Professional Documents
Culture Documents
Yang Terhormat Rektor Universitas Khairun, Senat, Segenap Civitas Akademika Teknik Sipil Indonesia Wilayah XIV dan Hadirin Sekalian. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh, Salam Sejahtera bagi kita semua.
Seraya memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, saya menyambut gembira menyampaikan kuliah umum pembangunan infrastruktur di propinsi maritim yang wilayahnya dominan kepulauan. Propinsi maritim secara sederhana dapat diartikan sebagai propinsi yang memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang menyebar dan wilayah laut lebih luas daripada daratannya seperti di Propinsi Maluku Utara. Sesuai dengan pengertian tersebut propinsi maritim di Kawasan Timur Indonesia antara lain Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat, serta di Kawasan Barat Indonesia yaitu Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Namun dikaitkan pertimbangan komposisi wilayah yang
dicirikan
atas
keberadaan
gugusan
pulau-pulau
kecil
dapat
pula
dikategorikan sebagai propinsi maritim antara lain Sulut, Gorontalo, Sulsel, Sulteng, dan Sultra. Hadirin Yang terhormat, Infrastruktur Pekerjaan Umum yang merupakan bangunan fisik untuk kepentingan umum,
pekerjaan umum di wilayah maritim perlu mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup sebagai pilar pembangunan berkelanjutan. Agar infrastruktur dapat berfungsi efisien dan efektif diperlukan pendekatan pembangunan yang bersifat kewilayahan. Dengan pendekatan ini pengembangan infrastruktur di propinsi maritim perlu diintegrasikan secara spasial antara sistem infrastruktur nasional, sub-sistem regional, dan dalam konteks keterkaitan perkotaan dan perdesaan di setiap sektor, diantaranya transportasi dan komunikasi, konstruksi dan infrastruktur kebutuhan dasar seperti listrik, gas, dan air bersih. Sektor publik berperan dalam menetapkan kebijakan dan program, sektor swasta dalam bentuk partisipasinya dalam penyelenggaraan industri dan jasa pelayanan infrastruktur, serta masyarakat sendiri dalam partisipasinya pada setiap proses pembangunan. Dengan demikian, pengembangan infrastruktur di propinsi maritim diharapkan akan dapat mendorong percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dengan sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial dan kenyamanan lingkungan. Dalam pengembangan sistem infrastruktur nasional, dengan kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang dihuni 238 juta (sensus 2010) penduduk dan tersebar tidak merata, kebutuhan artikulasi masyarakatnya perlu diakomodasi dalam sistem infrastruktur yang tepat bagi masing-masing tingkat perkembangan maupun potensi yang dimiliki. Di samping itu, kondisi geografi Indonesia yang merupakan negara kepulauan terdiri dari 5 pulau besar, dan ribuan pulau kecil, serta memiliki ketersediaan sumberdaya alam yang tidak merata pula, memerlukan pendekatan pembangunan infrastruktur yang berbasis kondisi tingkat perkembangan di setiap wilayah. Pada skala nasional, pendekatan tersebut membagi wilayah nasional ke dalam 3
kategori, yaitu pengembangan infrastruktur di kawasan telah berkembang, kawasan berkembang, dan kawasan pengembangan baru. Kawasan Telah Berkembang meliputi Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang relatif telah jauh berkembang kegiatan ekonominya dengan dukungan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) Barat (Selat Sunda Laut Natuna) dan bahkan dapat dipandang sebagai satu kesatuan wilayah ekonomi. Sebagai ilustrasi, kesatuan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera ini memerlukan sistem transportasi terpadu untuk mendukung pesatnya perluasan kawasan industri terutama di Sumatera Bagian Selatan maupun pengembangan infrastruktur di wilayah maritim Kepulauan Riau dan Bangka Belitung untuk menarik potensi ekonomi yang ada dengan sumber dana pembangunan infrastruktur sebagian diharapkan dari swasta, karena telah menarik sebagai bidang investasi. Infrastruktur di Kawasan Mulai Berkembang, meliputi Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dengan didukung ALKI Tengah (Selat Lombok - Selat Makasar). Pertumbuhan ekonomi dicirikan oleh kegiatan-kegiatan baru yang mulai berkembang. Sebagai ilustrasi, sistem infrastruktur transportasi seperti di wilayah maritim perlu terus dikembangkan antara lain melalui jalan lintas Sulawesi beserta outlet-outlet pelabuhan Samudera dan Nusantara, terutama pelabuhan Makassar dengan pendanaan infrastruktur dari swasta mulai dapat dikembangkan. Infrastruktur di Kawasan Pengembangan Baru, yang meliputi kepulauan Maluku, Papua, dan seluruh Nusa Tenggara Timur, dengan didukung oleh ALKI Timur (Laut Arafuru Laut Banda Laut Maluku). Sebagai ilustrasi, pemanfaatan sumber daya alam terutama lahan pertanian dan potensi kelautan memerlukan pengembangan sistem transportasi terpadu (laut,
darat, dan udara) dengan pendanaan infrastruktur mengandalkan terutama kemampuan Pemerintah Pusat maupun Daerah. Hadirin Yang terhormat, Pembangunan infrastruktur di propinsi yang dominan kepulauan menghadapi berbagai tantangan seiring semakin efektifnya globalisasi dan dengan semakin terbukanya perdagangan barang dan jasa dan semakin efektifnya otonomi daerah. Terkait dengan pengembangan infrastruktur fisik, dihadapi tantangan terutama disparitas pembangunan antar wilayah dan belum memadainya infrastruktur fisik yang ada dalam memenuhi kebutuhan menggerakkan potensi wilayah. Dijumpai pula keterbatasan infrastruktur permukiman baik di perkotaan dan perdesaan serta kondisi perumahan yang belum memadai. Selain itu sebagai akibat pemanasan global, wilayah maritim mengalami dampak yang serius yaitu, kenaikan muka air laut (sea level rise). Secara umum kenaikan muka air laut akan mengakibatkan dampak sebagai berikut: (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir dikarenakan backwash
effect akibat efek pembendungan dari kenaikan muka air laut, (b)
perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c) meluasnya intrusi air laut, (d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan (e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil. Namun, propinsi maritim memiliki potensi sebagai
prime
mover
pengembangan wilayah nasional pada kawasannya masing masing laut yang besar antara lain berbagai jenis ikan, termasuk ikan hias, terumbu karang, mutiara, rumput laut, maupun pertambangan. Dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki, propinsi maritim mempunyai potensi besar. Untuk mengoptimalkan nilai manfaat sumberdaya bagi pengembangan wilayah pada propinsi tersebut secara berkelanjutan,
diperlukan infrastruktur Pekerjaan Umum untuk mendukung pengelolaan wilayah maritim yang bukan hanya berbasis darat namun lebih fokus pada basis kelautan. Adapun arah pengembangan infrastruktur mendukung pembangunan
Kesatu , Pada tahun 2007 telah diundangkan UU/26/2007 tentang Penataan ruang dan PP 26/2008 tentang Pelaksanaan Penataaan Ruang. Dalam rangka mendukung pembangunan propinsi maritim yang berkelanjutan, diperlukan penataan ruang sebagai acuan spasial yang memanfaatkan semua potensi yang ada terutama potensi kelautan. Untuk itu Rencana Tata Ruang Propinsi Maritim perlu dimutakhirkan sebagai landasan integrasi rencana dan sinkronisasi program lintas sektor maupun lintas kawasan yang berbasis kelautan. Penataan ruang propinsi maritim tersebut merupakan komitmen bersama antara pemerintah daerah yang legal untuk diacu. Dalam waktu dekat ini yang mendesak untuk segera dilakukan adalah menyelesaikan RTRW provinsi, kabupaten/kota berbasis UU Penataan Ruang No.26/2007 yang untuk selanjutnya ditetapkan menjadi peraturan daerah. Dari 33 provinsi, 398 kabupaten dan 93 kota, RTRW yang telah di-Perdakan 6 Provinsi, 9 kabupaten dan 3 kota. Penyelesaian dan penetapan RTRW provinsi/kabupaten/kota tersebut sangat mendesak untuk segera dapat diselesaikan. RTRW tersebut perlu perhatian garis sepadan laut untuk mitigasi bencana. Peristiwa bencana telah mengakibatkan hilangnya ribuan korban jiwa, sehingga melumpuhkan basis ekonomi lokal serta mendegradasi kualitas lingkungan hidup seperti yang baru terjadi di Wasior-Papua, dan sebelumnya di NAD, Yogjakarta dan beberapa tempat lainnya. Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencakup 50% dari luas wilayah Jakarta Utara. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka :
6
abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.
Pencemaran akibat kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian di darat (land-based pollution sources) maupun akibat kegiatan dilaut (marine-based pollution sources) termasuk perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak dan kegiatan pertambangan dan energi lepas pantai.
2)
3)
4) Konflik pemanfaatan ruang seperti antara pertanian dan kegiatan di daerah hulu lainnya, aquakultur, perikanan laut, permukiman. Konflik pemanfaatan ruang disebabkan terutama karena tidak adanya aturan yang jelas tentang penataan ruang dan alokasi sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan.
Walaupun telah menjadi common interests, proses pelibatan masyarakat sebagai subyek utama dalam pengelolaan wilayah pesisir masih belum menemukan bentuk terbaiknya. Persepsi yang berbeda mengenai hak dan kewajiban dari masyarakat seringkali menghadirkan konflik antar kepentingan yang sulit dicarikan solusinya, meningkatkan transaction cost, dan cenderung merugikan kepentingan publik. Hal lainnya adalah menyangkut tatacara penyampaian aspirasi agar berbagai kepentingan seluruh stakeholders dapat terakomodasi secara adil, efektif, dan seimbang. Pelibatan masyarakat perlu dikembangkan berdasarkan konsensus yang disepakati bersama serta dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial-budaya setempat (local unique).
5)
Kelima ,
dalam
rangka
pengembangan
kawasan
strategis
maka
pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) seperti Bima, Bitung, dan Pare-pare, perlu dipercepat sebagai unit pengembang ekonomi yang dijalankan secara profesional, berorientasi bisnis dengan berbagai promosi investasi dan disediakan berbagai kemudahan seperti perpajakan untuk memacu minat investasi. pengembangan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus). Demikian pula rencana
keberadaan ALKI barat, pengembangan kawasan perbatasan dengan ASEAN, maupun jalan lintas Timur Sumatera dan dengan peningkatan kerjasama ekonomi sub regional (KESR). Dengan demikian, orientasi percepatan pembangunan ekonomi agar tidak hanya inward looking namun semakin
meningkatkan orientasi kepada outward looking seiring semakin efektifnya globalisasi seperti AFTA.
users
pay
principle
pada
sektor-sektor
yang
memungkinkan,
dan
pembentukan dana khusus infrastruktur (Bank Infrastruktur). Mengingat pentingnya infrastruktur dalam percepatan pembangunan ekonomi, kiranya sektor riil ini perlu mendapat porsi pendanaan signifikan terhadap anggaran pembangunan secara keseluruhan. Keterbatasan kemampuan finansial pemerintah dalam pembiayaan infrastruktur perlu didukung dengan berbagai upaya mobilisasi dana swasta dan masyarakat melalui kemitraan antara pemerintah dengan swasta maupun antara pemerintah dengan masyarakat.
Kebutuhan teknologi dimasa yang akan datang selalu muncul karena masyarakat akan selalu menuntut lebih efisiensi. Efisiensi yang sudah ada pada saat ini masih akan dipandang kurang pada masa yang akan datang, apalagi menghadapi tatanan globalisasi yang semakin efektif dewasa ini. Dengan demikian, teknologi dan aplikasinya yang akan meningktatkan efisiensi, akan selalu dituntut, dan itu jelas akan semakin lebih canggih dari teknologi yang sudah ada. Ini kemudian akan menjadi tantangan dan harapan bagi wisudawan-wisudawan hari ini. Menyikapi tantangan dan tuntutan akan kehadiran tenaga ahli di masa yang akan datang, sangat diharapkan bahwa Lembaga Pendidikan seperti Universitas Khairun, dapat menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang dibutuhkan dalam proses pembangunan seperti diuraikan dimuka. Setelah lulus dari proses pendidikan, diharapkan masih terus belajar menggeluti aplikasi bidang ke ilmuannya sedemikian sehingga dalam waktu tidak terlalu lama akan terbentuk tenaga ahli yang akan menjadi pelaksana kelanjutan pembangunan di Negara ini. Inilah peluang bagi tenaga ahli teknik sipil yang pada saat ini sedang berbahagia setelah melewatkan perjuangannya untuk dapat memenuhi kriteria kelulusan sebagai sarjana. Untuk itu peran perguruan tinggi sangat penting dalam melakukan penelitian kandungan teknologi dan terlibat dalam industri yang sifatnya memberi percontohan dan inovatif guna mendorong peningkatan berbagai produk infrastruktur. Upaya ini sebagai globalisasi dengan iklim respon semakin efektifnya
laissez-faire (pasar
bebas) yang semakin mengontrol kita agar dapat menghasilkan produk yang kinerjanya berdasarkan kualitas produk, kemurahan harga, ketepatan waktu distribusi dan berbagai parameter ekonomi lain dengan ciri daya saing. Penelitian menunjukan keterkaitan kuat antara teknologi dan pertumbuhan ekonomi Sesuai paradikma tekno-ekonomi bahwa teknologi merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi.
11
Pembangunan di Indonesia kiranya akan semakin ditingkatkan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia, dan untuk itu dibutuhkan teknologi yang mendukung pembangunan agar pembangunan dapat terwujud dengan baik oleh ahli-ahli Indonesia yang menjadi pelaksana pembangunan di Negaranya sendiri. Untuk itu dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang masih segar dan bersemangat yang diharapkan agar meneruskan pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Kami percaya bahwa dengan adanya forum komunikasi mahasiswa teknik
Sipil perannya akan semakin meningkat dalam pengembangan Iptek dan
sebagai penyedia tenaga-tenaga ahli yang berkualitas tersebut diantaranya para wisudawan yang baru dilantik ini. kesuksesannya. Sekian dan Terima Kasih, Mengakhiri ceramah ini, perlu ditekankan bahwa untuk mempercepat pembangunan wilayah maritim, diperlukan pendekatan pembangunan berbasis kelautan. Untuk itu, saya menaruh harapan kiranya pertemuan ini akan terus ditindaklanjuti sehingga dapat dituangkan rencana pengembangannya untuk diimplementasi secara menerus. Dengan demikian, kontribusi wilayah maritim pada pembangunan nasional semakin meningkat. Sekian dan Terima Kasih. Wassalaamualaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh Wakil Menteri Pekerjaan Umum Dr. A. Hermanto Dardak Kami mengucapkan selamat atas
12