkembangan psikologis dimana mereka dianggap bijaksana menyikapi kehidupan dan mendalami kehidupan spiritual. Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu melakukan mempertahankan kemudian pola hidup sehat dengan menkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik/ olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Rencana hidup yang realistis seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa lanjut usia, paling tidak individu sudah punya bayangan aktivitas apa yang akan dilakukan kelak bila pensiun sesuia dengan kemampuan dan minatnya. Berdasarkan prinsip tersebut maka lanjut usia merupakan usia yang penuh
12

kemandirian baik dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari, bekerja maupun berolahraga. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi, dan social, seseorang dapat memilih masa tua yang lebih membahagiakan, terhindar dari banyak masalah kesehatan. Pola hidup dan pola makanan juga bisa mempengaruhi terjadinya proses penuaan. Misalnya pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupuin jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah dan sebagainya. Juga makanan yang melebihi kebutuhan tubuh yang bias menyebaabkan obesitas atau kegemukan. Pola hidup juga bisa mempengaruhi hal tersebut terutama kurangnya aktifitas fisik. Akibatnya, timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes militus atau kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-lain. Jika sudah terjadi penyakit tersebut harus diterapi dan selanjutnya harus menerapkan pola hidup maupun pola makan yang benar, sehingga kerusakan yang terjadi tidak menjadi lebih berat. Menginjak usia 40 tahun keatas, tidak perlu menghindari pada satu jenis makanan tertentu. Sepanjang orang tersebut dalm keadaan sehat atau tidak menderita suatu penyakit, tidak perlu menghindari terhadap jenis makanan tertentu. Terpenting adalah selalu menerapakan pola hidup maupun pola makan yang sehat. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pola hidup sehat pada Lansia: 1. Faktor Makanan Usia tua sudah di mulai pada umur 40 tahun, karena perkembangan fisik akan menurun, tapi perkembangan mental terus berlangsung. Mulai saat itulah kita harus bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan yang hanya di sukai dan yang memberi kepuasan, karena enak di mulut. Tapi memikirkan akibatnya dalam tubuh, karena bukan lagi kesehatan jadi baik, tapi sudah membuat penyakit di tubuh kita. Bagi lansia sebaiknya mengkonsumsi makanan seperti sayuran segar yang di cuci bersih dengan pestisida, buah segar, tahu, tempe yang berprotein tinggi. Terutama hati yang banyak mengandung gizi seperti kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, B12 dan vitamin C.

13

2. Faktor Istirahat Istirahat yang cukup sangat di butuhkan dalam tubuh kita. Orang lansia harus tidur lima sampai enam jam sehari. Banyak orang kurang tidur jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah, dan stress. Bila kita kurang tidur hendaknya di isi dengan ekstra makan. Dan bila tidur terganggu perlu konsultasi ke dokter. Hobi untuk menonton televisi boleh saja, tapi jangan sampai larut malam. 3. Olahraga Olahraga yang teratur apapun itu, baik untuk kesehatan kita seperti senam, berenang, jalan kaki, yoga, taichi, dan lain-lain. Berolahraga bersama orang lain lebih menguntungkan, karena dapat bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan baru, mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan makan bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi hari setelah subuh. Dimana udara masih bersih. Berolahraga dapat menurunkan kecemasan dan mengurangi perasaan depresi dan lowself esteem. Selain fisik sehat jiwa juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat di usia tua. 4. Faktor Perilaku a. Perilaku yang dianjurkan Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mau menerima keadaan, sabar, dan optimis serta meningkat rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan. Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama manusia.

Olahraga ringan tiap hari. Makan sedikit tapi sering, dan pilih makanan yang sesuai serta banyak minum. Berhenti merokok dan minum minuman keras. Minum obat sesuai dengan anjuran dokter/ petugas kesehatan yang lain.
14

Mengembangkan hobi sesuai kemampuan. Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan sex. Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.

b. Perilaku yang kurang baik Kurang berserah diri. Pemarah, merasa tidak puas, murung, dan putus asa. Menyendiri. Kurang gerak. Makan yang tidak teratur dan kurang tidur. Melanjutkan kebiasaan merokok dan minum minuman keras. Minum obat penenang dan penghilang rasa sakit tanpa aturan. Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan. Menganggap kehidupan sex tidak diperlukan lagi dimasa tua. Tidak memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.

Diantara manfaat yang bisa didapat dengan menerapkan pola hidup sehat pada usia Lansia adalah hidup akan menjadi lebih taqwa dan tenang, tetap ceria dan mengisi waktu luang, keberadaannya tetap diakui keluarga dan masyarakat, kesegaran dan kebugaran tubuh tetap terpelihara, terhindar dari kegemukan/ kekurusan dan penyakit yang berbahaya di masa tua, penyakit jantung, paru-paru, dan kanker paruparu dapat dicegah, mencegah keracunan obat dan efek ssamping lainnya, mengurang stress, kecemasan dan membuat merasa awet muda, hubungan harmonis tetap terpelihara, gangguan kesehatan dapat diketahui dan diatasi sesegera mungkin. C. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia Setiap mahkluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan

15

kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal. Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: 1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah : a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dan lain-lain. b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya. 2. Kelompok zat pembangun Kelompok ini meliputi makanan makanan yang banyak mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan olahannya. 3. Kelompok zat pengatur Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi. Penyerapan makanan di usus menurun.

16

b. Gizi Tepat Untuk Lansia Kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat cepat. Misalnya sebagian besar lansia wanita membutuhkan asupan mineral kalsium sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk memperlambat proses kerusakan tulang. Di lain pihak, kebutuhan kalori justru mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan ini berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik dan metabolisme basal tubuh (Metabolisme: proses kimiawi dalam tubuh untuk melaksanakan berbagai fungsi pentingnya). Sehingga jika bertambahnya usia tidak diimbangi dengan penurunan asupan kalori maka terjadinya obesitas atau kegemukan, kemungkinan besar tidak dapat dihindari. Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, dan tinggi rendahnya tingkat aktivitas fisik seseorang. Di samping itu, angka kecukupan gizi untuk pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh. Cara mengatur makanan bagi lansia adalah : Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan). Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling).

17

Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin sekali. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
18

Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air. c. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai

kompensasi, banyak orang lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah. Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Semuanya ini berisiko menimbulkan kurang gizi. d. Menu Sehat Bagi Lansia 1. Perencanaan Makanan untuk Lansia a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
19

Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dan lain-lain. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goringgorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang, kurangi makanan yang digoreng. Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut : Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria. Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal. Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat adalah nasi, roti, mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dan lain-lain. Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dan lain-lain.

20

Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.

Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50 gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.

Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dan lain-lain.

Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian seperti kacang.

Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dan lain-lain. Kalsium penting untuk kesehatan tulang. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi kecil. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang terlalu gurih dan manis. Batasi minum kopi atau teh. Hindari rokok dan alkohol.

2. Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara lain (Dickinson A, 2002) : a. Beta-glucan. Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan
21

bahwa beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil). b. Hormon DHEA. Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA. c. Protein: arginin dan glutamin. Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil. d. Lemak Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine. e. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain. Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi. f. Mikronutrien (vitamin dan mineral). Vitamin yang berperan penting dalam memelihara sistem imun tubuh orang tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se. g. Zinc. Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan

pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2.

22

h. Lycopene. Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK). i. Asam Folat Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat

meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002). j. Vitamin E Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991). k. Vitamin C. Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae. l. Vitamin A. Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran termasuk paruparu dari invasi

mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
23

multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo. m. Vitamin D. Menghambat respons limfosit Th-1. n. Kelompok Vitamin B. Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular. Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari : Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya. Cobalah menciptakan suasana yang menyenangkan di meja makan semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan selera. Memperkuat daya tahan tubuh. Makanlah makanan yang mengandung zat gizi yang mengandung zat gizi yang penting untuk kekebalan, seperti: biji-bijian utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut. Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut. Santaplah makanan yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan penyerapan kalsium menurun, vitamin D membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh makanan sumber vitamin D adalah susu. Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur. Karena itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung serat, seperti biji-bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau tua.

24

Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak .Santaplah makanan yang mengandung vitamin C, E dan B karoten (antioksidan), seperti: sayuran berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah lain.

Mengurangi resiko penyakit jantung yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan natrium dan harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat yang larut, kalsium dan aklium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering daging tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran.

Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin B6, B 12 dan asam folat Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik, makan rendah lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks. Menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur

Dengan jalan melakukan olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah raga dilakukan menurut porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran setiap orang.

Tetaplah berlatih setiap harinya.

Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan yang harus dilakukan seperti: Olah raga yang teratur dan sesuai Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Istirahat, tidur yang cukup Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat.
25

Menjaga kebersihan Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih. Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.

Memeriksakan kesehatan secara teratur Pemeriksaan konsultasi keberhasilan kesehatan kesehatan dari berkala dan kunci

merupakan

upaya

pemeliharaan

kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurkan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah. Mental dan batin tenang dan seimbang Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk

mengendalikan emosi yang tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan.

26

Rekreasi Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di pantai, ditaman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.

e. Pemantauan Status Nutrisi 1. Penimbangan Berat Badan a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan. b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa : Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm 100) Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm 100 Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang 2. Kekurangan kalori protein Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak

27

mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat. 3. Kekurangan vitamin D Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.

f. Faktor-faktor yang terkait dengan kebutuhan gizi lansia yaitu : 1. Aktivitas Fisik Pada umumnya, para lansia akan mengalami penurunan aktivitas fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan fisik. Penurunan aktivitas fisik pada lansia harus diimbangi dengan penurunan asupan kalori, hal tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif. 2. Kemunduran Biologis Seperti yang sudah diuraikan tadi bahwa memasuki usia senja, sesorang akan mengalami beberapa perubahan, baik secara fisik maupun biologis, misalnya tanggalnya gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang, keropos tulang, rambut beruban, pikun, depresi, sensitivitas indera berkurang, metabolisme basal tubuh berkurang, dan kurang lancarnya proses pencernaan. Oleh karena itu asupan gizi untuk lansia harus disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organ tubuh lansia sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal. 3. Pengobatan Bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat. Pada dasarnya, pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi di lain pihak pengobatan pun dapat mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia, efek ini timbul karena obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat gizi. Oleh karena itu bagi lansia yang harus menggunakan beberapa jenis obat dianjurkan untuk selalu

mengkonsultasikan kepada dokter mengenai kemungkinan terjadinya efek samping obat yang sedang dan akan digunakan selain itu pasien juga
28

dianjurkan untuk meminta saran dari dokter atau ahli gizi tentang pilihan makanan yang sebaiknya dikonsumsi. 4. Depresi dan Kondisi Mental Depresi hampir dialami 12 14% populasi lansia. Perubahan lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian, dan berkurangnya aktivitas menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi dan kurang bersemangat. Akibatnya, selera makan terganggu sehingga secara tidak langsung dapat memicu terjadinya status gizi buruk. 5. Penyakit Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang penyakit. Penyakit-penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi buruk misalnya penderita diabetes mellitus umumnya mempunyai berat badan dibawah normal, hal tersebut disebabkan karena karena defisiensi insulin kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat diserap tubuh untuk diubah menjadi glukogen (energi), dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak (lipolisis) dan protein (proteolisis) untuk dijadikan sumber energi. Jika kondisi ini terjadi secara terus menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein di dalam tubuh berkurang. Akibatnya berat badan akan menurun.

D. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia a. Pendekatan fisik Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian, yaitu: Klien lanjut usia yang aktif, mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sehingga kebutuhan sehari-harinya dapat dilaksanakan sendiri. Klien lanjut usia yang pasif, mereka yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah mempertahankan dan membantu para klien untuk bernafas lancar makan, minum, eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh dalam berjalan, merubah posisi tidur, istirahat, keberhasilan tubuh, memekai dan menukar pakaian, melindungi kulit dari trauma dan kecelakaan.
29

b. Pendekatan psikis Perawatan mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawatan dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,

sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat akrab. Dengan selalu berpegang pada 3 prinsip (3S) yaitu sabar, simpatik, service. c. Pendekatan social Perawatan dapat menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia lain, maupun lanjut usia dan perawatan sendiri dengan mengadakan diskusi, tukar pikiran ataupun bercerita. d. Pendekatan spiritual Perawatan harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan baik dalam hubungannya dengan Tuhan atau Agama, terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. E. Fokus Keperawatan Lanjut Usia Peningkatan kesehatan (health promotion) Penyegaran penyakit (preventif) Mengoptimalkan fungsi mental Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

F. Masalah Gizi Pada Lansia 1. Gizi berlebih Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya: penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
30

2. Gizi kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi. 3. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

G. Aktivitas Lansia Lansia bila memungkinkam dianjurkan untuk berlatih senam tiga kali seminggu. Latihan yang bermanfaat itu minimal 20 menit, dan maksimal 60 menit. Seperti telah disebutkan, sebaiknya senam dikombinasikan dengan olahraga jalan bergantian, misalnya hari pertama senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat jalan kaki, hari kelima senam, hari keenam dan hari ketujuh istirahat. Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk: Menyiapkan otot dan urat agar meregang perlahan dan mantap sehingga mencegah terjadinya cedera, Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit, Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak, dan Menimbulkan rasa santai. Kegiatan ini dilakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku, dan tangan, kaki, lutut, dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi. Latihan ini dilakukan secara lembut, berhati-hati dan bertahap, jangan sampai menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki.
31

Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat. Biasanya diiringi lagu-lagu yang berirama khusus, terkenal, dan menyenangkan. Utamakan gerakan, tarikan, dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul, dan tulang pergelangan tangan. Setelah latihan inti, harus dilakukan pendinginan dengan mengulangi gerakan peregangan seperti pada awal pemanasan, dan lakukan gerakan-gerakan menarik nafas atau ambil nafas dan buang nafas secara teratur.

Jenis kegiatan yang biasa dilakukan lansia: 1. Psikodrama Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia. 2. Terapi aktivitas kelompok (TAK) Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, coleader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar,dan lain-lain.

32

3. Terapi musik Bertujuan untuk menghibur lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu. 4. Terapi berkebun Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. 5. Terapi dengan binatang peliharaan Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang. 6. Terapi okupasi Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. 7. Terapi kognitif Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengisi TTS, dll. 8. Life review therapy Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya. 9. Rekreasi Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan. 10. Terapi keagamaan Bertujuan untuk kebersamaan, pesiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian (bagi yang muslim), kebaktian (bagi yang nasrani), dan lain-lain.

33

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ). Umur manusia sebagai mahkluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia. Selsel menjadi rusak karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah. Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.(Contantinides 1994). Usia lanjut merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik fisiknya masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahan yang tidak lagi mampu berperan secara konstruktif dalam pembangunan. (Depsos RI 1997).

34

Lansia banyak mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia. Pada posyandu lansia dapat memperoleh manfaat antara lain, mengetahui status kesehatannya juga kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia. Disamping itu pada posyandu lansia terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari kontak sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat hidup mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima. B. SARAN Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempurnaan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang membangun kepada semua pembaca. bersifat

35

DAFTAR PUSTAKA Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Santoso, Hanna dan Ismail, Andar. 2009. Memahami Krisis Usia Lanjut. Jakarta: Gunung Mulia. Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib. Lehman AB (1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339353 Arikunto,Suharsimi.1999.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarta: PT Rineka cipta Efendi,N.1998.Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC Gunawan,lany.2004.Hipertensi Dan Tekanan Darah Tinggi.Yogykarat: Penerbit Konisius Leueckenote,AA1998.Pengkajian Gerontologi.Jakarta: EGC Notoadmojo.1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Nugroho,wahyudi.2000.Perawatan Usia Lanjut.jakarta; EGC YIDKR.1985.Perawatan Kesehatan Masyarakat Suatu Proses Dan Praktek Untuk Peningkatan Kesehatan Masyarakat

36

You might also like