You are on page 1of 6

BAB III FISIOLOGI SINUS PARANASALIS

Sinus paranasalis merupakan rongga berisi udara yang dilapisi mukosa epitelium pseudostratifed bersilia diselingi sel-sel goblet. Silia tersebut menyapu cairan mukus kearah ostia. Penyumbatan ostia sinus akan mengakibatkan penimbunan mukus sehingga terjadi penurunan oksigenasi rongga sinus dan

takanan udara sinus. Penurunan oksigenasi sinus akan menyuburkan pertumbuhan bakteri anaerob. Tekanan pada rongga sinus yang menurun pada gilirannya akan menimbulkan rasa nyeri daerah sinus terutama sinus frontal dan sinus maksilaris.4,5 Fisiologi dan fungsi sinus paranasal belum jelas diketahui dan sampai sekarang masih tetap diperdebatkan (Knops.dkk. 1993). Antara lain untuk: 6 Menghasilkan dan membuang mukus. Mengatur tekanan intranasal Resonansi suara Memanaskan dan melembabkan udara inspirasi Betindak sebagai Shock Absorben kepala untuk melindungi organ-organ yang sensori. Sebagai terminal insulator, menurut Proetz untuk melindungi organ-organ yang sensitif seperti mata, hipofise otak dan medula dan perubahan-perubahan Suhu dalam rongga hidung. Membantu pertumbuhan dan bentuk muka. Mempertahankan keseimbangan kepala. Yang paling penting pada proses fisiologi ini adalah hubungannya dengan peradangan mukosa sinus ialah adanya : Silia, mukus dan ventilasi hidung.6

17

3.1. Silia 6 Sel epitel dan sinus didukung oleh 50-300 silia dengan ukuran panjang 6-8 microns dan diameter 2-3 microns. Berfungsi mendorong mukus kearah hidung dengan efektif dan cepat, sedangkan pengembalian silia gerakannya lambat. Selama pukulan efektif ujung silia kontak dengan pinggir bawah lapisan gel.

Pengembaliannya menembus lapisan air (Watery sol layer) dengan akibat debu dan partikel lain tertangkap lapisan gel dan diangkut keluar sinus kearah nasofaring Ratarata frekuensi pukulan pada silia 14,5 Hz "pukulan" detik dan mucociliary clearance untuk orang dewasa kira-kira 10 menit.

Gambar 9. Mukus blanket

3.2. Mukus 6 Merupakan hasil dari sekresi kelenjar di tunika propria dan sel goblet,yang membentuk lapisan mukus pada permukaan mukosa. Mukus terdiri dari 96% air, 1-2% garam anorganik dan 2,5-3% mucin. Fungsi mukus sebagai pertahanan tubuh, bersifat bakteriostatik karena mukus mengandung lisosim yang dapat menghancurkan 18

bakteri. Arab dari aliran mukus oleh gerakan silia merupakan arah dari drainase normal dan dari dalam sinus menuju ke ostium.

3.2.1 Mucocilliary blanket Silia dan mukus merupakan selimut yang aktif dan mantel ruang sinus dan nasal, juga merupakan perangkat unsur yang baik. Tidak semua silia "memukul" dengan rate yang sama, tetapi bervariasi dalam seluruh sinus, tiap segmen berbeda dalam kecepatan memukulnya.

3.2.2. Faktor imunologis Dalam mukus sinus nasal terdapat mekanisme pertahanan imunologi yang penting : IgA

Berperan dalam pertahanan pertama melawan infeksi, disekresi dari plasma sel yang terdapat di lamina propria yang kemudian ditransport aktif ke epitel glandular dan disimpan dalam mukus blanket. Bekerja menghambat

mikroorganisme di permukaan sel. Jadi mencegah pemasukan kedalam jaringan tubuh. lgG

19

Bekerja mengatur pertahan tubuh bersama-sama dengan IgA Jumlahnya lebih kecil dari IgA. Lisosim

Enzim ini terdapat dalam sel dan sekresi sinus. Dapat membunuh secara spesifik terhadap polisakarida dan mukopeptida yang ditemukan dalam dinding sel organisme gram positif. Lactoferin

Diproduksi lokal, menghambat pertumbuhan bakteri. Interferon

Merupakan antiviral, menyokong aktifitas fagosit dari makrofag Nonspesitik immune faktor

Neutrofil, eosinofil, dan makrofag.

Gambar 10. Mucociliary clearence normal

Kegunaan Klinis Aktivitas Mucociliary Manipulasi operasi atau akibat operasi dengan dasar anatomi dapat mempengaruhi mucocilliary clearance. Aliran normal mucocilliary dalam sinus

20

maksila langsung kearah ostium nasoantral window untuk pengobatan sinusitis memberi ostium tambahan untuk drainase. Hanya sedikit mukus yang diangkut keluar melalui nasoantral window, sisanya melalui ostium natural. Ini menunjukkan nasoantral window hanya efektif untuk obstruksi sinus.

Gambar 11. Efek pembedahan (antrostomi) pada mucus clearance

Faktor anatomi yang berperan pada mucocilliary clearance Banyak gangguan dan mucocilliary taransport yang menyebabkan disfungsi sinus. Anatomi yang abnormal yang menyebabkan disfungsi mucocilliary clearance adalah bony spurs, crests seldom, septum deviasi, konka bullosa atau peralihan konka media ke dalam mukosa dinding lateral hidung. Efisiensi mukocilliary clereance dihambat pada daerah kritis seperti ostium maksila, hiatus semilunaris, infundibulun dan duktus nasofrontalis.

Melemahnya mucocilliary clearance ini predisposisi untuk sinusitis.

Perubahan mukus yang berperan pada mucocilliary clearance Fungsi silia yang abnormal merupakan predisposisi untuk terjadinya komplikasi pada sinus. Umumnya akibat reduksi atau tidak adanya dynein arms yang 21

penting untuk aktifitas silia. Dynein arms berisi enzim yang diperlukan

untuk

mengubah energi kimia dalam energi mekanik dan pukulan silia. Kelainan ini disebut Immotile cilia Syndrome atau Primary cilliary dyskinesia. Perubahan silia yang berperan pada mucocilliary clearance Yang dapat mempengaruhi aktifitas silia diantaranya, pengeringan membran hidung, asap rokok, obat-oabatan seperti lunisolide dan phenylephrine, bakteri dan hipoksia.

3.3. Ventilasi Hidung 6 Mc.Murray (1931), dikutip dan Roesli membuktikan mengenai pentingnya ventilasi hidung. Dia mengisi kedua antrum dengan bahan lipiodol, kemudian salah satu lubang hidung ditutup. Dengan pemeriksaan radiologis tampak lebih cepat mencapai dasar hidung. Dan percobaan ini tampak bahwa tekanan negatif pada inspirasi merupakan faktor penting dalam pembuangan zat-zat dan sinus. Yankauer (1953), dikutip dari Roesli berpendapat bahwa inspirasi merupakan pengisapan udara ke dalam sinus dan mengalirnya cairan ke dalam sinus dicegah oleh adanya efek dari katup hiatus semilunaris. Jadi penting susunan hiatus semilunaris dan infundibulun ditambah aktifitas inspirasi untuk mendapatkan tekanan negatif dalam sinus sehingga memungkinkan terjadinya drainase. Hal ini perlu diingat bila melakukan tindakan operasi di daerah hiatus media, agar tidak mengganggu susunan tersebut.

22

You might also like