You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN DAN ANALISA PICOT PADA LANSIA DENGAN STROKE

DISUSUN OLEH ARDHI SOLAH NPM. 11320089. D

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke yaitu lansia. Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita. Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini. Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hasrat mereka untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan tersebut, benturanbenturan fisik maupun psikologis tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.

1.2

Pengertian Stroke Stroke adalah tanda-tanda klinis mengenai gangguan fungsi cerebral secara fokal maupun global, yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung 24 jam ataupun lebih atau mengarah ke kematian tanpa penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran darah diotak ( WHO, 1988 ). Namun dalam bahasa yang sederhanastroke adalah suatu serangan yang mendadak yang terjadi diotak (tersumbat atau pecah), dan akhirnya bermanifestasi dalam beragam gejala (mulai dari kelumpuhan, bicara pelo, gangguan menelan, dan sebagainya).

1.3

Klasifikasi Stroke Berdasarkan proses

patologi

dan

gejala

klinisnya

stroke

dapat

diklasifikasikan menjadi : a. Stroke Hemoragik Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol. b. Stroke Non Hemoragik Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu : a. TIAS (Trans Ischemic Attack) Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam. b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu. c. Stroke in Volution Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari. d. Stroke Komplit Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

1.4 Etiologi Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ; a. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral. b. Aneurisma pembuluh darah cerebral Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan. c. Kelainan jantung / penyakit jantung Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah. d. Diabetes mellitus (DM) Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.

e. Usia lanjut Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak. f. Polocitemia Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun. g. Peningkatan kolesterol (lipid total) Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak. h. Obesitas Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak. i. Perokok Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis. j. aktivitas fisik Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

1.5 Patofisiologi a. Stroke non hemoragik Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,

menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan

terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. b. Stroke hemoragik Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

1.6 Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang terkena. a. Pengaruh terhadap status mental Tidak sadar : 30% 40% Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar b. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan: Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30% 80%) Afasia bila mengenai hemisfer dominant ( 35% 50% ) Apraksia bila mengenai hemisfer non dominan ( 30% ) c. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala: hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30% 80%) inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena

d. Daerah arteri serebri posterior Nyeri spontan pada kepala Afasia bila mengenai hemisfer dominant ( 35 50% ) e. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan: Sering fatal karena mengenai pusat pusat vital di batang otak Hemiplegia alternans atau tetraplegia Kelumpuhan pseudobulbar ( kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil ) Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa: 1. Stroke hemisfer kanan a. Hemiparese sebelah kiri tubuh b. Penilaian buruk c. Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan 2. stroke hemisfer kiri a. mengalami hemiparese kanan b. perilaku lambat dan sangat berhati hati c. kelainan bidang pandang sebelah kanan d. disfagia global e. afasia f. mudah frustasi

1.7 Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah : a. Laboratorium : mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.

b. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark c. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak d. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu 1.8 Penatalaksanaan medis Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah: a. Posisi kepala dan badan atas 20 30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan c. Tanda tanda vital diusahakan stabil d. Bed rest e. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia f. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit g. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi h. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik i. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK j. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT k. Penatalaksanaan spesifik berupa:

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KELUARGA Tn. A KHUSUSNYA Mbah A DENGAN STROKE

A. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 18 bulan April tahun 2012 pada pukul : 09.00 WIB sampai dengan selesai pada pukul : 12.00 WIB 1. Identitas Klien Nama : Mbah A Tempat dan Tgl Lahir : Bendungan, 24 Juli 1965 Agama : Islam Status Perkawinan : Janda TB / BB : 155 / 55 Penanpilan umum : Bungkuk Ciri cirri tubuh : Kecil, agak bungkuk Alamat : RT 02, RW 4, Klrhn Pilek Rinca, Papua Orang yang dekat dihubungi : Ardi Hubungan dengan klien : Anak ke 2 2. Riwayat Keluarga b. Genogram c. Keterangan 3. Riwayat Pekerjaan Mbah A saat ini tidak bisa bekerja karena mbah A mengalami stroke. Mbah A sebelumnya bekerja sebagai petani dan itu sebagai sumber penghasilan hidupnya dan mbah A bekerja di lahannya sendiri dan mbah A hanya berjalan kaki kelahan pertaniannya. 4. Riwayat lingkungan hidup Mbah A tinggal dengan anak dan cucunya dan rumahnya hanya rumah panggung. Mbah A hanya memiliki 5 kamar yang di huni oleh Mbah A, anak anaknya dan cucunya. Kondisi rumahnya hanya sederhana dan tetangga mbah A sangat berdekatan.

5. Riwayat Rekreasi Mbah A saat ini tidak bisa berrekreasi lagi karena mbah A mengalami stroke. Sebelumnya mbah A dan anak anaknya dan cucunya berreaksi di taman anjungan dan mbah A senang berjalan kaki untuk menyehatkan tubuh di sekitar lingkungan rumahnya dan mbah A tidak terlibat dalam organisasi di lingkungannya. 6. Sistem Pendukung yang digunakan Dilingkungan mbah A terdapat puskesmas dan jarak tempunya kurang lebih 2 Km dan untuk mencapai puskesmas tersebut mbah A hanya menggunakan sepeda motor yang digunakan oleh anaknya. Menantunya sering memasak untuk mbah A dan keluarganya dan mbah A tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari harinya. 7. Deskripsi Kekhususan / kebiasaan ritual Agama mbah A adalah Islam dan mbah A setiap harinya hanya berdoa di dalam hati karena mbah A mengalami stroke. 8. Setatus kesehatan saat ini Mbah A pernah mengalami stroke ringan kira kira 5 bulan yang lalu dan mbah A sudah di bawa kepuskesmas terdekat di desanya. Akhir akhir ini Mbah A sangat sering terjatuh dan hilang keseimbangan. 9. Status Kesehatan masa lalu mbah A pada masa kanak kanak pernah mengalami sakit yaitu sakit panas dan batuk. Mbah A pernah di rawat di RS dan tidak pernah di operasi. 10. ADL ( Activity Daily Living ) a. Berdasarkan indeks KATZS G b. Psikologi klien meliputi :

a. Persepsi klien terhadap penyakit : Menurut mbah A penyakit itu mudah datang dan mudah pergi tetapi kalau sakitnya sudah tidak bisa ditahan, baru saya pergi berobat kepuskesmas di desa saya. b. Konsep diri Mbah A masih percaya dengan persepsinya sendiri tentang penyakit. c. Emosi Mbah A gampang emosi karena tidak di perhatikan oleh anak anaknya yang lain selain anaknya yang nomor 2. d. Kemampuan adaptasi Mbah A mampu beradaptasi di lingkungan manapun dan yang penting kita mau bergaul dilingkungan itu e. Mekanisme pertahanan diri Mbah A tidak mampu melindungi dirinya sendiri karena mbah A sudah tua dan menderita stroke.

11. Tinjauan system a. Keadaan umum Pendek, agak bungkuk b. Tingkat kesadaran composmentis c. Skala koma Glasgow TTV TD : 150 / 110 mmHg RR : 26 x/mnt S : 37 0C N : 95 x/mnt e. Tinggi bada dan berat badan f. 155/55 g. Kulit h. Sawo matang, tidak ada lesi

g. Ulkus dekubitus Tidak ada h. Kepala Kotor ada ketombe dan tidak ada lesi i. Rambut dan kuku Rambutnya beruban, mudah rontok, . j. Mata Simetris, reflek pupil normal k. Telinga Simetris, Kotor, ada penumpukan serumen l. Hidung Kotor, rambut hidung ada m. Mulut dan gigi Bibir lembab, ada karies n. Leher Nadi jugularis teraba, tidak ada lesi o. Payudara Tidak ada benjolan, tidak ada perubahan pada area payudara p. Sistem kardiofaskuler Inspeksi : tidak nampak iktus kordis Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : pekak Auskultasi : S1, S2 reguler q. Sistem pernapasan Inpeksi : simetris, tidak ada retraksi interkosta Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : sonor Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan seperti, ronki, wheezing. r. Sistem gastrointestinal Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan umbilikus, tidak ada lesi. Auskultasi : 18 x/mnt

Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : tympani s. Anus dan genitalia Kotor dan tidak ada benjolan t. System perkemihan u. System muskuluskeletal Kekuatan otot 1 v. System endokrin Tidak ada tiroid / benjolan w. System imum Leukosit x. System gastrointestinal Tidak ada pembesaran usus, tidak ada massa y. System reproduksi Tidak ada kelainan pada alat kelamin ( HIV AIDS ) z. System persyarafan

12. Pengkajian status fungsional Untuk mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri di ukur dengan indeks KATZ : Mbah A dalam pengkajian indeks KATZ mendapat sekor G karena tidak bisa melakukan keenam fungsi seperti makan, mandi, berpakian, kontinen, berpindah, kekamar kecil. 13. Status kognitif dan afektif Pengkajian status mental gerontik Mengidentifikasi kerusakan intelektual menggunakan SPSMQ untuk

mendeteksi adanya dan ketingkatan kerusakan intelektual, terdiri 10 hal yang mengetes orientasi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh, kemampuan matematis. 1. Mbah A dekat sama anak yang keberapa? 2. Mbah A bisa kekamar mandi sendiri atau di bantu?

3. Mbah A bisa mandi sendiri atau di bantu ? 4. Mbah A bisa berpakian sendiri atau di bantu ? 5. Mbah A bisa makan sendiri atau di bantu ? 6. Mbah A mempunyai anak berapa ? 7. Mbah A pekerjaannya apa ? 8. Siapa nama ketua RT di lingkungan mbah A ? 9. Siapa nama prisiden yang kelima di Indonesia ? 10. Nama panjangnya mbah A siapa ? 14. Pengkajian status social Status social yang dapat di ukur dengan mengunakan APGAR keluarga. Penilaian jika pertanyaan pertanyaan yang di jawab selalu poin 2. 15. Data penunjang Data yang mendukung sebagai pelengkap dalam menentukan diagnose keperawatan. 1. Pemeriksaan darah 2. CT scan B. Analisa Data NO DATA 1 S : - keluarga pasien mengatakan bahwa sebagaian tubuh pasien tidak bisa digerakan dan Mbah A sangat sering terjatuh - klien mengatakan lengan dan tungkainya tidak bisa digerakan O: - kekuatan otot 1 - aktifitas klien di bantu oleh anaknya - sensasi dan reflek menurun ETIOLOGI MASALAH Kerusakan neuromuscular Gangguan mobilitas sekunder terhadap fisik berhubungan keseimbangan dengan keseimbangan

C. Diagnosa Keperawatan Gangguan mobilitas fisik berhubungan yaitu gangguan keseimbangan berhubungan keseimbangan D. Implementasi Untuk implementasinya perawat mengacu pada perencanaan yang akan diberikan pada klien sehingga kesehatan klien dapat kembali normal. E. Evaluasi Untuk menilai akhir dari suatu tindakan yang diberikan kepada klien, kita dapat menilai dengan menggunakan SOAP. dengan Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap

BAB III ANALISA PICOT

3.1 Populasi Pada Makalah ini populasinya adalah lansia dengan stroke 3.2 Intervensi Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik berhubungan yaitu gangguan keseimbangan berhubungan dengan Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap kelemahan Intervensi : Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) terhadap Peningkat Keseimbangan Berdiri Pada Pasien Stroke Penelitian yang dilakukan oleh Jemmi dan Irfan, 2010 didapatkan hasil peningkatan keseimbangan secara signifikan dari hasil intervensi MRP pada pasien stroke hemiplegi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna pemberian MRP. 3.3 Compare Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irdawati 2012 tentang pengaruh latihan gerak terhadap keseimbangan pasien stoke non hemoragik didapatkan hasil rata-rata kenaikan nilai keseimbangan 1,40% pada pasien stroke hemiparese kanan dan 18,06% pada pasien stroke hemiparese kiri. 3.4 Outcome Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) dapat megakibatkan nilai keseimbangan berdiri rata-rata 35,667. Sedangkan dengan latihan gerak selama 12 hari terjadi peningkatan nilai rata-rata nilai keseimbangan

(2,252,05) dan hemiparese kiri terjadi peningkatan nilai rata-rata (1,701,84)

3.5 Time Motor Relearning Programme (MRP) diintervensi selama 1 bulan dan pengukuran keseimbangan berdiri dihitung setiap 2 minggu sekali. Latihan gerak dilakukan selama selama 12 hari

You might also like