You are on page 1of 7

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjelaskan bahwa ada tiga daerah rawan

bencana di Bangka Belitung. Ketiga daerah tersebut diantaranya Mentok di Bangka Barat (Babar), Bangka Selatan (Basel), serta Bangka Tengah (Bateng). Ditengah besarnya potensi bencana, Kasmiri mengakui hingga sekarang pihaknya hanya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) serta peralatan yang sangat minim. Untuk memenuhi kebutuhan dalam penanggulanangan bencana tersebut. "Oleh karena itu, kami berencana untuk melakukan pelatihan terhadap SDM pada tahun 2012. Sehingga, kita memang benar-benar siap dalam menghadapi bencana yang datang secara tiba-tiba. Terlebih saat ini, Indonesia merupakan negara keempat rawan bencana, termasuk juga Bangka Belitung," jelasnya.

TOBOALI

Fraksi PKS DPRD Bangka Selatan (Basel) menyarankan ke Pemkab Basel agar mencabut kembali Raperda Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang telah disampaikan ke DPRD Basel.
Demikian diungkapkan Ketua Pansus Raperda Penanggulangan Bencana Daerah, Samsir kepada wartawan Senin (25/6/2012). Politisi PKS ini menyebutkan alasannya adalah pansus sudah melakukan konsultasi awal tentang raperda Badan penanggulangan bencana Daerah ke Badan penanggulangan Bencana Nasional. Konsultasi merupakan konsultasi awal tentang urgensitas pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Kabupaten Bangka Selatan, katanya. Samsir mengharapkan Pemerintah Bangka Selatan dalam membuat kebijakan agar di analisa dari berbagai aspek jangan hanya dalam satu aspek saja. Karena kebijakan yang akan diambil secara menyeluruh akan memperngaruhi kondisi pemerintahan secara menyeluruh khusus keuangan daerah. Pemkab Basel yang ingin membentuk Badan Penganggulangan Bencana di Basel menurutnya secara hukum bisa dibentuk sesuai dengan saran dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional, namun bukan suatu keharusan untuk setiap daerah. Karena urgensitas pendirian badan penanggulangan bencana daerah tersebut di Bangka Selatan belum menjadi suatu yang urgen dan belum begitu dibutuhkan. Dari segi level bencana daerah Bangka Selatan belum bisa dikategorikan daerah rawan bencana. Karena dari 3 kategori bencana tidak satupun kategori bencana yg ada ada di Bangka Selatan. Kategori bencana alam (yang disebabkan oleh kondisi geologis daerah) dimana suatu daerah memilki potensi bencana gunung meletus, tsunami, tanah longsor, dan banjir bandang, jelas Samsir. Kategori lainnya adalah kategori bencana non alam (yang disebabkan oleh faktor biologis), dimana suatu daerah terdapat potensi wabah penyakit yang dikategorikan endemik. Selain itu ada Kategori bencana sosial (yang disebabkan oleh manusia) seperti di daerah memiliki potensi konflik dan kerusuhan antar etnis, antar suku, antar agama yang berkepanjangan. Sedangkan, dari segi perencanaan pembangunan daerah khususnya Raperda Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah. Daerah rawan bencana belum ada terakomodir dalam program penataan ruang kabupaten.

Seharusnya zonanisasi daerah rawan bencana dan rawan konflik sudah ada pada rencana tata ruang dan tata wilayah. Dan mapping zonaniasi inilah yang dijadikan alasan mendasar untuk urgensitas pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Bangka Selatan, jelasnya. Selain itu, Samsir mengungkapkan dari segi kemampuan keuangan daerah, belum memungkinkan untuk penambahan badan atau dinas baru. Hal ini dikarenakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah akan menyedot alokasi anggaran kurang lebih Rp500 jutaan pertahun hanya untuk biaya operasional rutin saja dan belum termasuk biaya belanja langsung (barang dan jasa). Hal ini diprediksi akan merubah komposisi keuangan daerah dari 40 % untuk belanja tidak langsung dan 60 % belanja langsung menjadi sebaliknya yaitu 60 % untuk belanja tidak langsung dan 40 % belanja tidak langsung. Dan pada akhirnya akan berujung pada bangkrutnya keuangan daerah, katanya. Untuk itu, Fraksi PKS menyarankan adanya peninjauan berdasarkan analisa beban kerja tentang keberadaan organisasi perangkat daerah dalam hal ini lembaga tehnis daerah dan lembaga dinas daerah. Ia menyebutkan masih banyak lembaga dinas yang bisa dileburkan seperti dinas pertanian yang terpecah menjadi dinas kelautan perikanan, dinas pertanian dan peternakan, dinas kehutanan dan perkebunan, badan ketahan pangan dan kantor bimbingan dan penyusunan. Di sisi lain ada kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Kesbangpol. Karena dari seluruh organisasi perangkat daerah yang ada banyak kekosongan di struktur organisasi kepala seksi dan kepala bidang apalagi dibentuk badan baru, perubahan tentang organisasi perangkat daerah dan penambahan organisasi perangkat daerah agar menunggu selesainya revisi atas Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan perubahan UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sehingga perubahan dan perombakan menyeluruh organisasi perangkat daerah bangka selatan bisa dilakukan dengan berdasarkan analisis beban kerja dan kemampuan keuangan daerah Bangka Selatan, imbuhnya. (raw/1)

TOBOALI - Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan (Basel) menyiapkan tenaga kesehatan untuk mengantisipasi bencana. "Kami sudah menyiapkan beberapa tenaga kesehatan untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang mungkin muncul di musim panas ataupun akibat bencana alam lainnya," ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan, Hardin, Selasa (11/9) lalu.

Ia mengatakan, dengan persiapan tersebut diharapkan bisa menangani bencana yang ada di setiap daerah baik di kota maupun di pelosok, meskipun secara umum kondisi daerah Basel termasuk aman dari ancaman bencana alam sehingga kecil kemungkinan terjadi bencana yang menimbulkan korban jiwa. "Pada musim panas ini bencana yang mungkin muncul hanyalah kebakaran hutan dan penyebaran penyakit akibat perubahan cuaca yang tidak menentu," terang Hardin.

Menurutnya, semua penyakit yang mungkin muncul itu adalah Ispa atau gangguan saluran pernafasan akibat pencemaran udara. Biasanya anak-anak balita yang paling mudah terserang penyakit tersebut, sehingga dalam setiap kesempatan tenaga kesehatan selalu melakukan sosialisasi untuk menanggulangi penyebaran penyakit tersebut.

Sementara, untuk penanggulangan bencana alam yang ada di Basel, Dinas Kesehatan sudah melakukan koordinasi langsung dengan Dinas Sosial mengenai penanganan bencana di setiap daerah. "Rasanya dengan persiapan yang matang ini akan lebih cepat tanggap terhadap daerah yang rawan terjadi bencana," ujarnya.

Di samping itu, Hardin mengatakan pemerintah juga telah melakukan sosialisasi kepada aparat desa dan tokoh desa untuk menanggulangi bencana sebelum ada bantuan datang ke lokasi. "Sampai saat ini kesadaran masyarakat untuk ikut serta menanggulangi bencana cukup bagus dan ke depannya perlu ditingkatkan untuk memperkecil peluang terjadinya korban jiwa akibat bencana tersebut," pungkasnya. (ant/rb)

Dewan Minta Rumah Nelayan Direlokasi Sudah Setahun Diusulkan edisi: 31/Dec/2009 wib TOBOALI, BANGKA POS -- DPRD Basel mendesak agar rencana relokasi 42 unit rumah nelayan Tukak Kecamatan Tukak Sadai segera direalisasikan dan menjadi prioritas dinas terkait karena sangat rawan terhadap bencana, apalagi dipenghujung 2009 ini. Permohonan relokasi ini juga sudah lama disampaikan oleh nelayan dan pihak desa setempat, yakni sejak Desember 2008 lalu.

Bahkan, Wakil Ketua DPRD Basel, Djulaili Romli mengaku, pihaknya kembali menerima keluhan nelayan serta pengurus Desa Tukak lantaran permohonan relokasi belum kunjung ditanggapi.

Sekarang musim ombak dan angin kencang, perumahan nelayan Tukak yang hanya terbuat dari papan, dan ada yang beratap rumbia, sangat rawan dengan bencana, kata Djulaili kepada Bangka Pos Group, Selasa (29/12) Djulaili menambahkan, sejumlah nelayan yang bermukim di pesisir Pantai Tukak, saat ini hidup dalam kecemasan. Bahkan, di antara mereka ada yang mengungsi ke rumah warga lainnya di daratan lantaran khawatir dengan ombak besar dan angin kencang.

Ini sebenarnya menjadi prioritas. Jika pihak dinas terkait menemukan kendala dalam menanggapi permintaan nelayan Tukak, harus bisa disampaikan sehingga dapat dicari jalan keluar bersama, tukas Djulaili. Lebih lanjut Djulaili mengatakan, lahan untuk relokasi 42 rumah nelayan Tukak itu sudah disiapkan oleh pihak desa dan nelayan setempat, bahkan sudah dibersihkan dan dikavling.

Yang menjadi kesulitan warga hanyalah dana untuk membangun rumah karena penghasilan yang tidak mencukupi untuk membangun sendiri. Apalagi kesediaan nelayan untuk direlokasi sebenarnya menjadi peluang positif pemerintah. Karena itu kita harapkan agar permohonan relokasi ini ditanggapi supaya tidak mengakibatkan bencana yang lebih besar, harap Djulaili.

Rawan Bencana

Relokasi terhadap perumahan nelayan Tukak yang rawan bencana sebenarnya bisa segera direalisasikan apabila pihak dinas terkait Pemkab Basel berkoordinasi dengan DPRD maupun Dinas Sosial Provinsi Babel. Hal ini diungkapkan anggota DPRD Provinsi Babel, Rina Tarol kepada Bangka Pos Group, Selasa (29/12). Rina menjelaskan, dalam rapat kerja Komisi IV DPRD Provinsi Babel dengan Dinas Sosial Provinsi Babel, terdapat alokasi dana untuk daerah rawan bencana. Menurutnya, perumahan nelayan Tukak termasuk dalam kategori rawan bencana.

Oleh sebab itu, ia menyarankan agar Pemkab Basel berkoordinasi dengan Pemprov Babel apabila mengalami kesulitan dana untuk merelokasikan 42 rumah nelayan Tukak tersebut.

Terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Basel, Sundari mengakui bahwa pihaknya sudah menerima proposal nelayan Tukak bahkan sudah meninjau ke lokasi.

Kita masih usahakan untuk merealisasikan permohonan masyarakat nelayan Tukak. Terkait status tanah, sedang kita teliti supaya setelah dibangun tidak menimbulkan persoalan status kepemilikan di kemudian hari, kata Sundari.

Namun, Sundari belum menjelaskan secara rinci mengenai alokasi anggaran untuk merelokasi pemukiman nelayan Tukak tersebut. (j2)

Hanya Pasrah

UPAYA nelayan Tukak bersama pemerintah desa setempat untuk merelokasi perumahan mereka sudah banyak dilakukan, termasuk menyediakan lahan serta meng-kavling-nya secara rinci.

Kita sudah sampaikan permohonan warga secara lisan maupun tertulis, bahkan pihak dinas sendiri ke lokasi meninjau ketika banyak rumah terendam ombak tahun 2008 kemarin. Tetapi sampai hari ini, belum ada tindaklanjutnya. Karena itu, pengurus desa dan masyarakat nelayan sekarang hanya bisa pasrah dan meminta nelayan untuk waspada, ungkap anggota BPD Tukak, Samsudin.

Samsudin menjelaskan bahwa jumlah rumah nelayan yang masuk dalam proposal sebanyak 42 rumah. Yang diminta hanya bantuan dana untuk membangun rumahnya saja karena lahan sudah disiapkan oleh nelayan dan pengurus desa. (J2)

Rabu, 19 Desember 2012 13:31 WIB Terendam Banjir, 220 Ha Padi di Bangka Selatan Terancam Puso

(MI/Amiruddin Abdullah/bb) TOBOALI--MICOM: Seluas 220 hektare padi sawah di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung terancam rusak dan gagal panen karena terendam banjir luapan air sungai selama musim hujan.

"Saat ini, sebagian tanaman padi di sepanjang sungai Desa Bikang dan Jerigi rusak karena air sungai meluap," ujar Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pertenakan Bangka Selatan, Herman di Toboali, Rabu (19/12).

Ia menjelaskan, seluas 220 hektare padi sawah yang terancam rusak dan gagal panen tersebut terdapat di Desa Bikang seluas 70 hektare dan Desa Jerigi seluas 150 hektare.

"Berdasarkan laporan dari petani, sebagian tanaman padi di sepanjang aliran sungai rusak karena benih padi yang baru ditanam terbawa arus sungai yang cukup deras, sehingga petani terpaksa melakukan penanaman ulang benih padi," ujarnya.

Menurut dia, ancaman gagal panen padi di dua desa tersebut cukup tinggi karena belum memadainya sarana pembuangan air sawah di dua desa tersebut.

Selain itu, hamparan persawahan di dua desa tersebut terdapat di dataran rendah, sehingga apabila hujan lebat turun maka air sungai meluap dan mengenangi hamparan persawahan tersebut.

"Selama ini, pengelolaan air sawah di Desa Bikang dan Jerigi masih dilakukan secara tradisional, karena belum memiliki sarana dan infrastruktur penggelolaan air yang baik seperti jaringan irigasi," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, tahun depan, kami akan membangun dua unit jaringan irigasi di dua desa tersebut, sehingga akan memperlancar pengairan air sawah dan petani tidak kesulitan lagi mengatur air sawah mereka.

"Apabila sudah ada jaringan irigasi ini, tentu produksi padi petani akan meningkat, karena dua desa ini merupakan daerah sentra produksi beras di Bangka Selatan," ujarnya.

Ia mengatakan, selama ini petani kesulitan mengatur penggunaan air karena tidak adanya pintu-pintu pembuangan air, sehingga pada saat musim hujan, tanaman padi petani rusak dan petani kesulitan menanggani hama keong mas, ini berdampak pada penurunan produktivitas padi.

"Dengan adanya jaringan irigasi ini, petani bisa mengatur penggunaan air, misalnya ketika sawah kelebihan air, petani bisa membuka tempat penyimpanan air dan ketika kekurangan air petani bisa membuka tempat-tempat penampungan air," ujarnya. (Ant/OL-3)

You might also like