You are on page 1of 4

Istilah frozen shoulder hanya digunakan untuk penyakit yang sudah diketahui dengan baik yang ditandai dengan

nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul. Frozen shoulder dibagi 2 klasifikasi, yaitu : a. Primer/idiopatik frozen shoulder Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang. b. Sekunder frozen shoulder Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka bakar yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

TANDA & GEJALA a. Nyeri Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal (Appley, 1993). b. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendinitis, infark myokard, diabetes melitus, fraktur imobilisasi berkepanjangan atau redikulitis cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 4560 tahun dan lebih sering pada wanita. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya (srugging) (Heru P Kuntono,2004). c. Penurunan Kekuatan Otot dan Atropi Otot Pada pemeriksaan fisik didapat adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya

kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat dijumpai adanya atropi bahu (dalam berbagai tingkatan). Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas normal (Heru P Kuntono, 2004). d. Gangguan Aktifitas Fungsional Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesive seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang dijalaninya.

PEMERIKSAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Identitas pasien Riwayat penyakit RPS RPD RPK Pemeriksaan Fisik a) Vital Sign b) Inspeksi Hasil inspeksi yang dapat diperoleh dari pengamatan terhadap pasien antara lain melalui inspeksi statis adalah (1) keadaan umum pasien baik (wajah tidak pucat), (2) bahu simetris antara bahu kiri dan kiri, (3) tidak tampak adanya oedema pada bahu kiri, (4) tidak ada adanya atropi pada bahu kiri dan tidak ada warna kulit kemerah-merahan pada bahu kiri. Inspeksi dinamis yang dapat diperoleh dari pemeriksaan antara lain (1) pasien terlihat kesakitan terutama saat melakukan gerakan abduksi lebih dari 90 derajat, (2) ekspresi wajah pasien terlihat menahan sakit saat lengan kirinya digerakkan. c) Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba, menekan dan memegang bahu penderita yang dikeluhkan. Dari pemeriksaan ini didapatkan (1) tidak ditemukan adanya oedema, (2) adanya spasme otot-otot sekitar sendi bahu terutama deltoid anterior, (3) suhu lokal sendi bahu kiri normal. d) Gerak Aktif Dalam pemeriksaan gerak aktif, pasien diminta untuk menggerakkan secara aktif bahunya kearah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, endorotasi, eksorotasi, elevasi, depresi, protraksi, retraksi dan sirkumduksi. Dalam pemeriksaan ini diperoleh hasil (1) adanya rasa nyeri pada bahu kiri setiap akhir gerakan pada semua arah gerak baik

gerakan fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi, abduksi dan adduksi sendi bahu, (2) adanya keterbatasan lingkup gerak sendi ke semua arah gerak. e) Gerak Pasif Merupakan pemeriksaan gerak sendi bahu yang dilakukan oleh fisioterapis kearah fleksi, ekstensi, eksorotasi, endorotasi, sementara pasien dalam keadaan pasif dan rileks abduksi dan adduksi horizontal dari hasil pemeriksaan ini diperoleh informasi berupa (1) adanya rasa nyeri pada setiap akhir gerakan pada semua arah gerak baik gerakan fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi, abduksi dan adduksi sendi bahu, (2) adanya keterbatasan lingkup gerak sendi ke semua arah gerak, (3) rasa pada akhir gerakan (end feel) sendi bahu ini adalah lunak terulur. f) Gerak Isometris Melawan Tahanan Pada pemeriksaan gerak ini prinsipnya masih sama seperti pada pemeriksaan gerak aktif pada sendi bahu ke segala arah hanya saja pada pemeriksaan gerak ini masih ditambah dengan tahanan secara isometrik oleh terapis dan hasil yang diperoleh adalah (1) pasien mampu melakukan gerakan isometris melawan tahanan terapis tanpa timbul adanya nyeri, (2) adanya penurunan kekuatan otot penggerak bahu kiri baik fleksor, ekstensor, endorotator, eksorotator, abduktor dan adduktor sendi bahu.

Pemeriksaan Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas Pemeriksaan kemampuan fungsional yang telah dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selain itu untuk mengetahui sebagaimana ketergantungan pasien terhadap bantuan orang lain atau lingkungan sekitarnya dalam melakukan aktifitas fungsional. Pemeriksaan kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas meliputi fungsional dasar diperoleh (1) pasien mampu miring, tengkurap dan bangun dari tempat tidur tanpa bantuan, (2) pasien mampu melakukan gerakan aktif pada sendi bahu kiri dengan disertai nyeri, (3) pasien belum mampu bergerak full Lingkup Gerak Sendi nya (LGS) pada sendi bahu kiri. Aktifitas fungsional pasien terganggu diantaranya mengalami kesulitan saat melakukan aktifitas kesehariannya terutama yang melibatkan bahu kiri diantaranya (1) menyisir rambut, (2) menggosok punggung saat mandi, (3) memakai dan melepas baju, (4) mengambil benda yang berada diatas. Lingkungan aktifitas dari pasien adalah lingkungan keluarga pasien yang sangat mendukung kesembuhan pasien.

Tes Khusus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pemeriksaan derajat nyeri dengan VAS (Visual Analog Scale) Pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS) dengan Goniometer Appley strech test Joint play movement test Drop arm test/tes Mosley Pelaksanaan Fisioterapi Short Wave Diathermy (SWD) Terapi Manipulasi Terapi Latihan

You might also like