Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS Nama Ibu Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Ny. S : 27 tahun : Islam : SD : IRT : Seputih banyak Nama Suami Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Bpk. Purnomo : 30 tahun : Islam : SD : Petani : Seputih banyak : 30 Maret 2012 : 13.15 WIB No. Register Ruangan : 3499 : III
B. ANAMNESIS Os. Melahirkan pukul 09.10 wib dengan pertolongan bidan. Plasenta sulit dikeluarkan, plasenta kemudian dikeluarkan pukul 10.45 wib dengan melakukan manual plasenta. Tetapi plasenta hancur saat proses pengeluaran sehingga menyebabkan perdarahan per vagina karena terdapat sisa plasenta.
1. Keluhan Utama
Keluhan Tambahan : os merasakan pusing saat posisi berdiri dan duduk, mual, muntah 1x dan pucat. 3. Riwayat Penyakit sekarang
Lokasi keluar darah merah segar banyak dari kemaluan. Onset sejak 2 jam SMRS, pasca melahirkan. Kualitas 2 jam sebelumnya keluar darah berwarna merah segar yang mengalir
Kuantitas perdarahan berwarna merah segar sebanyak 2x mengganti pampers. Kronologis Os. Melahirkan anak ke-2 berjenis kealmin perempuan dengan berat
lahir 3,8 gram dan panjang badan 50 cm dengan persalinan per vaginam secara spontan pada pukul 09.10 wib hari jumat 30 Maret 2012 dengan pertolongan bidan. Plasenta sulit dikeluarkan, plasenta kemudian dikeluarkan pukul 10.45 wib dengan melakukan manual plasenta. Tetapi plasenta hancur saat proses pengeluaran sehingga menyebabkan perdarahan per vagina karena terdapat sisa plasenta. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD A. Yani dengan keluhan keluar banyak darah dari vagina berwarna merah segar. Perdarahan disertai dengan keluhan mual, muntah, pusing pasca persalinan. Mual dan pusing dirasakan semakin bertambah berat ketika pasien dalam posisi berdiri dan duduk.
Menyertai Keluhan disertai dengan mual, muntah, serta pusing pasca
persalinan.
Mempengaruhi Mual dan pusing dirasakan semakin bertambah berat ketika
4.
Pasien menyangkal memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, riwayat penyakit jantung, dan ginjal. Selama kehamilan os tidak memiliki riwayat hipertensi. Os mengatakan tidak ada riwayat dirawat di RS dan tidak ada riwayat operasi. 5. Riwayat Penyakit Keluarga
Os. Mengatakan orangtuanya memiliki riwayat hipertensi, dan salah satu anggota keluarganya memiliki riwayat diabetes mellitus. 6. Riwayat Menstruasi Menarche Siklus Haid Jumlah Lama : 12 tahun : 28 hari,teratur : 2x ganti pembalut : 4 hari
HPHT
: 23 Juni 2011
7.
Riwayat Perkawinan
a. b.
:1 : 10 tahun
8. TTP
Riwayat Kehamilan sekarang : 23 Juni 2011 : 30 Maret 2012 : Teratur, frekuensi 7 kali di bidan
HPHT ANC
Pada saat kontrol kehamilan os. Pernah mendapatkan 1x imunisasi TT pada usia kehamilan 7 bulan. Keluhan : Pada saat kontrol kehamilan tidak ada keluhan.
Hamil ke
Jenis kelamin
Jenis Persalinan
Penyulit/ Komplikasi
Penolong
BB. Lahir
Keadaan anak
Masa nifas
Laki-laki
Tidak ada
Bidan
3,1 gr
Sehat
Dbn
Perempu an
Tidak ada
Bidan
3,8 gr
Sehat
Os mengatakan pernah menggunakan KB suntik selama 3 tahun setelah kelahiran anak pertama tetapi kemudian dihentikan karena ingin hamil anak yang kedua. C. PEMERIKSAAN FISIK Status Present
1.
Keadaan Umum :
Kesadaran
2. Status Emosional
: Compos mentis
3. Tanda Vital Tekanan Darah Berat Badan Tinggi Badan Denyut Nadi Pernafasan Suhu Status Generalis 1. Kepala Tidak ada edema pada muka, konjungtiva anemis, sklera mata tidak ikterik. 2. Nyeri 3. Extremitas. : : : : : Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Tidak Tidak Tidak dilakukan Tidak dilakukan Oedema tangan dan jari Oedema Tibia dan kaki Varises Tungkai ReflekS Patela kanan Refleks Patela Kiri Status Obstetri Pemeriksaan Luar Tidak ditemukan pembesaran perut dan tidak ditemukan asites, bising usus (+), TFU 2 jari di bawah umbilikus.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Hb Ht Leukosit Eritrosit Trombosit USG Tampak uterus dengan endometrial line 1-2 layer.
E. DIAGNOSIS KERJA
Ibu 27 tahun P2A0 post partus spontan dengan HPP e.c Rest. Plasenta F. DIAGNOSIS BANDING
Ibu 27 tahun P2A0 post partus spontan dengan HPP e.c Atonia uteri Ibu 27 tahun P2A0 post partus spontan dengan HPP e.c laserasi jalan lahir
H. PENATALAKSANAAN
Resusitasi cairan dengan menggunakan cairan kristaloid jenis Ringer Laktat 30 gtt/mnt Pemasangan dower cateter Perbaiki KU Inj. Antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam Drip uterotonika1ap/8 jam Observasi perdarahan dan tanda-tanda vital Transfusi jika Hb < 8 gr/dl Rencana kuretase
Follow Up Obstetri
Tanggal Keluhan 30 Maret 2012 PPV : darah merah banyak Muntah : (+) Mual (+) Vital Sign Sakit kepala : (+) KU : lemah Kesadaran : CM Konjungtiva : anemis Edema : pretibial TD : 130/70 N: 100x/mnt RR : 32X/mnt T: 37,6 C Dada : simetris Paru : V (+),R(-) ,W(-) Jantung : BJ I-II murni BU (+) Sklera anikterik
0
31 Maret 2012 PPV : darah merah (+)banyak Muntah : (-) Mual (+) Sakit kepala : (+) KU : lemah Kesadaran : CM Konjungtiva : anemis Edema : pretibial TD : 110/60 N: 116x/mnt RR : 24X/mnt T: 37 0C Dada : simetris Paru : V (+),R(-) ,W(-) Jantung : BJ I-II murni
1 April 2012 PPV : darah merah (+) sedikit Muntah : (-) Mual (+) Sakit kepala : (+) KU : baik Kesadaran : CM Konjungtiva : tidak anemis Edema : pretibial TD : 130/70 N: 96x/mnt RR : 24X/mnt T: 36,9 0C Dada : simetris Paru : V (+),R(-) ,W(-) Jantung : BJ I-II murni
2 April 2012 PPV : darah (+) coklat Muntah : (-) Mual (+) Sakit kepala : (-) KU : baik Kesadaran : CM Konjungtiva :tidak anemis Edema : (-) TD : 120/70 N: 88x/mnt RR : 24X/mnt T: 37,7 0C Dada : simetris Paru : V (+),R(-) ,W(-) Jantung : BJ I-II murni
3 April 2012 PPV : darah (+) coklat Muntah : (-) Mual (+) Sakit kepala : (-) KU : baik Kesadaran : CM Konjungtiva : tidak anemis Edema : (-) TD : 110/80 N: 78x/mnt RR : 24X/mnt T: 36,8 0C Dada : simetris Paru : V (+),R(-) ,W(-) Jantung : BJ I-II murni
4 April 2012 PPV : darah (+) coklat Muntah : (-) Mual (+) Sakit kepala : (-) KU : baik Kesadaran : CM Konjungtiva :tidak anemis Edema : (-) TD : 130/80 N: 82x/mnt RR : 24X/mnt T: 36,3 0C Dada : simetris Paru : V (+),R(-) ,W(-) Jantung : BJ I-II murni
Bising usus (+) Pemeriksa an penunjang Darah lengkap : Hb : 8,7 gr/dl Ht: 24,7 % Leukosit : Eritrosit : Trombosit : Sklera anikterik Darah Lengkap : % USG : tampak uterus dengan endometrial Terapi line 1-2 layer Resusitasi t Leukosit Eritrosit : Trombosi : : 17.500/ul 2.440.000 /ul Hb : Ht: 17,7 6,1gr/dl
Bising usus (+) Sklera anikterik USG : tampak uterus dengan endometrial line 1-2 layer
165.000 /ul Resusitasi cairan dengan menggunakan cairan kristaloid jenis Laktat Ringer Resusitasi cairan dengan menggunakan cairan jenis Laktat kristaloid Ringer
cairan Resusitasi cairan Resusitasi cairan Resusitasi dengan menggunakan cairan kristaloid jenis dower Laktat Ringer dengan menggunakan cairan jenis Laktat kristaloid Ringer cairan dengan menggunakan cairan kristaloid jenis Laktat Ringer
cateter Perbaiki KU Inj. Antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam Drip uterotonika 1ap/8 jam Observasi perdarahan dan tanda-tanda vital Transfusi jika Hb < 8 gr/dl
20 gtt/mnt Pemasangan dower cateter Perbaiki KU Inj. Antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam Drip uterotonika 1ap/8 jam Observasi perdarahan dan tanda-tanda vital
20 gtt/mnt Pemasangan dower cateter Perbaiki KU Inj. Antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam Drip uterotonika 1ap/8 jam Observasi perdarahan tanda-tanda vital
20 gtt/mnt Pemasangan dower cateter Perbaiki KU Inj. Antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam Drip uterotonika 1ap/8 jam dan Observasi perdarahan dan tanda-tanda vital Transfusi darah 1 kantong
20 gtt/mnt Pemasangan dower cateter Inj. Antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam Drip uterotonika 1ap/8 jam Vit.B 3x1 mg Transfusi darah 2 kantong
20 gtt/mnt cateter Inj. Antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam Antipiretik oral 3 x 500 mg Suplemen zat besi Sulfas ferosus 1x1 Kuretase Up
Laporan Curretage
: Rabu, 4 April 2012 : dr. Ridhaniar : General Anestesi : 11.00 WIB tindakan dimulai
1. Pasien dalam posisi litotomi dengan pengaruh anastesi 2. Dilakukan tindakan toilet vulva secara septik dan antiseptik 3. Kandung kemih dikosongkan dengan menggunakan kateter 4. Dilakukan pemasangan spekulum sim atas dan bawah 5. Porsio ditampakan secara avoe
6. Dilakukan penjepitan portio menggunakan tenakulum pada arah jam
11.00
7. Dilakukan sondase, didapatkan tinggi uterus 12 cm 8. Dilakukan tindakan kuretase searah jarum jam, dan dikeluarkan jaringan
80-100 cc 9. Setelah kuret selesai tenakulum dilepas, lalu bersihkan vagina dan portio dengan kapas betadine. Pukul 11.30 WIB tindakan selesai D/ Pra tindaka D/ Pasca tindakan : P2A0 post psrtus spontan dengan HPP e.c. rest plasenta : Pasca kuretase a/i sisa plasenta
Kontraksi uterus pasca kuretase (+) dan keadaan umum baik, TD 100/70 mmHg, Nadi 84 x/menit, RR 24 x/meni, Temperatur 36,70 C. Dipasang infus RL 20 tts/menit. Inj.Ceftriaxon 1gr/12 jam, PCT 3 x 500 mg, Sulfas ferosus 1x1.
CASE REPORT
Ibu 27 Tahun P2A0 Post Partus Spontan Aterm dengan Hemorrhagic Post Partum e.c. Rest Plasenta
Oleh : Haryani Dwita 0818011023 Defi Nurlia Erdian 0818011055 Preceptor : dr. Wahdi, Sp. OG
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO APRIL 2012
PERMASALAHAN
1. Apakah faktor penyebab terjadinya HPP pada kasus ini? 2. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat? 3. Apakah penanganan pada kasus ini sudah tepat?
ANALISIS KASUS 1. Apakah faktor penyebab terjadinya HPP pada kasus ini? Pada kasus ini perdarahan post partum berasal dari implantasi plasenta. Adapun faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan dari tempat implantasi plasenta diantaranya : Sisa plasenta Kotiledon atau selaput ketuban tersisa Inspeksi plasenta yang telah lahir harus dilakukan secara rutin, apabila ada bagian yang hilang misalnya kotiledon, uterus harus dieksplorasi dan sisa plasenta harus dikeluarkan.
Plasenta suksenturiata
Walaupun jarang, sisa dari lobus suksenturiata dapat menyebabkan perdarahan post partum. Plasenta akreta, inkreta, perkreta Kontraksi uterus yang tidak adekuat, plasenta yang melekat erat pada tempat implantasi dapat menyebabkan tertundanya pelepasan plasenta. Plasenta akreta terjadi karena implantasi jonjot korion hingga memasuki lapisan miometrium. Plasenta inkreta karena implantasi jonjot korion hingga menginvasi miometrium. Sedangkan plasenta prekreta implantasi jonjot korion hingga menembus miometrium. Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa pada kasus ini terjadi sisa plasenta yang menyebabkan terjadinya perdarahan post partum.
2. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat? Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada kasus ini sudah tepat. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa : Anamnesis Os. mengatakan bahwa keluar darah dari vagina setelah melahirkan, perdarahan sebanyak 3 x mengganti pampers, Os melahirkan pervaginam spontan aterm 37 minggu di bidan, Dilakukan manual plasenta oleh bidan karena plasenta tidak lahir dalam waktu 1 jam 30 menit. Plasenta hancur saat proses pengeluaran. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : lemah Konjungtiva anemis Tanda-tanda vital : : 130/70 : 100x/menit : 32x/menit : 37,6 oC
Tekanan Darah Denyut Nadi Pernafasan Suhu Pemeriksan Obstetri Pemeriksaan Luar
Tidak ditemukan pembesaran perut dan tidak ditemukan asites, bising usus (+), TFU 2 jari di bawah umbilikus Pemeriksaan Penujnjang Hematologi Hb USG Tampak uterus dengan endometrial line 1-2 layer. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan maka di simpulakan diagnosa kerja pada kasus ini adalah Ibu S 27 tahun P2A0 post partus spontan aterm dengan HPP e.c. rest plasenta.
3. Apakah penanganan pada kasus sudah tepat?
: 8,7 gr/dl
Pada kasus ini pasien masuk rumah sakit Ahmad Yani melalui UGD atas rujukan bidan tempat pasien melahirkan. Pasien diberikan resusitasi cairan dengan menggunakan cairan kristaloid jenis Ringer Laktat 30 gtt/mnt dan pemasangan dower kateter. Pasien kemudian dibawa ke bagian Kebidanan RSAY. Setelah dilakukan ananmnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ditegakan diagnosis P2A0 post partus spontan aterm dengan hemorrhagic post partum e.c. sisa plasenta. Kemudian pasien diberikan Inj. antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam sebagai profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi, drip uterotonika 1ap/8 jam agar uterus dapat berkontraksi dengan baik, observasi tanda-tanda vital, dan dilakukan transfusi bila Hb pasien < 8 gr/dl, serta dilaksanakan rencana kuretase. Pada penatalaksanaan pasien ini sudah sesuai dan adekuat.
Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%--60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Hemorrhagic post partum atau perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III persalinan selesai. Kehilangan darah lebih dari dari 1000 cc dengan persalinan pervaginam atau penurunan hematokrit lebih dari 10% sebelum melahirkan juga dapat dianggap perdarahan post partum. A. Etiologi pada HPP Perdarahan post partum merupakan tiga penyebab klasik kematian ibu disamping infeksi pada 24 jam pertama. Hampir sekitar 23-24% perdarahan post partum disebabkan karena adanya sisa plasenta atau rest plasenta. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya HPP yaitu : 1. Atonia uteri 50% - 60% Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan. 2. Retensio plasenta 16% - 17% Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir. Hal tersebut disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas namun belum dilahirkan. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi
terjadi
perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan :
a.
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi
(plasenta adhesiva)
b.
korialis menembus sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta) Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). 3. Sisa plasenta 23% - 24% Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi
plasenta segera setelah persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan. 4. Laserasi jalan lahir 4% - 5% Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu dilakukan setelah persalinan.
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arterill atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan melakukan ligasi. 5. Inversio Uteri Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Sebab inversio uteri yang tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari insersinya.
B. Gejala Klinik dan Diagnosis HPP
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain. Diagnosis yang dapat ditegakkan terhadap perdarahan pasca persalinan ditandai dengan : 1. Perdarahan banyak yang terus-menerus setelah bayi lahir.
2.
penurunan tekanan darah, nadi, dan napas cepat, pucat, ekstremitas dingin sampai terjadi syok. 3. 4.
5.
Perdarahan sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio Perdarahan setelah plasenta lahir. Perlu dibedakan sebabnya Riwayat partus lama, partus presipitatus, perdarahan antepartum
plasenta atau laserasi jalan lahir. antara atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma jalan lahir. atau penyebab lain. Perdarahan pasca persalinan juga dapat disertai dengan komplikasi disamping dapat menyebabkan kematian. Perdarahan pasca persalinan memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan tubuh penderita berkurang. Perdarahan banyak, kelak bisa menyebabkan sindrom Sheehan sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi insufisiensi bagian tersebut. Gejala-gejalanya adalah astenia, hipotensi, anemia, turunnya berat badan sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alatalat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi, amenorea, dan kehilangan fungsi laktasi. Gejala dan tanda yang selalu ada
Uterus tidak berkontraksi dan
lembek Perdarahan segera setelah anak lahir (Perdarahan Pascapersalinan Primer atau) Perdarahan segera Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir Uterus kontraksi baik Pucat Lemah Menggigil Robekan Jalan Lahir
Plasenta lengkap Plasenta belum lahir setelah 30 menit Perdarahan segera Uterus kontraksi baik
Retensio Plasenta
lanjutan Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang Syok neurogenik Pucat dan limbung
(mengandung pembuluh darah tidak lengkap Perdarahan segera Uterus tidak teraba Lumen vagina terisi massa Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir) Perdarahan segera Nyeri sedikit atau berat
C. Penatalaksanaan HPP Tujuan utama pertrolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat mungkin. Terapi pada pasien dengan hemorraghe postpartum mempunyai 2 bagian pokok :
1.
dengan hemorraghe postpartum memerlukan penggantian cairan dan pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organorgan penting. Pantau terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien.
2. 3.
Pemberian cairan : berikan normal saline atau ringer lactate Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi bimanual ataupun massase dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica lakukan eksplorasi. Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini sulit dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan hentikan pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan massase dan kompresi bimanual ulang tanpa menghentikan pemberian uterotonica. Pemberian antibiotic spectrum luas setelah tindakan ekslorasi dan manual removal. Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik bisa dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan tamponade uterrovaginal juga cukup berguna untuk menghentikan perdarahan selama persiapan operasi. D. KESIMPULAN Perdarahan adalah salah satu penyebab utama langsung kematian maternal, terutama di Negara yang kurang berkembang perdarahan merupakan penyebab terbesar kematian maternal. Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan 500 cc atau lebih yang terjadi setelah kala III. Perdarahan dapat terjadi secar massif dan cepat, atau secara perlahan lahan tapi secara terus menerus. Perdarahan hanyalah gejala, harus dicari tahu penyebabnya untuk memberikan pertolongan sesuai penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F Gary., Norman F.Grant MD., Kenneth J., Md Leveno, Larry C., Iii, Md Gilstrap, John C., Md Hauth, Katherine D.,Clark,Katherine D.Wenstrom. 2006. Obstetri Williams Edisi ke-21. Jakarta : EGC Elbourne DR, Prendiville WJ, Carroli G, Wood J, McDonald S. Prophylactic use of oxytocin in the third stage of labour. In: The Cochran Library, Issue 3, 2003. Oxford. Update Software. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prendiville WJ, Elbourne D, McDonald S. Active vs. expectant management in the third stage of labour. In: The Cochrane Library, Issue 3, 2003. Oxford: Update Software. http://www.pregnancy.about.com/cs/postpartumrecover/a/pph.htm http://www.medicine.com/EMERG/topic481.htm