You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID

OLEH I PUTU GEDE DARMAYASA 03. 321. 0137 KELOMPOK 26

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI 2012

KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Thypus Abdominalis atau thypoid adalah penyakit akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Arif Mansjoer, 2000). Thypus Abdomnalis atau thypoid merupakan infeksi akut pada usus dengan gejala demam 1 minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran (Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Rampengan, 1993). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan Thypoid merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thyposa yang mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan disertai gangguan saluran cerna dan dengan gangguan kesadaran. 2. ETIOLOGI Penyebab thypus abdominalis atau thypoid adalah infeksi kuman Salmonella thypii, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Salmonella thypii mempunyai 4 macam antigen : a. Antigen O (samotik antigen, tidak menyebar). b. Antigen H (menyebar, terdapat pada hurgella dan bersifat termolabil). c. Antigen VI merupakan antigen yang meliputi tubuh dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. d. Protein membran hialin. 3. PATOFISIOLOGI Bakteri masuk ke dalam saluran cerna bersama makanan dan minuman. Dibutuhkan jumlah bakteri antara 105 sampai 109 untuk dapat menimbulkan infeksi. Bakteri Salmonella Thypii sebagian akan mati oleh asam lambung, bakteri yang tetap hidup akan masuk ke dalam ileum melalui mikrovilia dan mencapai Plak Peyeri, selanjutnya masuk ke dalam permbuluh darah (disebut

bakteremia primer). Pada tahap berikutnya, Salmonella Thypii menuju ke orga Sistem Retikuloendotelia yaitu hati, limpa, sumsum tulang, dan organ lain (disebut bakteremia sekunder). Kandung empedu merupakan organ yang sensitif terhadap infeksi Salmonella Thypii. 4. GEJALA KLINIS Gambaran klinis thypus abdominalis pada anak lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10 20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan sedangkan jika melalui makanan umumnya 30 hari. a. 1) 2) 3) 4) b. 1) Gejala prodormal pada masa inkubuasi : Perasaan tidak enak badan. Lesu, nyeri kepala, pusing. Tidak bersemangat. Nafsu makan berkurang. Gambaran klinik yang bisa ditemukan adalah : Demam Demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. (a) hari. (b) (c) 2) (a) (b) (c) Minggu II Minggu III : Pasien berda dalam keadaan demam. : Suhu berangsur angsur turun dan normal Minggu I : Suhu tubuh berangsur angsur baik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam

kembali pada akhir minggu. Gangguan pada sistem pencernaan Pada mulut didapatkan nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen perut kembung (meteorismus). ditemukan keadaan

(d) pada perubahan. (e) 3)

Hati dan limpa membesar disertai nyeri Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi dapat juga diare atau normal. Gangguan kesadaran

Umunya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). 4) (a) Gejala lain yang mungkin timbul : Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. (b) (c) 5. a. terjadi akibat pengaruh suhu tubuh. b. atau anemis. c. vasodilatasi. d. berbau tidak sedap. e. pecah pecah (regaden). f. Lidah tipoid yaitu lidah nampak kering, dilapisi selaput tebal di bagian belakang nampak lebih pucat dibagian ujung dan tepi kemerahan dan mungkin ditemukan tremor. Bibir Kering dan Mulut Nafas Hidung Terjadi epistaksis dikarenakan oleh suhu yang tinggi sehingga pembuluh darah Mata Normal Bradikardi. Epistaksis pada anak besar.

PEMERIKSAAN FISIK Kepala Ditemukan rambut kusam, kotor, berbau, tau mudah ronotk, yang dapat

g. pecah pecah : h. saluran pencernaan i. j. k. 1) 2) 3) tachipnea 4) l. Pada nadi dapat terjadi bradichardi relative m. ditemukan adanya ronchi. n. terjadi, nyeri tekan abdomen, hepatosplenomegali. o.

Lidah kotor dan Suhu inti pada Suhu pireksia Mulut : Terdapat enzim Ptyalin yang pada suhu panas pecah sehingga lidah berwarna putih. TTV Pengaruh suhu tubuh (38,5 40 0C) Tekanan Darah normal atau turun Respiratori Rate umumnya nomal atau Berat badan turun karena anoreksia Cardiovaskuler Thorax Adanya atanda kesulitan bernafas, ada batuk atau tidak, pada auskultasi Abdomen Ditemukan adanya ameteorismus karena konstipasi yang cenderung Ekstrimitas Ditemukan adanya kelemahan otot, tonus otot menurun dan nyeri otot akibat bedrest yang lama, kulit umunya kering, tampak pucat pada ujung jari, adanya roseola yaitu bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam pada daerah aksila, dada, abdomen, punggung, tangan dan kaki.

6. a. 1) (a)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Laboratorium Darah, terdapat gambaran : Anemia yang ringan sampai sedang.

(b) (c) (d) (e)

Peningkatan laju endap darah. Gambaran eritrosit Leukosit dalam batas normal, kadang leukopenia Trombosit jumlahnya menurun. Ganbaran hitung jenis didapatkan limfositosis

normokrom karena efek toksin sumsum tulang atau perdarahan usus. atau leukositosis bila disertai komplikasi.

relative, aneosinophilia dapat shifto the left maupun the right tergantung dari perjalanan penyakit. (f) normoseluler, Gambaran sumsum tulang telah menunjukkan eritroid dan myeloid system normal, jumlah

megakariosit dalam batas normal.

2) (a)

Pemeriksaan Serologis (kultur darah) dan Widal Pemeriksaan Widal merupakan pemeriksaan yang dapat menunjukkan diagnosa thypus abdominalis secara pasti, dilakukan setiap minggu (diperlukan darah vena 5 cc untuk kultur/Widal). (b) 1/200. Nilai titer zat anti terhadap antigen O, normalnya Pemeriksaan biakan empedu (pemeriksaan bakteriologis) (a) (b) (c) (d) dan ketiga. Melakukan biakan darah, tetes urine, sumsum Biakan darah biasanya positif pada minggu pertama. Biakan sumsum tulang paling baik karena tidak Biakan feses dan urine positif pda minggu kedua maupun cairan untuk menemukan kuman Salmonella thyposa.

3)

dipengaruhi waktu pengambilan maupun pemberian AB.

7.

DIAGNOSIS

Penyakit demam thypoid memiliki diagnosis banding dengan Paratifoid A, B, dan C, infeksi dengue, malaria, tuberkulosis, influenza. 8. a. 1) THERAPY Pencegahan Usaha terhadap lingkungan yang hidup dengan penyediaan air minum yang memenuhi syarat, pembuangan kotoran manusia yang hygienis, pengawasan terhadap penjualan makanan. 2) Usaha terhadap manusia dilakukan dengan Imunisasi. Vaksin yang digunakan terbuat dari strai Salmonella yang dilemahkan (Ty 21 A) diberikan secara oral, dapat memberikan perlindungan selama 36 bulan. b. Relaps / kekambuhan Relaps ialah berulangnya gejala penyakit typhus abdominalis, akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu ke 2 setelah badan normal. Relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ yang tidak dapat dimusnahkan oleh obat maupun zat anti atau pada waktu penyembuhan tukak terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis. c. 1) (a) (b) Terapi medis Penderita typhus abdominalis harus dirawat secara 3 garis besar, yaitu : Perawatan Pasien perlu dirawat di RS untuk isolasi, observasi Pasien istirahat selama demam sampai 5 7 hari dan pengobatan. bebas panas (istirahat total), kemudian duduk, jika tidak panas boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan. (c) (d) komplikasi. Mobilisasi dilakukan sewajarnya sesuai dengan Pasien dengan kesadaran yang menurun harus situasi dan kondisi pasien. diobservasi agar tidak terjadi aspirasi serta tanda tanda

(e) 2) (a) Diet

Perawatan untuk menghindari komplikasi. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori

dan tinggi protein, tidak boleh banyak mengandung serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas dan makanan harus lunak. (b) (c) 3) (a) Susu 2 gelas sehari. Pasien Obat obatan Kloramfenikol Dosis tinggi : 50 100 mg/kg BB/hari (maksimal 29 hari) diberikan 4 sehari atau IV. Efek positif dapat mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Dosis yang dianjurkan untuk neonatus 5 mg/kg BB/hari. (b) (c) Tiamfenikol Demam turun setelah 5- 6 hari. Dosis oral : 50 100 mg/kg BB/hari. Kotrimoxazole Digunakan untuk kasus yang resisten terhadap kloramfenikol. Penetapan di usus cukup baik. Timbulnya kekambuhan lebih kecil dari pada kloramfenikol. Dosis oral : 30 40 mg.kg BB/hari dari Sulfa Meta Zole. Dosis 6 8 mg/kg BB/hari untuk Trimetropin dalam 2 x pemberian. Kerugian : Skin rash, Steven Jonson Syndrome, Anemia, Agranulositosis, (d) Dosis : Ampisilin : 100 200 mg/kg BB/hari. Nemositopenia, Megaloblastik, dengan kesadaran menurun diberikan

makanan cair melalui sonde lambung.

Hemolisis eritrosit. Ampisilia dan amoxisilin

(e)

Amoksisilin : 100 mg/kg BB/hari. Kortikosterroid dapat menyebabkan perdarahan usus

dan relaps. 9. b. KOMPLIKASI Komplikasi thypus abdominalis dapat dibagi menjadi : Perdarahan Gajala : Penurunan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, kulit pucat, penurunan suhu tubuh, peningkatan leukosit dalam waktu singkat, nyeri tubuh, iritabel. c. d. pemeriksaan radiologis. e. Peritonitis Gejala : Kesakitan di daerah perut yang mendadak, perut kembung, tekanan darah menurun, suara bising usus melemah, pekak hati berkurang. f. g. h. dan hepatitis 10. PROGNOSIS Prognosis pasien thypoid umumnya baik bila pasien cepat berobat. Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia atau febris kontinua, penurunan kesadaran, komplikasi berat seperti dehidrasi, asidosis, perforasi usus, dan gizi buruk. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat pertumbuhan dan Bronchitis Bronchopneumonia Encephalopathy, kolesistis Perforasi usus Biasanya terjadi pada minggu ketiga dengan lokasi di ileum terminalis. Terjadi peningkatan leukosit. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tanda tanda dan gejala klinis serta

perkembangan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan lain yang menunjang data untuk mengangkat masalah yang ada pada klien. Pemeriksaan fisik pada pengkajian meliputi : a. terjadi akibat pengaruh suhu tubuh. b. atau anemis. c. vasodilatasi. d. berbau tidak sedap. e. pecah pecah (regaden). f. Lidah tipoid yaitu lidah nampak kering, dilapisi selaput tebal di bagian belakang nampak lebih pucat dibagian ujung dan tepi kemerahan dan mungkin ditemukan tremor. g. pecah pecah : h. saluran pencernaan i. j. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi, proses infeksi penyakit b. Gengguaan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, penurunan nafsu makan Suhu pireksia Mulut : Terdapat enzim Ptyalin yang pada suhu panas pecah sehingga lidah berwarna putih Suhu inti pada Lidah kotor dan Bibir Kering dan Mulut Nafas Hidung Terjadi epistaksis dikarenakan oleh suhu yang tinggi sehingga pembuluh darah Mata Normal Kepala Ditemukan rambut kusam, kotor, berbau, tau mudah ronotk, yang dapat

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan berhubungan dengan adanya peningkatan suhu tubuh. e. Gangguan eliminasi (diare) berhubungan dengan penurunan usus menyerap makanan. f. Perubahan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peristaltik usus, efek inflamasi

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO. 1. DX. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL diberikan diharapkan batas dalam asuhan 1. suhu Obsevasi vital sign Kaji keluhan klien Anjurkan keluarga norrmal 2. 2. Mengetahui gambaran kondisi klien untuk 3. Membuka pori-pori kulit untuk mengeluarkan panas tubuh secara penguapan 4. Membantu menurunkan reaksi inflamasi dan menurunkan panas tubuh. 1. 1. mengungkapkan Kaji tingkat nyeri dan penyebab nyeri. 2. Menentukan intervensi yang tepat. Orang tua tahu yang terbaik untuk anaknya. memberikan kompres hangat INTERVENSI 1. Mengetahui keadaan umum klien dan memberikan intervensi yang tepat RASIONAL KEPERAWATAN Hipertermi Setelah berhubungan dengan penyakit, inflamasi proses tubuh

keperawatan

proses dengan kriteria hasil : 36-37,20C Diraba kulit tidak panas

Suhu dalam rentang normal 3.

Tidak ada perubahan warna 4. Delegasi dengan tim medis dalam kulit (kemerahan) pemberian antipiretik sesuai dosis

2.

Gengguaan nyaman dengan inflamasi

rasa Setelah diberikan asuhan (nyeri) keperawatan diharapkan klien merasa nyaman dengan kriteria Klien proses hasil : merasa nyaman

berhubungan

Wajah klien nampak rileks 2. 3.

Libatkan

orang

tua

dalam

3. 4.

Mengurangi rasa nyeri. Mengurangi rasa nyeri

pemilihan pengobatan. Ajarkan anak untuk tindakan mengatur untuk pernafasan pemberian Setelah 3. kurang kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, muntal, penurunan nafsu makan diberikan asuhan relaksasi,

Perubahan nutrisi keperawatan dengan kriteria hasil :

diharapkan (nafas dalam). Kolaborasi analgesik. 1. Memasstikan keseimbangan intake 1. Observasi intake dan output. 2. peningkatan 3. Berikan sesuai dengan diit dengan menarik. Hindari lambung dan usus. 4. dan gigi. Timbang berat badan yang dapat mengiritasi mukosa output sebagai dasar intervensi. 2. Meningkatkan nafsu makan. makanan 3. Mencegah terjadinya komplikasi. dan sajikan 4. Mencegah nafas berbau dan mulut kering. makanan 5. Mencegah peningkatan berat badan dan keberhasilan intervensi. 6. Anak dapat kooperatif.

dari kebutuhan nutrisiklien terpenuhi 4. Makanan yang disediakan habis BB tidak mengalami penurunan Melaporkan nafsu makan

Jaga kebersihan mulut 7. Menentukan intervensi yang tepat.

Setelah keperawatan

diberikan

suhan diharapkan 5.

4.

Gangguan pemenuhan kebutuhan dengan berhubungan

kebutuhan cairan klien terpenuhi dengan kriteria hasil : cairan adanya Asupan cairan oeroral yang adekuat Membran mukosa lembab Keseimbangan masukan dan haluaran cairan 7. 6.

tiap hari. Ajarkan bagi proses penyembuhan. Kolaborasi ahli gizi dan pemberian vitamin. tentang 1. Untuk menentukan status dehidrasi. dengan 2. Untuk dehidrasi. 3. Sebagai dehidrasi. 1. dan output. 2. dan berat badan tiap hari. 3. hygienis mukosa. 4. cairan per oral 5. Delegasi kulit Kaji dan membran Awasi intake 4. Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien secara oral Awasi TTV 5. Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien 6. Untuk meningkatkan dan mencegah dehidrasi. petunjuk terrjadinya memperhatikan statuss pentingnya nutrisi yang adekuat

peningkatan suhu tubuh.

Setelah 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan berhubungan dengan kelemahan fisik. kebutuhan ADL

diberikan ADL

asuhan diharapkan terpenuhi klien

keperawatan dengan kriteria hasil : Kebutuhan terpenuhi

ADL

Anjurkan mengetahui anak resiko dapat hyperaktivitas,

klien untuk meningkatkan asupan 1. Tanpa

Klien dapat melakukan ADL yang

membahayakan diri sendiri.

pemberian cairan parental Setelah dilakukan tindakan pola 6. Pertahankan keperawatan 6 Perubahan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan motilitas usus, intake kurang, kekurangan cairan. Setelah terjadi 7 Resiko terjadinya komplikasi Klien diberikan komplikasi tidak asuhan dengan mengalami 1. Observ yang hasil : BAB Klien defekasi Konsistensi feses lunak Pola defekasi teratur melaporkan sudah diharapkan masukan cairan intravena. 1. B

2. Untuk mengurangi aktivitas anak. 3. Untuk memastikan yang anak dapat tidak memicu beraktivitas

eliminasi teratur dengan kriteria erikan penjelasan kepada anak dan orang tua tentang resiko hyperaktivitas. 2. asilitasi pemenuhan ADL anak. 3. antau aktivitas anak. F

terjadinya komplikasi

1. Mengetahui perubahan eliminasi dan memberikan intervensi yang tepat 2. Meningkatkan kooperatif anak. P 3. Mengurangi resiko konstipasi. 4. Bowel BAB. 5. Ambulasi akan mempengaruhi motilitas usus. training akan menutup kemungkinan klien untuk menahan

keperawatan diharapkan tidak tinggi kriteria hasil : komplikasi penyakit thypoid asi pola eliminasi (BAB) klien

berhubungan dengan hyperaktivitas.

Klien normal

dapat

beraktivitas

2. n 3. an untuk pemasukan cairan). 4. memungkinkan. 5. panas. 1. Kaji kekuatan otot. 2. Observasi TTV. 3. (makanan kepada anak konstipasi.

Jelaska penyebab Anjurk meningkatkan dan Ajarka

1. 2. 3. anak. 4. 5.

Mengetahui Sebagai dasar

seberapa tindakan

besar gangguan aktivitas anak. keperawatan yang jauh lebih baik. Dapat membantu aktivitas Mengurangi Mengurangi resiko resiko

terjadinya kecelakaan pada anak. terjadinya kecelakaan pada anak.

n bowel training bila keadaan Ambul

asi dini setelah 7 hari bebas

Bantu anak penuhi aktivitas. 4. Jauhkan benda benda yang berbahaya dari anak. 5. Anjurkan keluarga untuk selalu menjaga anak,

4. EVALUASI a. Suhu tubuh klien dalam rentang normal b. Klien merasa nyaman c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi d. Kebutuhan cairan klienterpenuhi e. Klien dapat melakukan ADL seccara mandiri f. Pola eliminasi klien teratur dan lancar g. Tidak terjadi komplikasi

DAFTAR PUSTAKA Dongoes, E. Marilyn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Lynda Juall Carpenito. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Ausculspius FKUI Ngastiyah. 1997. Perawaatan Anak Sakit. Jakarta : EGC Sjaifoellah Noer. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jiwa I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

PATHWAY Kuman Salmonella thypii Masuk bersama makanan /minuman ke lambung

Mati karena asam lambung

Tidak mati karena asam lambung Menuju usus halus

Mengadakan invasi usus halus (terutama pada lapisan submukosa usus halus/Plaks Peyeri)

Masuk jaringan limfoid mesentrika Menyebabkan peradangan setempat Bakteri Primer Kuman leawat pembuluh limfe masuk ke darah

Menuju organ Retikul Endotelial System (RES) terutama hati dan limfe

Difagosit oleh RES Berkembang biak di hati dan limfe Kuman masuk ke pembuluh darah

Tidak difagosit Masa inkubasi 5 9 hari

Menyebar ke seluruh tubuh Kuman mengeluarkan endotoksin

Bakteriaemia Sehingga merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit

Zat pirogen beredar di darah Mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus Menimbulkan demam intermitten Intake cairan kurang Hipertermi

Menimbulkan lidah tipoid

Kuman masuk organ tubuh terutama limfe Resiko Kekurangan volume cairan

anoreksia

Pembesaran limfe (lien)

Kuman dikeluarkan melalui kandung empedu

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Menuju rongga usus bagian proksimal

Menyebabkan infeksi di usus halus terutama dalam kelenjar limfoid usus halus

Sehingga mukosa jaringan limfe usus meradang Nyeri akut Tukak semakin lama semakin matang

Mengalami nekrose/perubahan, mukosa usus mengalami ulserasi

Penurunan peristaltik usus

kemampuan usus menyerap makanan

Perubahan pola defekasi (konstipasi)

Gangguan defekasi (diare)

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. NB DENGAN NORMAL ATERM + BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RSU DAERAH KLUNGKUNG TANGGAL 29 31 OKTOBER 2012

OLEH I PUTU GEDE DARMAYASA 03. 321. 0137 KELOMPOK 26

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI 2012

You might also like