You are on page 1of 3

Kisah Seorang Anak Kecil

Disuatu hari ada seorang anak yang hidupnya serba pas-


pasan dalam kehidupannya. Tak pernah merasa lelah ia pun
menggembala kambingnya setelah pulang dari rutinitas
sekolahnya, rasa malupun sirna dengan seiringnya waktu.
Berjuang demi menuju cita-cita yang di idam-idamkannya dalam
hati, untuk menjadi orang yang sukses. Namun itu tak semudah
dengan apa yang dibayangkan semua memerlukan proses yang
begitu amat sangat rumit dan harus diselesaikan dengan
keikhlasan dan kesabaran dalam menuntut ilmu.

Kesulitan demi kesulitan dilaluinya dengan kesabaran yang


begitu hebat walau terkadang mengeluh dengan keadaannya
saat itu. Orangtua yang sangat rajin dalam bekerja keras dalam
mencari penghidupan demi anak-anaknya yang menginginkan
anaknya menjadi orang yang berilmu yang tidak ingin
kehidupannya sama dengan dirinya. Setiap pagi orangtuanya
pergi untuk bertani tak mengenal lelah beliau bekerja walaupun
panas tapi tak dihiraukannya hanya demi anak-anaknya.

Anak terebut terus belajar dan belajar demi menjadi yang


terbaik di kelasnya dan prestasi pun diraihnya. Rasa bangga
yang terjadi baik didalam hati seorang anak dan orangtua
tersebut, namun kebanggaan itu tidaklah untuk prestasi sekolah
saja tapi yang lainnya. Olah raga selalu ia menjadi bintang.
Sungguh waktu itu terus berlalu begitu sangat cepat hingga
iapun bertumbuh menjadi remaja yang begitu mengesankan
disekolahnya, dan ujianpun melandanya ketika rasa malu itu
tumbuh kepada seorang wanita seakan-akan melupakan tugas
nya yaitu untuk belajar menjadi yang terbaik.

Kini ia tumbuh sebagai remaja dengan segala aksesoris


keremajaaanya baju putih biru pun menempel di badannya
karena lingkungan disekolah tidaklah sekondusif ketika ia berada
disekolah dasarnya. Tarik ulur kehidupannya antara kebaikan dan
kejelekan harus ia rasakan ketika itu seakan tak terbendung. Ia
pun sedikit namun pasti ia terbawa menuju pergaulan yang tidak
harmonis disekolahnya terkadang harus berebut satu orang
wanita oleh banyak orang, persaingan demi persaingan ia pun
terlibat didalamnya. Namun malu menyergapi hati seorang anak
ketika ia mulai mengenal namanya seorang wanita. Wanita yang
ia kagumi karena ia cerdas dalam belajar dan cantik pula
sehingga anak itu kagum padanya ia ingin mengenalnya lebih
dalam tentang seorang gadis remaja itu. Tapi rasa malu itu
menyergapi dirinya entah apakah ini yang dinamakan cinta
ataukah hanya sekedar rasa malu yang biasa dirasakan ketika
orang belum mengenal wanita yang baru ditemuinya.

Persaingan prestasipun dimulai antara ia dan anak-anak


yang lainnya ternyata prestasi yang diraihnya ketika ia berada di
sekolah dasarnya berbeda ketika ia berada di bangku Sekolah
lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/SMP. Namun ia tak mudah
menyerah ketika niat kembali diluruskan dan ia kembali belajar
demi cita-citanya dikemudia hari dan hasilnya cukup signifikan
persaingan begitu ketat antara ia dan anak-anak yang ada
dikelasnya. Begitupun seterusnya ia berpretasi baik nilai maupun
yang lainnya.

Ia tak pernah meninggalkan rutinitasnya untuk


menggembala kambingnya dipadang rumput setelah pulang
sekolah, indah memang ketika ia mencoretkan sejarah hidupnya
yang ia lalui didalam kesehariannya. Dengan kesabaran dan
keikhlasan yang begitu indah terasa sampai saat ini. Ia pun
tumbuh begitu cepat menjadi remaja yang begitu menarik untuk
di bicarakan, teman-temannya begitu simpatik padanya karena
ia rajin membantu ketika teman-teman mendapatkan kesusahan
baik mengenai pelajaran maupun masalah lainnya yang mungkin
ia merasa bisa menyelesaikannya.

Namun persaingan antar kelas begitu ketat ia hanya


berprestasi dikelasnya hanya sebatas peringkat yang tak seperti
disekolah dasarnya ketika itu. Memang ia selalu menyadari
bahwa sangat jauh berbeda system belajar yang ia terapkan
ketika waktu itu dengan yang sekarang. Ia berusaha merapihkan
kembali cara belajarnya hingga ia baru bisa menjadi orang yang
dianggap penting dikelasnya walau peringkatnya baru dua bersar
itu juga sudah begitu membanggakan karena harus bersaing
dengan orang dari sekolah lainnya.
Perasaan bangga karena prestasinya kini ia merasakan
timbul yang namanya sifat sombong pada dirinya ia
menganggap dirinya pintar namun karena itu ia pun terbawa
oleh teman-temannya yang dianggap nakal oleh wali kelas, kini
ia tumbuh dengan begitu cepatnya seperti air yang mengalir dari
hulu kehilir seperti itulah kehidupan yang ia jalani waktu ia
berada dibangku pencarian jati dirinya. Ia dibesarkan dari
seorang yang taat beribadah iapun sangat rajin dalam pengajian
baik yang diadakan dirumah ustadz maupun dimasjid
dilingkungan rumahnya. Kini ia memperbaiki dirinya agar tidak
menjadi orang yang mempunyai penyakit hati yang dapat
membahayakan dirinya dikemudian hari. Ia merenungkan hasil
yang ia dapatkan bahwa ini adalah ujian Allah subhana
huwataa’la yang harus dipertanggung jawabkannya.

You might also like