You are on page 1of 34

STANDARD PENETRATION TEST /SPT

Sudah Standarkah SPT Kita oleh: Gouw Tjie-Liong (1995)

Membuat lubang bor Masukkan Tabung Belah Standar (standar split-barrel

sampler) Pukul tabung belah yg d SPT yg dihubunghkan oleh Batang Pancang sedalam 18 inch (457,2 mm) Hitung pukulan untuk penetrasi 12 inch (305 mm), jumlah pukulan itu disebut nilai N Pemukul oleh Palu Pemukul 140 lb (63,5 kg), dgn ketinggian 30 inch (762 mm)
6 inch pertama utk menenpatkan tabung pada tanah tidak

terganggu. 2 interval 6 inch utk dimabil junlah pukulan yg disebut N SPT Bila tanah sangat keras nilai N tidak tercapai (contoh 70/100 artinya diperlukan 70 pukulan untuk mencapai penetrasi 100 mm.

INTERNATIONAL REFERENCE TEST PRODUCERE (ISSMFE)


Definisi Uji SPT (ISSMFE 1988): Adalah Pengujian kekuatan atau perlawanan

tanah terhadap penetrasi sebuah tabung belah baja di dalam lubang bor. Penetrasi tabung belah SPT ini dilakukan dgn menjatuhkan palu seberat 63,5 kg pada sebuah bantalan (anvil) dgn tinggi jatuh sebesar 760 mm. Jumlah pukulan (nilai N) yg diperlukan utk memukul tabung belah tsb hingga diperoleh penetrasi sebesar 300 mm dari dasar lubang bor disebut perlawanan penetrasi SPT atau nilai N SPT. Dari tabung belah tsb juga dapat diperoleh contoh tanah terganggu untuk diidentifikasi.

Standard Penetration Test (SPT)


Cacatan: Dalam negara-negara yang

menggunakan sistem ukuran metrik (seperti di Indonesia), pemancangan palu SPT umumnya dilakukan hingga penetrasi 450 mm (atau 3 kali 150 mm) dan bukan 457,2 mm. Tinggi jatuh yang digunakan juga hanya 760 mm (bukan 762 mm)

Sudah standarkah SPT kita ?


4

Cara Kerja SPT


Bila penetrasi awal melebihi 450 mm, maka pengujian ditiadakan dan nilai N diambil sama dengan nol Tinggi jatuh 30 in (75 cm) Beban penumbuk 140 pound (63,5 kg) Kecepatan pemukulan direkomendasi adalah rata-rata 30 pukulan per menit.

casing

Jumlah pukulan Ditentukan pada Jarak 12 inc (30 cm)

Split spoon sampler

Standard Penetration Test (SPT)


(Wesley, 1997: 37)
Alat dinamis yang berasal dari Amerika Serikat. split spoon sampler dimasukkan kedalam tanah pada

dasar lubang bor dgn memakai suatu beban penumbuk (drive weight) seberat 140 pound (63 kg) yg dijatuhkan dari ketinggian 30 in (75cm). Jumlah pukulan untuk memasukkan spoon 12 in (30 cm), disebut nilai N (N number or N value). Umumnya hasil percobaan penetrasi statis seperti alat sondir lebih dapat dipercaya daripada hasil percobaan dinamis seperti SPT
6

KESUKARAN MEREPRODUKSI NILAI SPT


Variasi peralatan yang digunakan Variasi tinggi jatuh (tidak selalu tepat 760 mm) Gesekan antara palu pemukul dgn batang pengarah Tabung belah yang aus, bengkok, atau rusak Kegagalan menempatkan tabung belah pd tanah tidak terganggu. Dasar lubang bor tidak bersih. Pengaruh muka air tanah (atau drilling fluid). Akibatnya dasar lubang bor mengalami perlunakan atau bahkan membubur (quick) Ada krikil pada mata tabung belah SPT Pengeboran tidak baik Efek tekanan tanah (overburden pressure). Tanah dgn kepadatan sama , memberikan nilai N yg lebih rendah bila berada dekat permukaan.

BATANG PANCANG (drive rod)


Persyaratan ISSMFE, 1988) Diameter Batang pancang (mm)
40,5 50.0 60.0

Modulus Penampang (1 x 10 pangkat -6 m3)


4,28 8,59 12,95

Berat Batang pancang (kg/m)


4,33 7,23 10,03

1. 2. 3. 4.

Hanya batang pancang yg lurus dapat digunakan Pemeriksaan berkala di lapangan harus dilakukan Penyimpangan kelurusan di lapangan tidak boleh lebih dari 1: 1000 Sambungan antara satu dgn batang lainya harus cukup kuat dgn san drat skrup

SUSUNAN PALU PEMUKUL


Palu pemukul seberat 63,5 kg + 0,5 kg Sistem pelepas palu pemukul yang menjamin

palu akan jatuh bebas dari ketinggian 760 mm Batang pengarah yang berfungsi mengarahkan palu pemukul dari keringgian 760 mm hingga memukul bantalan (Anvil) Bantalan palu yg dihubungkan (sitem drat skrup) dgn kuat pada stang bor. Kesemuanya berat susunan palu tidak boleh lebih dari 115 kg.

Gesekan antara palu pemukul dgn batang pengarah

Anvil Anvil

Palu pemukul 63,5 kg

Batang pancang

Tabel 5. Hasil Pengukuran Energi pada Berbagai Sistem SPT (SKEMPTON, 1986; Carter & Bentley, 1991) Sistem Penjatuhan Palu
Negara Sistem
Otomatis (Tombi)

Jenis Palu
(%) Palu Berat (kg) Bantalan (%) Er (%)

Ukuran Pemutar
Kecil 130 mm Kecil 100 mm

Jepang Jepang Inggris Inggris

100 83 100 85

Donut Donut
Donut (pilcon) Selubung
(Old Standard)

2.0 2.0 19.0 3.0

0.78 0.78 0.60 0.71

78 65 60 60

T-K-P (2 putaran)
Otomatis (Pilcon)

T-K-P (1 putaran)
Otomatis (Pilcon) Tambang & katrol (manual)

RRC
RRC Amerika Inggris Amerika

Donut (pilcon)
Donut Besar 200 mm Kecil 100 mm Besar 200mm

60
55 2.5 3.0 12.0 0.64 0.79 55 50 45
11

T-K-P (2 putaran) T-K-P (2 putaran)

70

Pengaman (safety)
Selubung (Old Standard)

T-K-P (2 putaran)

70

Donut

Berbagai Pelepas otomatis Palu donut (Donut Hammer)

Berbagai Pelepas otomatis Palu donut (Donut Hammer)

TABUNG BELAH SPT


ISSMFE merekomendasi: Tabung belah harus terbuat dari baja yang diperkeras (hardened steel), dgn kedua permukaan luar dan dalam yg halus. Diameter luar berukuran 51 + 1 mm dan

diameter dalam 35 + 1 mm, panjangnya minimal 457 mm. Ujung bawah SPT dilengkapi dgn sepatu pancang (driving Shoe) sepanjang 76 + 1 mm dgn diameter luar dan dalam yg sama dgn tabung belah , serta bahan yg sama dgn tabung belah.

Tabung Belah SPT

Tabung Belah SPT

Sepatu pancang dapat dilengkapi dengan penahan contoh tanah sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 1(b). Terdapat tiga tipe penahan contoh tanah yang dapat digunakan: Sepatu keranjang (Basket Shoe): Penahan contoh tanah ini berupa plat-plat baja tipis yang fleksibel. Saat dipancang, contoh tanah dapat masuk relatif tanpa tahanan, setelah contoh tanah berada dalam tabung SPT dan saat tabung SPT diangkat, platplat baja tipis tersebut menutup. Biasanya alat ini dipergunakan untuk mengambil contoh tanah pasir. Penahan contoh tanah pegas (Spring Sample Retainer): Cara kerja penahan contoh tanah ini mirip dengan yang sebelumnya, hanya saja plat-plat penutup tidak serapat sistem sepatu keranjang. Biasanya digunakan untuk membantu mengambil tanah lempung keras atau kerikil halus. Katup penjebak (Trap Valve): Penahan contoh tanah jenis ini dipergunakan untuk mengambil contoh tanah yang berair atau lumpur. Katup akan membuka saat tabung SPT ditekan dan akan menutup (kedap air) saat tabung ditarik keluar. Bagian atas tabung belah dilengkapi dengan kopler (coupler) atau penyambung yang menghubungkan tabung dengan batang pancang. Bagian dalam kopler dilengkapi dengan bola baja yang berfungsi sebagai katup. Pada saat pemukulan dilakukan dan contoh tanah masuk ke dalam tabung belah, air dan udara dapat keluar melalui bola katup ini. Sebaliknya pada saat tabung belah ditarik keluar lubang, bola katup akan menutup bagian atas tabung belah sehingga air tidak dapat masuk kembali ke dalam tabung belah
19

20

PENGEBORAN

Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk mendapatkan hasil uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan adalah teknik bor bilas (wash boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir (auger boring). Peralatan yang digunakan pada masingmasing teknik pemboran harus mampu menghasilkan lubang bor yang bersih untuk memastikan bahwa uji SPT dilakukan pada tanah yang relatif tidak terganggu.

Bila digunakan teknik bor bilas maka mata bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui samping mata bor dan bukan melalui ujung mata bor. Apa bila air yang dipompakan melalui batang pancang kedasar lubang keluar dari ujung mata bor maka aliran air dari ujung mata bor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pelunakan\ganguan pada dasar lubang bor, yang pada gilirannya akan menghasikkan nilai N yang lebih rendah dari pada yang seharusnya .
23

Data SPT
Nilai N value yang diperoleh dengan percobaan standard Penetration Test dapat dihubungkan

secara impiris dengan beberapa sifat lain dari pada tanah yang bersangkutan. Hasil dari SPT ini sebaiknya selalu dianggap sebagai perkiraan kasar saja, bukan sebagai nilai-nilai yang teliti. Umumnya hasil percobaan penetrasi statis seperti alat sondir lebih dapat dipercaya dari pada hasil percobaan dinamis SPT.
24

Koreksi Terhadap Jenis Tanah


Pada tanah pasir halus dan pasir kelanauan pada saat penetrasi tabung belah SPT akan timbul tegangan air pori yang cukup besar. Hal ini dapat berakibat nilai N yang diperoleh lebih tinggi dari seharusnya. Koreksi yang dinajurkan oleh Terzaghi dan Peck (1948) adalah sbb: N = 15 + (N 15) N = N SPT hasil koreksi N = n SPT lapangan; bila N < 15 nilai N tidak perlu dikoreksi

Dengan

25

LAPORAN PENGUJIAN
Akan jauh lebih baik tentunya bila laporan hasil uji, disamping memuat informasi standar, juga dilengkapi dengan informasi lain. Agar hasil uji SPT bisa diinterprestasikan dan dipergunakan secara maksimal, sebaiknya lporan hasil uji memuat informasi-informasi sbb: 1. Lokasi 2. Tanggal pemboran sampai di elevasi pengujian 3. Tanggal dan waktu dimulainya pengujian SPT 4. Nomor lubang bor 5. Kedalaman muka air tanah 6. Diameter lubang bor 7. Cara pengeboran dan ukuran casing (bila diperlukan) 8. Kedalaman dasar bor 9. Kedalaman dasar casing 10. Kedalaman muka air atau lumpur boir di dalam lubang bor pada saat uji SPT dilakukan 11. Jenis palu SPT dan metoda penjatuhannya 12. Ukuran dan berat batang yang digunakan untuk uji SPT 13. Tinggi jatuh palu 14. Kedalaman penetrasi awal akibat berat sendiri rangkaian alat 15. Perlawanan penetrasi tahap awal dan perlawanan penetrasi uji SPT (3 kali per 150 mm) 16. Deskripsi tanah sebagaimana diperoleh dalam tabung SPT 17. Catatan pengamatan mengenai kestabilan lapisan yang diuji, atau hambatan yang dialami selama proses pengujian yang akan sangat membantu dalam menginterprestasi hasil pengujian 18. Hasil kalibrasi, bila ada. (catatan: kalibrasi harus dilakukan pada setiap alat dan juga pada personel yang mengoperasikan peralatan tersebut.
26

27

Normalisasi N Terhadap nilai Standar


Seed dan kawankawan (SEED et al, 1984), mengusulkan mengambil energi standar sebesar 60%, Bowles mengambil energi standar sebesar 70% (BOWLEA, 1986).
Note; dengan

Energi sebesar 60% ini juga dipakai oleh Skemton (SKEMTON, 1986)

menormalisasikan nilai N dari tiap jenis SPT yang dipakai, maka akan didapat kan nilai N yg lebih kurang sama (artinya dapat direproduksi/diulang).

Rumus yang Digunakan


Nes = N lap (Er/Es) Nes= nilai N SPT yang sudah dinormalisasikan N lap= nilai SPT yang diperoleh saat pengujian dgn alat SPT tertentu Er = energi efektif SPT yang bekerja pada batang

pancang (lihat Tabel 5) Es = Standar energi referensi


Disarankan Es diambil = 60% sebagaimana rekomendasi

dari Seed dan Skemton N60 = N lap (Er/60) Nes = Nlap (Er/Es)...... =faktor koreksi lubang bor

Faktor Koreksi Lubang Bor


Tabel 6. Faktor koreksi Panjang Bantang, Pelapis dan Lubang Bor (SKEMTON, 1986)

Panjang Batang

> 10 m 6-10 m 3-6 m 3-4 m

1.00 0.95 0.85 0.75


1.00 1.20

SPT tanpa pelapis SPT dengan pelapis

Ukuran lubang Bor:

65- 115 mm 150 mm 200 mm

1.00 1.05 1.15

Contoh
Perusahaan A:
Menggunakan peralatan SPT sistem Jepang

dengan palu donut dan penjatuhan otomatis (dari tabel 5 diperoleh perkiraan nilai Er = 78 % Ukuran lubang bor = 150 mm (dari tabel 6 diperoleh nilai = 1.05) SPT tanpa pelapis (dari Tabel 3 diperoleh = 1.00) Diperoleh N lap = 10 pada kedalaman 8 m (=0,95)
Nes = N lap (Er/Es) N60 = N lap (Er/60) N60 = 0,95 x 1,00 x 1,05 x 10 x (78/60) = 13

Contoh
Perusahaan B:
Menggunakan peralatan SPT sistem Amerika

dengan palu donut dan penjatuhan Tali=katrol (dari tabel 5 diperoleh perkiraan nilai Er = 45 % Ukuran lubang bor = 150 mm (dari tabel 6 diperoleh nilai = 1.05) SPT tanpa pelapis (dari Tabel 3 diperoleh = 1.00) Diperoleh N lap = 18 pada kedalaman 8 m
Nes = N lap (Er/Es) N60 = N lap (Er/60) N60 = 0,95 x 1,05 x 1,00 x 18 x (45/60) = 13,5 = 13

Korelasi dengan Kepadatan Tanah


Tanah Pasir: Korelasi antara nilai N SPT degan kepadatan relatif (relatif density), Dr, tanah pasi pertama-tama diperkenalkan oleh Terzaghi dan Peck (1948). Kemudian Gibbs dan Holtz (1957) menambahkan nilai Dr untuk definisi kepadatan yang dikemukakan Terzaghi dan Peck tersebut. Bentuk akhir korelasi yang diberikan mereka adalah seperti yang disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 4. Kepadatan Relatif, Dr, Pasir Kepadatan Relatif Sangat lepas Dr <0,15 N <4

Lepas
Sedang Padat Sangat Padat

0,15-0,35
0,35-0,65 0,65-0,85 0,85-1,00

4-10
10-30 30-50 >50

Skemton (1986): Korelasi ini berdasarkan hasil uji Amerika dengan energi efektif Kurang 45% dan tegangan efektif vertikal kurang 7,32 ton/m2

33

Agar dapat digunakan secara lebih universal, nilai N pada Tabel 4. perlu diubah ke energi standar tertentu dengan tegangan vertikal efektif sebesar 1 kg/cm2.

Tabel 5. N1.60 Vs Kepadatan Relatif, Dr, Pasir


Kepadatan Relatif Sangat lepas Lepas Sedang Padat Dr <0,15 0,15-0,35 0,35-0,65 0,65-0,85 N <4 4-10 10-30 30-50

N1 60
<3 3-8 8-25 25-42

Sangat Padat

0,85-1,00

>50

>42

34

You might also like