You are on page 1of 11

Gambaran Status Gizi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Perbandingan Berat Badan dengan Tinggi Badan serta Faktor-

faktor yang Berhubungan di Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat Periode 20 Oktober - 4 November 2011

Faizah N, Nazirah S, Nurain S, Liyana S Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak Latar belakang Masalah kurang gizi semakin menjadi perhatian karena status gizi merupakan salah satu faktor penting dari kualitas sumber daya manusia. Masalah Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di negara berkembang seperti di Indonesia. Penelitain ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi anak sekolah dasar berdasarkan perbandingan berat badan dan tinggi badan serta faktor-faktor yang berhubungan di Sekolah Dasar Negeri 02 Jelambar Baru, Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Pertamburan, Jakarta Barat yang dilaksanakan pada tanggal 20 Okt0ber sampai tanggal 4 November 2011. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan pendekatan Cross-sectional. Pengambilan sampel sebanyak 108 anak sekolah dasar dilakukan secara Multistage Random Sampling. Data diambil dengan teknik wawancara dengan kuesioner yang telah diuji coba kepada responden. Hasil penelitian didapatkan prevalensi gizi baik sebesar (78,7%) dan sebaran terbesar adalah pendidikan ibu sedang (67,6%), pengetahuan ibu cukup (78,7%), status pekerjaan ibu tidak berkerja (75%), pendapatan keluarga di atas upah minimum pendapatan 65,7%), pola pengasuhan makan kurang (59,3%). Pada uji analitik ditemukan variabel tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, status perkerjaan ibu dan pola pengasuhan makan mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi anak sekolah dasar. Tidak ada hubungan bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak sekolah dasar. Kesimpulan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa status gizi anak sekolah dasar di Kelurahan Jelambar Baru rata-rata baik dan berkaitan dengan faktor-faktor seperti tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga. Kata kunci: status gizi, anak sekolah dasar, faktor-faktor berhubungan

Nutritional Status of Primary School Children Based on Comparison of Weight and Height as well as Factors Related to at Sub-district of Jelambar Baru, Jakarta Barat Periode 20th October- 4th November 2011

Faizah N, Nazirah S, Nurain S, Syairah L Faculty Medicine of Krida Wacana Christian Univeristy

Abstract Background Nutrition deficiency problem has becoming more concerned because nutritional status is the most important factor for quality of human resources. Malnutrition Energy Protein (MEP) is one of major nutrition problems in developed countries such as Indonesia. The aimed of the research is to know the prevalence of nutritional status of primary school pupils in comparison to weight with height and its associated factors with at State District Primary School 02, Sub district of Jelambar Baru, District of Grogol Pertamburan, West Jakarta, which held on 20th October until 4th November 2011. Methode The study design used was analytic study with Cross-sectional approach. Samples taken amounted to 108 pupils with a Multistage Random Sampling. Data was taken with interview techniques by using questioners that have been tested. Result The research showed prevalence of good nutritional status is (78,7%) and largest distribution of mothers middle education level (67,6%), appropriate of mothers knowledge (78,7% ), unemployed mother (75,0%), familys income above the minimal salary (65,7%), low pattern of eat parenting (59,3%). There is a significant association between the nutritional status with the mothers education level, mothers knowledge, mothers employment status, and pattern of eat parenting. Variables that are not significantly associated between the nutritional status with familys income. Conclusion In conclusion, the nutritional status of primary school pupils in Sub district of Jelambar Baru overall is good and related to mothers middle education level , appropriate of mothers knowledge, unemployed mother, familys income above the minimal salary and low pattern of eat parenting. Keyword : The nutritional status, pupils of primary school, associated factors

Pendahuluan Gizi yang baik merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, mulai dari masa prenatal dan berlanjut sampai usia lanjut. Rendahnya status gizi mengakibatkan rendahnya produktivitas dan kemampuan berpikir yang mencirikan rendahnya sumber daya manusia (SDM).Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas.1 Kekurangan gizi menjadi masalah yang umum terjadi di negara-negara sedang berkembang.Sebagai contoh, di negara Kenya, malnutrisi kronis merupakan masalah nasional dengan ratarata 33% berdasarkan perbandingan tinggi badan dengan umur (TB /U) yang menjelaskan seorang anak mewakili setiap anak pendek khususnya pada anak dengan keadaan gizi jelek dan dampak dari pelayanan kesehatan anak yang buruk.Berdasarkan kriteria World Health Organization (WHO), menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta) anak kurang gizi dan 8,3% (1,5 juta) anak gizi buruk.2 Masalah gizi utama di Indonesia masih didominasi oleh masalah gizi kurang yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Kurang Vitamin A (KVA). Anak Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya mereka yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah berhadapan dengan masalah rendahnya derajat kesehatan dan status gizi.3 Berdasarkan Food Agriculture Organization (FAO) tahun 2006, sekitar 854 juta orang didunia menderita kelaparan kronis dan 820 juta diataranya berada di negara berkembang. Lebih dari sepertiga

(36,1%) anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang.4 Dari jumlah tersebut, 350-450 juta atau lebih dari 50% diantaranya adalah anak-anak, dan 13 juta diantaranya berada di Indonesia. 5 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja umur 517 tahun berstatus gizi kurang. Dari data profil kesehatan Jawa Barat pada tahun 2000, diketahui jumlah anak sekolah dasar dengan status gizi kurang sebanyak 2,6%. Berdasarkan survei terhadap 600 ribu anak sekolah dasar di 27 propinsi menunjukkan bahwa anak sekolah yang mengalami pertumbuhan berkisar antara 13,6% di DKI Jakarta dan 43,7% di Kalimantan Tengah. 6 Penelitian yang lebih lanjut dalam hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan gambaran status gizi supaya pemerintah terutamanya dapat memainkan peran yang seoptimalnya dalam melindungi anak SD daripada dampak gizi kurang. Materi dan Metode Penelitian dilakukan menggunakan desain studi cross-sectional pada 20 Oktober sampai 4 November 2011 di Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Untuk memperoleh informasi yang diperlukan, dilakukan pengambilan data dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan subyek penelitian yaitu anak sekolah dasar yang terpilih sebagai subyek penelitian dan kuesioner untuk dijawab oleh responden yaitu ibu kepada subyek penelitian. Populasi studi adalah semua semua anak sekolah dasar di Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat, Indonesia dan populasi terjangkau adalah semua anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Jelambar Baru, Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat, Indonesia. Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah semua anak sekolah dasar, laki-laki dan perempuan, usia tujuh sampai dua belas tahun, bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 02 Jelambar Baru,Kelurahan Jelambar Baru dan bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian dalam kurun waktu 20 Oktober 2011 sampai 4 November 2011. Besar sampel untuk uji hipotesis menggunakan rumus proporsi hubungan tingkat pendidikan dengan status gizi. Dalam penelitian ini subjek yang akan diteliti adalah anak sekolah dasar yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara multistage sampling yaitu pemilihan sampel dilakukan bertingkat. Dalam kelurahan Jelambar Baru, terdapat 11 buah sekolah dasar. Satu buah sekolah dipilih secara acak dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan cara undi kocok. Sekolah dasar yang terpilih adalah Sekolah Dasar Negeri 02 Jelambar Barau (SDN 02 Jelambar Baru) yang mempunyai sebanyak 212 orang anak sekolah. Dari 212 orang anak sekolah, sampel sebanyak 108 orang dipilih secara acak dengan teknik proportional probability to size (PPS)dengan menggunakan tabel random. Data- data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses editing, verifikasi dan coding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program komputer yaitu program Statistical Package of Social Sciences 17.0 (SPSS 17.0). Terhadap data yang diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara uji statistik menggunakan Chi Square. Kemudian data diinterpretasi secara analitik observasional antara variabel-variabel yang telah ditentukan. Hasil Dari penelitian ini diperoleh data sebaran status gizi anak sekolah dasar yaitu status gizi lebih sebanyak 14 orang (13,0%) , gizi cukup sebanyak 85 orang (78,7%) dan gizi kurang sebanyak sembilan orang (8,3%) seperti di tabel 1. Tabel 1 : Sebaran Subyek Menurut Status Gizi Anak Sekolah Dasar Status gizi Lebih Cukup Kurang Frekuensi 14 85 9 Persentase (%) 13,0 78,7 8,3

Sebaran menurut tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan pekerjaan ibu ditunjukkan di tabel 2. Untuk pendidikan ibu, sebaran terbanyak adalah pada ibu dengan tingkat pendidikan sedang yaitu sebanyak 73 orang (67.6%). Manakala untuk pengetahuan ibu sebaran terbanyak ditemukan pada ibu dengan pengetahuan cukup sebanyak 85 orang (78,7%). Sebaran terbanyak untuk pekerjaan ibu adalah pada ibu yang tidak
Variabel Tingkat Pendidikan Ibu Tinggi Sedang Rendah Pengetahuan Ibu Baik Cukup Kurang Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Kadang bekerja Bekerja Frekuensi Persentase (%)

17 73 18

15,7 67,6 16,7

14 85 9

13,0 78,7 8,3

81 13 14

75,0 12,0 13,0

bekerja yaitu sebanyak 81 orang (75%). Tabel 2: Sebaran Menurut Tingkat Pendidikan Ibu, Pengetahuan Ibu Dan Pekerjaan Ibu

Selanjutnya, tabel 3 menunjukkan sebaran menurut pendapatan keluarga, pola pengasuhan makan dan penyakit infeksi. Sebaran terbanyak ditemukan pada keluarga yang berpendapatan di atas UMP sebanyak 71 orang (65,7%) dan pola pengasuhan makan yang kurang yaitu sebanyak 64 orang (59,3%).

Tabel 3: Sebaran Menurut Pendapatan Keluarga dan Pola Pengasuhan Makan Variabel Pendapatan Keluarga Di atas UMP Di bawah UMP Pola Pengasuhan Makan Baik Cukup Kurang Frekuensi Persentase (%)

71 37

65,7 34,3

27 17 64

25,0 15,7 59,3

Tabel 4 menunjukkan hasil analisis hubungan antara status gizi dengan tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pola pengasuhan makan dan penyakit infeksi. Tabel 4 : Hubungan Antara Status Gizi Dengan Tingkat Pendidikan Ibu, Pengetahuan Ibu, Pekerjaan Ibu, Pendapatan Keluarga, Pola Pengasuhan Makan Dan Penyakit Infeksi

Variabel Cukup Tingkat Pendidikan Ibu Tinggi* Sedang* Rendah Pengetahuan Ibu Baik Cukup* Kurang* Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Kadang bekerja* Bekerja* Pendapatan Keluarga Di atas UMP Di bawah UMP Pola Pengasuhan Makan Baik* Cukup* 14 61 10

Status gizi Lebih Kurang 2 11 1 1 1 7

Total

Uji

df

Ho

17 73 18

K-S 1.42

Ditolak

5 75 5

5 6 3

4 4 1

14 85 9

K-S 1.72

Ditolak

70 7 8

6 3 5

5 3 1

81 13 14

K-S 1.39

Ditolak

59 26

8 6

4 5

71 37

K-S 0.63 X2 15.384

Gagal ditolak

17 10 58

8 4 2

2 3 4

27 17 64

<0.05 Ditolak

Kurang

Diskusi Status gizi anak sekolah dasar di Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan adalah sebanyak 78,7% untuk gizi baik, 13,0% untuk gizi lebih dan gizi kurang adalah sebanyak 8,3%. Angka ini lebih besar dari angka yang didapatkan dari riset kesehatan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 yaitu sebanyak 68,48% anak dengan gizi baik, 19,24% gizi kurang, dan 3,48% anak dengan gizi lebih3,4 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbedanya jumlah sampel dan daerah cakupan penelitian. Dari hasil penelitian ini, terlihat adanya perbaikan persentase gizi anak sekolah yang mungkin berhubungan dengan peningkatan usaha yang efektif dari pemerintah Indonesia sejak tahun 2005 dalam upaya perbaikan gizi anak sekolah dasar melalui program-program kesehatan yang dilaksanakan seperti Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan Upaya Kegiatan Sekolah (UKS). Angka anak sekolah dasar dengan gizi kurang menurut Departmen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004 adalah sebanyak 27,5% anak di seluruh Indonesia3,4 Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan anak sekolah dasar yang bergizi baik adalah sebanyak 78,7%, gizi lebih 13, 0% dan gizi kurang 8,3%. Sehubungan ini, terlihat adanya penurunan persentase angka anak gizi kurang untuk tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun 2004. Hal ini mungkin karena terdapatnya perbedaan waktu dan tempat apabila riset kesehatan tersebut dilakukan. Selain itu, perbedaan bermakna ini juga mungkin berhubungan dengan peningkatan usaha yang efektif dari pemerintah Indonesia dalam upaya perbaikan gizi anak sekolah dasar melalui program-program kesehatan yang dilaksanakan seperti Upaya

Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan Upaya Kegiatan Sekolah (UKS). Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak sekolah dasar (p>1,35). Sebaran terbanyak adalah pada ibu dengan tingkat pendidikan sedang yaitu sebanyak 67,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ambawang, Kabupaten Pontianak pada tahun 2008 yang mengatakan bahwa faktor pendidikan ibu berpengaruh terhadap status gizi buruk pada anak sekolah dasar.5 Tingkat pendidikan yang rendah mungkin akan mempersulit seorang ibu untuk memahami informasi kesehatan yang diperoleh sehingga menyebabkannya sukar untuk diaplikasikan dalam kehidupan seharihari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berperan dalam menunjang status gizi seorang anak sekolah. Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak sekolah dasar (p>1,35). Sebaran terbanyak adalah pada ibu dengan pengetahuan tentang gizi yang cukup yaitu sebanyak 78,7%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ambawang Kabupaten Pontianak pada tahun 2008 mengenai status gizi buruk anak sekolah dasar, dimana ditemukan presentase pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah sebanyak 54,9% sebagai faktor yang mempengaruhi status gizi buruk anak sekolah dasar di wilayah tersebut.5 Penelitian lain tentang gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa faktor pengetahuan ibu berisiko 15,64 kali terhadap status gizi buruk.5Menurut pakar gizi pendidikan, seperti L.Green dan Rooger berpendapat bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sangat berpengaruh terhadap praktek gizi dalam rumah tangga sehingga ibu lebih memerhatikan

status gizi anak mereka.6 Ibu mempunyai pengetahuan yang cenderung untuk memilih menyusun menu makanan bagi mereka berdasarkan kebutuhan sehari-hari sehingga berpengaruh status gizi anak.

yang baik dan anak gizi pada

Terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak sekolah dasar (p>1,35). Sebaran terbanyak adalah pada ibu tidak bekerja yaitu sebanyak 75,0%. Hal ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Masdiarti (2000) di Kecamatan Hamparan Perak, yang meneliti pola pengasuhan makan dan status gizi anak sekolah yang ditinjau dari karakteristik pekerjaan ibu.7 Penelitian tersebut memperlihatkan hasil bahwa anak yang berstatus gizi baik banyak ditemukan pada ibu yang tidak bekerja (43,24%) dibandingkan dengan kelompok ibu yang bekerja (40,54%). Hal ini disebabkan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak berbanding dengan ibu yang bekerja dalam menyediakan makanan tepat waktu dan dapat mengatur pola makan anaknya dengan baik sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi. Pendapatan keluarga yang cukup dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak dengan asumsi bahwa orang tua dapat menyediakan jumlah makanan yang cukup secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari penelitian ini, ditemukan tidak terdapat hubungan bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak sekolah dasar (p<1,35). Sebaran terbanyak adalah pada pendapatan keluarga di atas UMP yaitu sebanyak 65,7%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Ulu Palembang pada tahun 2006 mengenai faktor pendapatan keluarga yang mempengaruhi status gizi anak sekolah dasar yang mengatakan terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak.8 Hal ini terjadi

mungkin disebabkan oleh jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sedikit sehingga tidak mewakili populasi yang sebenar. Selain itu, perbedaan ini juga dapat disebabkan oleh bias dari responden yang tidak jujur dalam mengisi jumlah pendapatan sebenar dalam kuesioner. Terdapat hubungan bermakna antara pola pengasuhan makan dengan status gizi anak sekolah (p<0,05). Sebaran terbanyak adalah pada ibu dengan pola pengasuhan makan anak yang kurang yaitu sebanyak 59,3%. Banyak penyelidik berpendapat bahwa status pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas pengasuhannya (Sudiyanto dan Sekartini, 2005). Berdasarkan hasil uji statistik di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat pada tahun 2005, diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku pola pengasuhan ibu dengan status gizi anak sekolah dasar.9 Pola pengasuhan merupakan faktor yang sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak usia sekolah. Pola pengasuhan makan yang baik adalah apabila seorang ibu mampu untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak sehingga menjamin tumbuh kembang yang optimal baik secara fisik, mental, dan sosial. Oleh karena itu pola pengasuhan makan yang baik pada usia kehidupan sekolah sangat penting untuk perkembangan anak. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai gambaran status gizi anak sekolah dasar berdasarkan perbandingan berat badan dan tinggi badan serta faktor- faktor yang berhubungan di Kelurahan Jelambar Baru, periode 20 Oktober- 4 November 2011, dapat dibuat kesimpulan bahwa sebagian besar anak sekolah dasar mempunyai status gizi baik yaitu sebanyak 79,2%, status gizi lebih 12,3%, dan status gizi kurang 8,5%. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan ibu yang sedang yaitu sebesar 67,0%.

Selain itu, sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan ibu yang cukup yaitu 79,2%. Kebanyakan responden mempunyai status perkerjaan tidak bekerja yaitu sebesar 77,4% dan sebagian besar responden mempunyai pendapatan keluarga tinggi yaitu 66,0%. Didapatkan juga sebagian besar responden mempunyai pola pengasuhan makan yang kurang yaitu 58,5% dan sebagian besar anak sekolah dasar jarang terkena penyakit infeksi yaitu 50,0%. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga terhadap status gizi anak sekolah dasar.Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah pendapatan keluarga dan penyakit infeksi terhadap status gizi anak sekolah dasar. Saran Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti ingin menyarankan beberapa hal sebagai berikut: Bagi Puskesmas kelurahan diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu melalui penyuluhanpenyuluhan di puskesmas dan masyarakat mengenai kepentingan makanan bergizi, sehingga ibu yang mempunyai anak sekolah berusaha meningkatkan status gizi anak mereka. Penyuluhan yang dilakukan seharusnya sesuai dengan tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Jelambar Baru supaya proses penerimaan dan pemahaman dapat berjalan dengan baik. Puskesmas juga dapat melakukan kerjasama dengan sekolah-sekolah dasar yang berada di wilayah kerjanya untuk melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang kepentingan makanan bergizi di kalangan guru-guru, anak-anak sekolah dan orang tua mereka. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneruskan penelitian ini agar dapat melihat perbaikan

gambaran status gizi anak sekolah dasar di kelurahan ini. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi data sekunder mengenai gambaran status gizi anak sekolah dasar di Kelurahan Jelambar Baru sehingga kemajuan berkenaan status gizi mereka dapat dilihat. Diharapkan sampel diperbesar untuk penelitian selanjutnya sehingga hubungan antara variabel lebih signifikan. Daftar pustaka 1. Sedioetama, AD. Kelompok rentan gizi. Dalam: Ilmu Gizi, Penerbit Dian Rakyat,Jakarta; 2000: hal.3940. 2. Atmarita, Fallah, Tantang. Analisa status gizi, dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke VIII. Ketahanan pangan dan gizi era globalisasi. LIPI, Jakarta: 17-19 Mei 2004; hal.129-61. 3. Sayogo S. Masalah gizi di Indonesia suatu tantangan abad ke21.Majalah Kedokteran Indonesia. Edisi 50.Vol.2.Jakarta; 2000. hal.61-2. 4. Food and Agriculture Organization. Disorder of Malnutrition. Diunduh dari http://www.fao.org/, pada 20 Oktober 2011. 5. Status gizi. Diunduh dari http://www.gizi.net/, pada 20 Oktober 2011. 6. Siswono. 2009. Gizi buruk. Diunduh dari http://republika.co.id, pada tanggal 20 Oktober 2010. 7. Faizah NR, Heryati E. Studi korelasional antara status gizi dengan prestasi akademik pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cilampeni Kabupaten Bandung tahun 2000. [Skripsi] FKM Universitas Pendidikan Indonesia Dana. Diunduh dari http://file.upi.edu/, pada 21 Oktober 2011. 8. Nuryanto. Studi prevalensi masalah gizi ganda anak sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan,

Indonesia. Diunduh dari http://www.wnpg.org/, pada 21 Oktober 2011. 9. Masalah gizi pada anak sekolah. Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/, pada 25 Oktober 2011. 10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2010. Diunduh dari http://www.riskesdas.litbang.depke s.go.id/, pada 25 Oktober 2011. 11. Mardiana. Hubungan perilaku ibu dengan status gizi anak di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat tahun 2005. [Skripsi] FKM Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/, pada 26 Oktober 2011. 12. Dimanik HM. Gambaran perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010. Medan. [Skripsi] FKM Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/, pada 20 Oktober 2011. 13. Lingga NK. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2010. [Skripsi] FKM Universitas Sumatera Utara, Medan. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/, pada 27 Oktober 2011.

You might also like