You are on page 1of 23

I. Identitas pasien Nama Usia Jenis Kelamin Agama Alamat Pekerjaan Suku Tanggal Masuk RS : An.

F : 10 tahun : Laki-laki : Islam : Kasepuhan : Pelajar : Jawa : 01 Desember 2012

II. Anamnesis Keluhan utama : nyeri lengan kiri bawah Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RSUD Gunung Jati pada tanggal 01 Desember 2012 setelah jatuh dari pohon setinggi 2 meter. Pasien mengeluh nyeri pada lengan bawah kiri setelah jatuh dari pohon. Pasien terjatuh dengan posisi tangan kiri menopang badan. Setelah kejadian tersebut orang tua pasien langsung dibawa ke rumah sakit karena tampak tangan kiri bagian bawahnya sedikit bengkok. Di IGD Rumah Sakit tangan kiri pasien dibalut. Pasien sadar dan dapat mengingat kejadian dengan baik. Tidak ada riwayat perdarahan yang keluar dari hidung maupun telinga. Pasien juga tidak mengalami mual dan muntah. Pasien merasa nyeri jika menggerakkan lengan kirinya. III. Pemeriksaan fisik 3.1 Status generalis Kesadaran : compos mentis, GCS 15 (E4V5M6) a. Tanda vital
-

Tekanan darah Nadi

: 90/70 mmHg : 88 x/menit

Respirasi Suhu Berat Badan

: 20 x/menit : 36,4 C : 25 kg

b. Kepala Normocephal Tidak tampak jejas, hematum dan perlukaan c. Mata


-

Konjungtiva Pelpebra Pupil Refleks cahaya

: tidak ada hemaom dan tidak anemis : tidak ada edema : bulat, isokori, 3mm : langsung +/+, tidak langsung +/+

d. Hidung Tidak tampak perdarahan aktif e. Bibir Tidak tampak sianosis dan kering f. Lidah Tidak tampak deviasi, berwarna merah g. Leher Dalam batas normal h. Thorax Inspeksi Dinding dada simetris dalam keadaan statis dan dinamis Tidak tampak jejas
2

Palpasi Tidak ada nyeri tekan maupun nyeri lepas di kedua hemithoraks Fremitos taktil dan vocal baik

Perkusi Terdengar sonor di kedua lapang paru

Auskultasi Bunyi jantung I/II reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan Terdengar vesikuler dan Rhonki di kedua lapang paru.

i. Abdomen Inspeksi

tampak datar, simetris, tidak ada jejas dan perlukaan

Auskultasi Bising usus positif

Perkusi Terdengar timpani di keempat kuadran abdomen

Palpasi Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan maupun nyeri lepas

j.

Ekstremitas Akral hangat, tidak sianosis. Terdapat edema e/r carpal sinistra dan antebrachii sinistra.

3.2 Status lokalis Regio antebrachii sinistra Look : Tampak ada deformitas pada 1/3 medial ke arah anterior Warna kulit sama dengan daerah lainnya, tidak terdapat perlukaan, tampak edema e/r carpal sinistra dan antebrachii sinistra Feel :

Teraba nyeri tekan pada 1/3 medial, arteri radialis teraba (+). Move : Gerakan pronasi dan supinasi terbatas dan terasa nyeri. Gerakan fleksi dan ekstensi terbatas dan terasa nyeri. Jari dapat bergerak bebas IV. Pemeriksaan penunjang Foto rontgen regio antebrachii sinistra AP/L tanggal 01 desember 2012

Foto Antero-posterior:

Tampak diskontinuitas tulang pada os radius sinistra 1/3 distal transverse displace fragmen proksimal bergeser ke medial

Tidak tampak kerusakan jaringan lunak

Foto Lateral

Tampak diskontinuitas tulang pada os radius sinistra 1/3 distal transverse diplace fragmen proksimal bergeser ke anterior

Tidak tampak kerusakan jaringan lunak

V. Resume Pasien laki-laki berusia 10 tahun datang setelah jatuh dari pohon setinggi 2 meter. Pasien dapat mengingat kejadian . Pasien jatuh dengan posisi tangan kiri menopang badan. Pada pemeriksaan fisik status lokalis e/r antebrachii sinistra 1/3 distal tampak deformitas ke arah anterior, teraba nyeri,arteri radialis dapat teraba , pergerakan gerakan pronasi dan supinasi terbatas dan terasa nyeri,gerakan fleksi dan ekstensi terbatas dan terasa nyeri. Pada pemeriksaan penunjang foto rontgen regio antebrachii dextra tampak diskontinuitas os radius 1/3 distal fragmen proksimal bergeser ke medio-anterior. VII. Diagnosis kerja Fraktur tertutup Os. Radius sinitra 1/3 distal fragmen proksimal bergeser ke antero-medial. VIII. Rencana penatalaksanaan Medikamentosa :

IVFD RL 20 gtt/menit Analgetik

Non-Medikamentosa : Reduksi tertutup antebrachii sinistra Imobilisasi fraktur dengan gips sirkuler diatas siku

IX. Prognosis Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

BAB I PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari struktur tulang epiphtseal plate serta cartilage (tulang rawan sendi). Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang, yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Fraktur pada kedua batang tulang lengan bawah amat sering terjadi dalam kecelakaan lalu lintas. Daya pemuntir (biasanya jatuh pada tangan) menimbulkan fraktur spiral dengan kedua tulang patah pada tingkat yang berbeda. Pukulan langsung atau daya tekukan menyebabkan fraktur melintang kedua tulang pada tingkat yang sama. Deformitas rotasi tambahan dapat ditimbulkan oleh tarikan otot-otot yang melekat pada radius. Perdarahan dan pembengkakan kompartemen otot pada lengan bawah dapat menyebabkan gangguan peredaran darah.

BAB II PEMBAHASAN

I. Anatomi radius Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius dan di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membrana interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi

radioulnar yang dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antar tulang, yaitu m. supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius. Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus, yaitu tulang lunatum dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligamen radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulnar. Ligamen kolateral ulnar bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligamen radioulnar dorsal dan volar. yang kesemuanya menghubungkan radius dengan ulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangularjibro cartilage complex). Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi radial dan ulnar. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi.

Ujung proximal radius membentuk caput radii (capitulum radii), berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radiioleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea(crista interossea), margo anterior (margo volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, dibagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis carpi. Nervus Radialis terletak di dalam fossa cubiti, nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial (sensorik) dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi sensorik
8

pada punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang dalam menginervasi otot-otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke dalam menginervasi m. supinator dan keluar sebagai n. interosseus posterior.

II. Fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari struktur tulang epiphiseal plate serta cartilage (tulang rawan sendi). Patofisiologi dan diagnosis Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu, seperti yang terjadi pada fraktur Colles*. Sebaliknya, jatuh pada permukaan tangan sebelah dorsal menyebabkan dislokasi fragmen distal ke arah volar seperti yang terjadi pada fraktur Smith*. Pada keduanya masih terdapat komponen gaya ke arah
10

deviasi radial dan deviasi ulna yang dapat menyebabkan patahnya tulang karpus. Jatuh pada permukaan tangan bagian volar dengan tangan dalam posisi deviasi radial dapat menyebabkan fraktur pada tulang navikulare (os skafoid) sedangkan Jatuh dengan tangan dorsofleksi maksimal dapat menyebabkan dislokasi tulang lunatum. Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara klinis, dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles atau fraktur Smith. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. Hal yang mungkin terlewat dalam diagnosis adalah adanya fraktur tulang navikulare atau adanya dislokasi tulang lunatum. Secara klinis pada fraktur navikulare didapati nyeri tekan pada tabatier anatomik. Diagnosis kedua kelainan ini ditegakkan dengan foto Rontgen. Pada foto antero-posterior biasa sering tidak terlihat adanya fraktur navikulare. Untuk ini perlu foto dengan proyeksi oblik 45 dan 135 atau foto diulang setelah satu minggu karena mungkin retak tidak kelihatan pada cedera baru. Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Fraktur radius distal intraartikuler, dengan patahan distal radius terdislokasi ke arah volar disebut fraktur Barton volar, sedangkan bila patahan distal pindah ke arah dorsal, disebut fraktur Barton dorsal.

Fraktur Satu Tulang Fraktur radius saja biasanya terjadi akibat suatu trauma langsung dan sering terjadi pada bagian proksimal radius. Fragmen fraktur akan terdislokasi ad latitudinem dan ad periferam. Untuk penantalaksanaan dapat dilakukan reposisi tertutup kemudian imobilisasi dengan lengan pronasi pada fraktur 1/3 distal, netral pada fraktur 1/3 tengan dan supinasi pada fraktur 1/3 proksimal, imobilisasi selama 4-6 minggu. . Fraktur ini sulit direposisi secara tertutup atau akan mengalami redislokasi bila reposisi berhasil. Oleh karena itu, dianjurkan reposisi terbuka dan biasanya dipasang fiksasi interna dengan plat jenis kompresi.

Klasifikasi Fraktur Antebrachii Menurut Arif Mansjoer (2000: 351) ada 4 klasifikasi fraktur antebrachii antara lain: 1. Fraktur Colles
11

Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi supinasi). 2. Fraktur Smith. Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. 3. Fraktur Galeazzi. Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. 4. Fraktur Montegia. Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal.

a) Fraktur Monteggia Definisi Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum radius. Ternyata kemudian terbukti bahwa dislokasi ini dapat terjadi ke lateral dan juga ke posterior. Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis. Gambaran klinik Pada umumnya menyerupai fraktur pada lengan bawah dan apabila terdapat dislokasi ke anterior, kapitulum radius akan dapat diraba pada fosa kubitus. Pergelangan tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda cedera pada saraf radialis. Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang
12

terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan kearah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior. Gambaran radiologis Gambaran radiologis jelas memperlihatkan adanya fraktur ulna yang disertai dislokasi sendi radio-humeral. Pada kasus biasa kaput radius berdislokasi kedepan, dan terdapat fraktur pada sepertiga bagian atas ulna dengan pelengkungan kedepan. Kadang-kadang dislokasi radius disertai dengan fraktur olekranon. Kadang-kadang kapur radius berdislokasi keposterior dan fraktur ulna melengkung kebelakang ( Monteggia kebelakang). Pada fraktur ulna yang terisolasi, selalu diperlukan pemeriksaan sinar X pada siku. Pengobatan Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode operatif sering menjadi pilihan pada fraktur Monteggia pada orang dewasa. Petunjuk untuk keberhasilan terapi adalah memulihkan panjangnya ulna yang mengalami fraktur, hanya setelah itu sendi yang berdislokasi dapat sepenuhnya direduksi. Pada anak-anak kadang-kadang dapat dilakukan manipulasi, tetapi pada orang dewasa lebih baik dilakukan reduksi terbuka dan pemasangan flat. Kalau kaput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu lebih baik dan bila tidak harus diterapi dengan operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips dengan siku yang difleksikan selama 6 minggu. Setelah itu dianjurkan gerakan aktif. b) Fraktur Galeazzi Definisi Fraktur ini merupakan fraktur distal radius disertai dislokasi atau subluksasi sendi radioulnar distal. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma langsung sisi lateral ketika jatuh. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

13

Gambar 2.1. Fraktur Galeazzi Gambaran klinis Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris yang sering terjadi. Gambaran klinisnya bergantung pada derajat dislokasi fragmen fraktur. Bila ringan. nyeri dan tegang hanya dirasakan pada daerah fraktur; bila berat, biasanya terjadi pemendekan lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna

Gambaran radiologis Fraktur melintang atau oblique yang pendek ditemukan pada sepertiga bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi.

Gambar 2.2 Radiologi fraktur Galeazzi


14

Pengobatan Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara konservatif mungkin kurang memuaskan dan bila demikian. terapi bedah menjadi pilihan.
c)

Fraktur Colles Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur

Definisi melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan dengan pergeseran dorsal fragmen distal. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidennya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.

Gambar 2.3 Fraktur Colles Klasifikasi Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut :
15

Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar

Gambar 2.4 Klasifikasi Fraktur Colles Trauma / Kelainan yang Berhubungan


16

Fraktur ekstensi radius distal sering terjadi bersamaan dengan trauma atau luka yang berhubungan, antara lain : 1. Fraktur prosesus styloideus (60 %) 2. Fraktur collum ulna 3. Fraktur carpal 4. Subluksasi radioulnar distal 5. Ruptur tendon fleksor 6. Ruptur nervus medianus dan ulnaris Manifestasi Klinis Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan. Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang terkena.

Gambar 2.5. Dinner fork deformity Diagnosis Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil. Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan, sedangkan
17

instabil bila patahnya kominutif. Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh. Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius : 1. Bergeser dan miring ke belakang 2. Bergeser dan miring ke radial 3. Terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominitif yang hebat

Gambar 2.6 (a) Deformitas garpu makan malam, (b) Fraktur tidak masuk dalam sendi pergelangan tangan (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial Penatalaksanaan Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya. Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga. Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan
18

pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.

Gambar 2.7 Reduksi : (a) Pelepasan impaksi (b) Pronasi dan pergeseran ke depan, (c) Deviasiulnar Pembebatan : a. penggunaan sarung tangan b. slab gips yang basah c. slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras. Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara. Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui, sebagai berikut : Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen
19

Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak. Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi proses penyembuhan kecuali difiksasi.

Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka beberapa hal berikut dapat dilakukan : 1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional 2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai fragmen disimpaksi. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka beban dapat diturunkan. 3. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat deviasi ulna. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan pemasangan anteroposterior long arms splint. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf medianusnya 4. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua minggu pasca trauma. 5. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.

20

Gambar 2.8 Reduksi pada fraktur Colles

Komplikasi Dini Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi dan yang mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang. Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang. Lanjut Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi processus stiloideus
21

ulnra sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalaminyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama. Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi dapat mengakibatkan kekakuan dan pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat. Ruptur tendon biasanya terjadi beberapa minggu setelah fraktur radius bawah yang tampaknya sepele dan tidak bergeser.

d) Fraktur Smith Definisi Fraktur smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular. Penggeseran bagian distal radius bukan ke dorsal, melainkan ke arah palmar. Patah tulang ini lebih jarang terjadi. Manifestasi klinik Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade devormity). Gambaran radiologis Terdapat fraktur pada metafisis radius distal; foto lateral menunjukkan bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior-sangat berlawanan dengan fraktur colles. Penatalaksanaan Pengobatannya merupakan kebalikan dari pengobatan patah tulang Colles dan
22

pascareduksi, posisi dipertahankan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal. Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4-6 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. 2005. Jakarta: EGC 2. Apley A, Graham & Solomon, Louis. BukuAjar Ortopedi & Fraktur Sistem Apley Edisi VII. 1995. Jakarta: Widya Medika. 3. Mansjoer, Arief, ed. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Jakarta: Media Aesculapius 4. http://medlinux blogspot.com 5. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9205.htm, 6. http://www.trinoval.web.id/2010/04/fraktur-antebrachii.html,

23

You might also like