You are on page 1of 4

Herpangina (Apthous pharyngitis, vesicular pharyngitis) Herpangina merupakan infeksi virus yang khusus, ditemukan oleh Zahorsky tahun

1920. Infeksi dapat terjadi melalui saluran pencernaan atau pun kontak langsung. (Shafer, 2006:473) Merupakan salah satu infeksi akut, dan biasanya diderita oleh bayi maupun anak-anak. Virus yang biasanya menyebabkan penyakit ini adalah coxsackievirus A. Diagnosis Karakteristik penyakit ini dimulai dengan demam, radang tenggorokan, sakit kepala, anoreksia, muntah, sakit punggung, dan sakit saat penelanan. Gejala-gejala ini terjadi dalam beberapa jam sampaisamapai hari sebelum munculnya lesi vesikular pada posterior pharyng. Demam biasa terjadi antara 2-4 hari. Vesikula bewarna keabu-abuan dengan diameter 1-2 mm yang sering meningkat pada tonsil selama 2 hari setelah kejadian awal. Lesi erithema juga terdapat pada palatum lunak, tonsil, uvula, dan lidah.

Dalam 24 jam ke depan, lesi terlihat seperti ulcer dangkal dengan diameter kurang dari 5 mm dan hilang dalam 1-5 hari. Pada bayi biasanya ditandai dengan muntah.(Saraf, Sanjay, 2006:100) Dalam mendiagnosisnya harus dapat membedakan dari stomatitis herpetiformis, cacar air. Perawatan Tidak perlu dilakukan treatment, sejak penyakit muncul kemudian mengeliminasi sendiri dan terdapat sedikit komplikasi. (Shafer, 2006:473). Untuk meredakan gejalanya, dapat dilakukan diet lunak dan cairan yang cukup besar, analgesik antipiretik (exlisir parasetamol), antiseptik lokal (larutan kumur klorheksidin 0,2%), acyclovir secara oral atau parenteral (pada penderita gangguan kekebalan) 2.7 Acute Lymponodular Pharyngitis Ditemukan pertama kali oleh Steigman tahun 1962. Adanya kemiripan dengan penyakit Herpangina. (Shafer, 2006:473) Dikelompokkan dalam variasi penyakit herpangina karena penyakit ini disebabkan oleh coxsackievirus A 10. Lesi oralnya memiliki kesamaan pola penyebarannya seperti yang terlihat juga pada penyakit herpangina. Perbedaan utamanya adalah Acute Lymponodular Pharyngitis, lesi faringnya menyisakan papular tanpa pergerakan menuju tahap vesikel dan ulser. (Saraf, Sanjay, 2006:100) Diagnosis Karakteristik penyakit ini terlihat dengan adanya lesi yang meningkat, mempuyai ciri khusus,papil atau nodul berwarna keputih-putihan atau kekuningan sampai merah muda

gelap, di kelilingi oleh erithema. Lesinya tidak vesikular dan tidak ulser. Lesi terdapat pada uvula, palatum lunak, anterior pillars, dan oropharing posterior. (Shafer, 2006:473-474)

Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengisolasi virus utama Coxsackie A10 ke tikus melalui suntikan. Bukti secara serologik oleh virus inu juga dinyatakan positif. (Shafer, 2006:474) Penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak dan dewasa muda, walaupun dewasa tua pun juga dapat terjangkit penyakit ini. Pasien biasanya mengatakan bahwa merasakan sakit tenggorokan, kenaikan temperatur tubuh antara 100-105 F, sakit kepala ringan, dan anoreksia. Gejala ini terjadi antara 4-14 hari dan lesi oralnya selama 6-10 hari, walaupun sisa dari erithema terkadang masih ada hingga beberapa hari. Dan masa inkubasi penyakitnya selama 2-10 hari. (Shafer, 2006:473) Perawatan Tidak diperlukan treatment khusus karena penyakitnya akan mengeliminasi sendiri. Dan ditemukan pula terapi antibootik tidak memberikan keuntungan apa pun. (Shafer, 2006:474) 2.8 Hand, foot, mouth disease Merupakan infeksi epidemic, yang ditemukan oleh Robinson tahun 1958. Disebabkan oleh Coxsackie A16, sedikit dikarenakan A5 dan A6, dan jarang oleh B5 atau enterovirus 71. (Shafer, 2006:474). Diagnosis Diagnosisnya berdasarkan gejala-gejala klinik, isolasi virus melalui kultur sel, PCR, atau tes serologik. Kultur sel adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menegaskan diagnosisnya.(Saraf, Sanjay, 2006:100) Diagnosis melalui gejala klinis Mulut terasa sakit dan biasanya pasien menolak untuk makan. Tanda-tanda seharusnya mengecil, terdapat multiple vesicular, dan lesi ulseratif lokal lebih banyak dibandingkan yang terlihat di herpangina. Lokasi utama lesi oral terdapat di palatum keras, lidah, dan mukosa bukal. Jarang sekali terlihat keterlibatan bibir, gingiva, dan pharing, termasuk juga tonsil. Lidah dapat berwarna kemerahan dan terjadi edema.(Shafer, 2006:475)

Penyakit ini mirip dengan herpangina, ruam pada kulit dan lesi oral berhubungan dengan flu. hand, foot, and mouth disease paling sering terjadi pada anak-anak dan manifestasi klinik hampir sama dengan herpangina, tetapi vesikular exanthem muncul pada mukosa buccal, mukosa labial, lidah, dan palatum.(Saraf, Sanjay, 2006:100) Diagnosis Pembanding Dalam hal ini terdapat kesamaan dalam penampakan klinis dari lesi hand, foot, and mouth disease dan berbagai macam kondisi lain yang dapat ditemukan. Dalam evaluasi mengenai penyakit ini, McKineey telah melakukan pendataan berbagai macam kondisi yang dipertimbangkan dalam diagnosis pembanding, termasuk diantaranya yaitu herpetic gingivostomatitis, herpangina, erithema multiformis, recurrent aphthous ulcers, dan handand-mouth disease pada hewan.(Shafer, 2006:475) Perawatan Tidak diperlukan treatment khusus sebab penghilangan penyakit dilakukan sendiri dan regresi menyeluruh selama 1 atau 2 minggu.(Shafer, 2006:475) Penyakit ini terkadang memerlukan perawatan simptomatik. (Saraf, Sanjay, 2006:100) 2.9 Parotitis epidemika (mumps) Parotitis epidemika atau mumps adalah penyakit infeksi virus akut yang mengenai kelenjar ludah. Penyakit ini ditandai dengan pembesaran kelenjar ludah yang terasa nyeri pada kedua pipi, kadang-kadang hanya pada satu sisi atau tidak ada pembengkakan sama sekali. Penyebab parotitis epidemika adalah virus RNA rantai tunggal berkapsul famili Paramiksovirus. Penderita dapat menularan penyakitnya sejak kuranglebih 7 hari sebelum timbulnya gejala penyakit sampai kurang lebih 9 hari sesudahnya. Penularan dapat terjadi melalui percikan ludah (droples infection) diantaranya melaluui alat-alat makan dan minum yang dipakai bersama. Gejala awal parotitis epidemika adalah menggigil, sakit kepaa, kehilanan nafsu makn, dan kurang bergairah. Kadang-kadang ada pula pasien yang terinfeksi mengalami gejala awal tersebut. Diagnosis Diagnosis parotitis epidemika biasanya ditegakkan berdasrkan gejala-gejala yang diperlihatkan maupun berdasarkan hasil pemeriksaan fisik. Pada suatu kejadian epidemik diagnosis lebih mudah ditegakkan dengan melihat gejala klinis yaitu dengan cara memeriksa suhiu badan, palpasi sekitar outline kelenjar parotis, dan pemeriksaan intra oral yang memperiahtkan adanya peradangan disekitar muara duktus stensen. Pada pemeriksaaan laboratorium secara patologi anatomi, lesi pada parotitis epidemika memepertlihatkan adanya edema interstisial, sedangkan pemeriksaan secaras

serologi menggunakan teknik pemeriksaan dengan fiksasi komplemen. Penegakan diagnosis secara etiologi tergantung kepada keberhasilan untuk mengisolasi virus dari saliva, urin, cairan serebrospinal, faring, dan lokasi lainnya yang terkena. Pengobatan Pemberian analgetik dan antipiretik seperti aspirin, kodein, asetaminofen atau ibuprofan dapat mengurangi rasa sakit karena pembengakakan, sakit kepala dan demam. Pada kasus yang parah dapat diberikan kortikostreroid degan tingkat keberhasilan yang berbeda pada setiap pasien.

Gambar: kelenjar liur

gambar :Penderita mumps

You might also like