You are on page 1of 18

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI I

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM KELAS HARI/TANGGAL

: PRAMITA PUTRI : G 701 11 056 : B : SELASA, 04 DESEMBER 2012

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU / 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan dan ekstraknya tetap penting dalam farmasi dan kedokteran, mengapa demikian? Secara historis, tumbuh-tumbuhan

menghasilkan beberapa obat paling penting, tetapi dengan kemajuan besar dalam kimia medisinal pada akhir abad ini, obat-obat sintesis telah menggantikan tumbuh-tumbuhan sebagai fokus utama penelitian. Namun, masyarakat diberbagai negara, khususnya di Eropa, Australia, dan Amerika Utara, kini ingin menyembuhkan masalah-masalah kesehatan minor dengan sesuatu yang alami. Indonesia, juga merupakan salah satu Negara yang sangat kaya dengan berbagai spesis flora (tumbuh0tumbuhan), sekitar 26 % telah dibudidayakan, dan sisanya sekitar 74 % masih merupakan tumbuhan liar di hutan. Pemakaian bahan alam sebagai obat-obatan di Indonesia pada awalnya hanya didasarkan pada pengalaman pribadi maupun pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun. Pada awalnya pengobatan ini dianggap kurang meyakinkan, namun berbagai penelitian membuktikan bahwa pengalaman empiris tersebut banyak yang memiliki dasar ilmiah yang nyata. Ilmu tentang tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian pesat. Salah satu. Farmakognosi contohnya, merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya, begitu pula yang berasal dari dunia mineral dan hewan. Berdasarkan teori diatas, makan dilakukanlah praktikum

Farmakognosi I, yang merupakan praktikum yang mempelajari simplisia, khususnya Sidaguri (Sida rhombifolia)yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber bahan obat alam.

1.2

Tujuan Tujuan praktikum farmakognosi I ini adalah untuk mengetahui struktur tanaman Sidaguri (Sida rhombifolia L.) secara morfologis dan anatomis, identifikasi tanaman untuk simplisia yang berbentuk kering atau serbuk secara makroskopis maupun mikroskopis dan mengetahui

konstituen-konstituen yang terkandung di dalamnya dengan pengenalan secara kimia. 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini adalah, dapat mengetahui dan memahami tanaman-tanaman yang memiliki khasiat obat, morfologi dan anatomi tanaman herbarium maupun simplisia tersebut, serta konstituenkonstituen yang terkandung dalam tanaman itu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan a. Klasifikasi Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies b. Morfologi Morfologi tumbuhan ini adalah tanaman terna setahun, tegak, berbau tidak begitu enak. Batangnya dibagian bawah berkayu, banyak bercabang, tingginya mencapai 200 cm bulat agak liat dengan warna cokelat. Pada ujung-ujung batang dan tangkainya terdapat bulu-bulu panjang, sedang permukaan daunnya tertutup oleh bulu-bulu lembut. Daunnya bundar telur yang berlekuk pada bagian pangkalnya, sedang ujungnya tumpul. Bunganya tunggal, berwarna kuning, tumbuh pada ketiak daunnya. Makhota bunga berwarna kuning agak orange, dan mekar disiang hari (pukul 12) dan hanya bertahan tiga jam saja. Buahnya merekah menjadi 9 sampai 11 siung bila masak. c. Tempat Tumbuh Sidagori tumbuh tersebar di daerah tropis di seluruh dunia, mulai dari dataran rendah sampai ketingian 1450 m di atas permukaan laut. Sering : Plantae (tumbuhan) : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (menghasilkan biji) : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Dilleniidae : Malvales : Malvaceae (suku kapas-kapasan) : Sida : Sida rhombifolia L.

ditemui hidup liar di pinggiran selokan, pinggir sungai, dan di bawah tegakan pohon besar. d. Kandungan Kimia Kandungan utamanya adalah tanin, fla-vonoid, saponin, alkaloid dan gliko-sida Alkaloid. Di samping itu juga ditemui kalsium oksalat, fenol, steroid, efedrine dan asam amino. e. Kegunaan Herba sidagori mempunyai khasiat antiradang, dan penghilang nyeri (analgetik), untuk pengobatan sakit kuning, akibat terbendungnya aliran empedu ke usus dan hepatitis yang disertai kuning, serta berkhasiat sebagai peluruh haid, dan abortivum (wanita hamil dilarang menkonsumsi tanaman ini). 2.2 Pemeriksaan Farmakognostik a. Pemeriksaan Makroskopik Ada beberapa parameter yang dilakukan untuk mengidentifikasi simplisia yang akan diteliti, antara lain pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari simplisia tersebut. Pemeriksaan makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia serta memperhatikan bentuk dari simplisia. Pemeriksaan makroskopis tanaman herba sidaguri, yaitu merupakan tanaman terna setahun, tegak, berbau tidak begitu enak. Batangnya dibagian bawah berkayu, banyak bercabang, tingginya mencapai 200 cm bulat agak liat dengan warna cokelat. Pada ujungujung batang dan tangkainya terdapat bulu-bulu panjang, sedang permukaan daunnya tertutup oleh bulu-bulu lembut. Daunnya bundar telur yang berlekuk pada bagian pangkalnya, sedang ujungnya tumpul. Bunganya tunggal, berwarna kuning, tumbuh pada ketiak daunnya. Makhota bunga berwarna kuning agak orange, dan mekar disiang hari

(pukul 12) dan hanya bertahan tiga jam saja. Buahnya merekah menjadi 9 sampai 11 siung bila masak. b. Pemeriksaan Mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat kemudian dipanaskan diatas lampu spiritus (jangan sampai mendidih). Kemudian pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan

perbesaran lemah (4x10) dan perbesaran kuat. Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri, dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau penyusun jamu. Sebelum melakukan pemeriksaan mikroskopik harus di pahami bahwa masing-masing jaringan tanaman berbeda bentuknya ( Egon,1985). Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya memiliki jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis,korteks dan endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas pengangkutannya. Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu pada kelas tanaman seperti monokotil memiliki tipe berkas pengankutan terpusat (konsentris), dan pada dikotil tersebar (kolateral). Sedangkan jaringan sekunder pada organ batang, akar dan rimpang berupa periderm, dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata merupakan ciri spesifik dari bagian daun serta tipe sel idoblas seringkalai menunjukkan ciri spesifik suatu bahan nabati (Egon,1985). Oleh karena itu, tentunya banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan simplisia yang lain. Hal ini disebabkan karena simplisia tersebut memiliki ciri khas yang diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut dapat pula tidak nampak karena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penyimpanan simplisia yang relatif lama. Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk simplisia hanya beberapa

simplisia berhasil dikerjakan dengan baik. Perbedaan literatur dan hasil pengamatan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : a) Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan bau yang hampir mirip pada sebagian besar simplisia. b) Pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop, objek menjadi tidak jelas. c) Ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara pengamatan simplisia satu dengan yang lainnya dapat tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan. d) Cara pembuatan simplisia, penyiapan preparat simplisia, keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat juga dikarenakan bahan simplisia yang terlalu lama. 2.3 Pemeriksaan Pendahuluan (Dasar Teori) Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen. Alkaloid tersebar luas didunia tumbuhan. Berbagai perkiraan menyatakan bahwa presentase jenis tumbuhan yang mengandung alkaloid terletak dalam rentang 15-30%. Angka ini merupakan hasil kesepakatan saja, karena keragaman pada kepekaan cara mendeteksi, dan secara umum tumbuhan alkaloid dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang mengandung alkaloid lebih besar dari 0,05% bobot kering.

Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting ialah kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya

mengandalkan sifat ini. Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter, dan sebagainya. Pelarut atau pereaksi yang sudah biasa dipakai seperti kloroform, aseton, amonia, dan metilena klorida dalam kasus tertentu harus dihindari. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam ialah dengan penjerapan memakai pereaksi Lloyd. Kemudian alkohol dielusi dengan basa encer. Alkaloid yang bersifat cukup hidrofob dapat dijerap dengandamar XAD-2 lalu dielusi dengan asam atau campuran etanol air. Banyak alkaloid yang dapat diendapkan dengan pereaksi mayer (kalium raksa (II) iodida) atau garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan menjadi komponenkomponennya dengan cara kromatografi penukaran ion (Robinson Trevor, 1991). Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa Latin sapo berarti sabun). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikat selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba juga (Robinson Trevor, 1991).

BAB III METODE KERJA 3.1 Alat 1. Mikroskop 2. Objek glass dan dek glass 3. Pot Plastik 4. Tabung reaksi 5. Pipet tetes 6. Cawan porselen 7. Neraca ohaus 3.2 Bahan 1. Serbuk simplisia sidagori 2. Aqua dest 3. Kloralhidrat 4. Eter 5. Kloroform 6. Asam klorida (HCl) 3.3 Prosedur a. Pembuatan Simplisia 1. Pengumpulan bahan baku yaitu tanaman sidagori (Sida rhombifolia L). 2. Melakukan sortasi basah pada tanaman sidagori dengan memisahkan tanaman sidagori terhadap tanah kerikil, rumput-rumputan bahan tanaman lain atau bagian tanaman yang sudah tidak dapat digunakan. 3. Pencucian simplisia dengan menggunakan air bersih hingga tanaman bebas dari kotoran, pestisida, dan lain-lain. 4. Pengubahan bentuk tanaman, yang terdiri dari perajangan untuk daun sidagori serta pemotongan akar dan batang sidagori.
9

5. Pengeringan simplisia dengan cara diangin-anginkan di ruangan terbuka. 6. Melakukan sortasi kering, yaitu memilih bahan setelah mengalami proses pengeringan. 7. Pengepakan dan Penyimpanan simplisia dalam suatu wadah tersendiri. b. Pemeriksaan Makro 1. Disiapkan simplisia sidagori yang akan diamati 2. Disisahkan masing-masing simplisia sesuai bagian tanaman yang akan diamati. Urutkan dengan mengamati bagian-bagian rhizoma, folium, cortex,lignum, radix, fructus, semen, flos, herba. 3. Dicata hasil pengamatannya pada lembar kerja yang disediakan. c. Pemeriksaan Mikro 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan diamati 2. Diambil serbuk simplisia yang telah dibuat secukupnya, kemudian diletakkan diatas dek gelas 3. Ditetesi dengan 1-2 tetes kloralhidrat LP 10% lalu difiksasi dengan pemanasan diatas api bunsen 4. Ditutup dengan objek gelas 5. Diamati secara mikroskopik menggunakan perbesaran tertentu 6. Dilampirkan hasil pengamatan pada lembar kerja yang disediakan 7. Hasil pengamatan dibandingkan dengsn fragmen yang terdapat diliteratur. d. Uji Pendahuluan Identifikasi alkaloid 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Ditimbang serbuk simplisia sidagori sebanyak 0,2 g 3. Dilakukan penyarian pada serbuk simplisia dengan campuran eter dan kloroform. Kemudian disaring 4. Dipindahkan 1-2 ml filtrat dalam tabung reaksi 5. Ditambahkan pereaksi meyer LP, amati perubahan yang terjadi

10

Identifikasi Saponin 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Dimasukkan 0,2 g serbuk simplisia sidagori yang akan diperiksa, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi 3. Ditambahkan 10 ml air panas, kemudia dinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik 4. Diamati keberadaan saponin yang ditandai dengan terbentuknya buih yang mantap selama tidak kurang 10 menit setinggi 1-10 cm. Dan pada penambahan HCl 2 N, buih tidak hilang.

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil a. Pemeriksaan Makro Nama sampel Sidagori Sida rhombifolia L. Pengamatan Makro Keterangan Warna:Hijau muda Bau: Bau khas (tidak menyenangkan) Bentuk:batang berkayu, keras, daun bulat telur Rasa: tidak mempunyai rasa

b. Pemeriksaan Mikro, Perbesaran 40 Nama sampel Sidagori Sida rhombifolia L.


1

Pengamatan Makro
3

Keterangan 1. Kloroplas 2. Epidermis 3. Stomata

12

c. Uji Pendahuluan Nama sampel Pengamatan Sidagori Sida rhombifolia L. Keterangan Alkaloid (-) Saponin (-)

4.2

Pembahasan Pemeriksaan yang dilakukan pada tanaman untuk mengidentifikasi tanaman tersebut antara lain adalah pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan pendahuluan. Tetapi sebelum dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, tanaman yang diambil (tanaman sidaguri) diubah menjadi simplisia. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Dalam pembuatan simplisia, memiliki beberapa tahap yang harus dikerjakan. Yang pertama adalah tahap pengumpulan bahan baku. Pada tahap ini, sangat menentukan kualilitas bahan baku, faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen, yang dimana masa panen untuk biji, dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum pecah. Pengambilan buah, tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen bisa dilakukan menjelang masak, benar-benar masak, ataupun dengan melihat warna atau bentuk buah. Pemanenan bunga

13

juga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen dilakukan pada saat menjelang penyerbukkan, saat bunga masih kuncup atau saat bunga sudaj mulai mekar. Pengambilan daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk berubah menjadi daun tua. pengambilan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat yang paling baik adalah awal musim kemarau. Pengmbilan umbi lapis, dilakukan pada saat akhir pertumbuhan. Pengambilan rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau. Pengambilan akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur. Untuk pengambilan bahan baku tanaman sidagori (Sida rhombifolia) diambil di provinsi sulawesi tengah, di palu, kabupaten donggala, desa lembasada, dusun Roro. Karena sidagori merupakan tanaman herba, maka diambil pada saat fotosintesis berlangsung maksimal, yang ditandai dengan tanaman sidagori mulai berbunga. Setelah itu dilakukan sortasi basah. Sortasi basah ialah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah, kerikil, rumputrumputan, atau bahan tanaman lain. Kemudian dilakukan pencucian untuk membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat. Lalu dilakukan pengubahan bentuk yang bertujuan untuk memperluas permukaan bahan baku, yang meliputi perajangan daun, dan pemotongan akar danbatang. Setelah dicuci, dilakukan pengeringan tanaman yang bertujuan untuk menurunkan kadar air agar tanaman tidak mudah ditumbuhi jamur, sebab air adalah medium tumbuh yang sangat baik, selain itu untuk menghilangkan aktivitas enzim yang dapat menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif, dan memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya. Cara pengeringan tanaman sidaguri adalah dengan diangin-anginkan didalam ruangan terbuka, selama 6 (enam) hari. Setelah dilakukan pengeringan, kemudian dilakukan sortasi kering yaitu pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Kemudian dilakukan pengepakan dan penyimpanan.

14

Tanaman sidagori setelah dilakukan sortasi kering, disimpan dalam wadah pot plastik yang diberi label. Setelah membuat simplisia, kemudian diidentifikasilah simplisia sidagori. Pertama-tama melakukan pemeriksaan makroskopik, yaitu pemeriksaan yang meliputi rasa, bau, bentuk secara organoleptis. Dan setelah diamati, simplisia sidagori memiliki batang yang berkayu, memiliki banyak cabang, daunnya bundar telur, dan memiliki bunga yang berwarna kuning; bulat serta bau yang kurang enagk. Pengamatan makroskopik ini, sangat sesuai dengan yang diperoleh dalam literatur. Setelah dilakukan pengamatan makroskopik, kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopik. Pada pemeriksaan mikroskopik, serbuk simplisia sidagori diambil secukupnya dan diletakkan diatas objek gelas, kemudian ditetesi dengan kloralhidrat 1-2 tetes sebagai medium agar membantu pengamatan dengan mikroskopik, lalu difiksasi dengan pemanasan diatas api bunsen, jangan sampai mendidih. Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran tertentu. Pengamatan tanaman sidagori menggunakan perbesaran 40. Dan diamati anatomi yang terdapat epidermis, stomata, dan kloroplas. Hasil pengamatan ini tidak maksimal, karena tidak terlihatnya jaringan pembuluh, pengangkut (xylem, floem), parenkim, dan anatomi lain yang terdapat pada tanaman sidagori. Setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik, kemudian dilalakukan identifikasi pendahuluan untuk mencari tahu senyawa-senyawa yang terkandung meliputi identifikasi alkaloid dan saponin. Untuk identifikasi alkaloid, serbuk simplisia sidaguri pertama-tama ditimbang sebanyak 0,2 gramkemudian diletakkan didalam cawan porselen dan ditambahkan eter dan kloroform secukupnya kemudian disaring dalam tabung reaksi. Tujuan ditambahkan dengan eter dan etanol ini adalah untuk memurnikan serbuk simplisia. Setelah itu ditambahkan 1-3 tetes pereaksi meyer, kemudian diamati perubahan yang terjadi. Jika terdapat senyawa alkaloid, maka akan ditandai dengan terbentuknya endapan yang berwarna kuning. Tetapi pada

15

perlakuan didalam laboratorium, pada pengamatannya tidak ditandai dengan perubahan yang ditandai dengan terbentuknya endapan kuning. Pada identifikasi saponin, 0,2 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi, dan ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan sedikit lalu sampel dikocok kuat-kuat 10 detik. Keberadaan saponin ditandai dengan terbentuknya buih yang mantap selama 10 menit, dan biuh tidak hilang saat penambahan HCl 2 N. Pada identifikasi alkaloid dan saponin yang dilakukan, hasil pengamatan menunjukkan negative (-) atau tidak menunjukkan adanya senyawa alkaloid maupun saponin. Berdasarkan literatur, tanaman sidagori mengandung kedua senyawa tersebut, tetapi pada uji yang dilakukukan hasilnya tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan literatur. Ketidak berhasilan dari uji yang dilakukan ini biasanya disebabkan karena pada saat preparasi sampel sampel yang kurang bersih ataupun pada tahap pengeringan simplisia yang terlalu lama sehingga menguraikan kandungan dari tanaman sidagori, ataupun ketidaktelitian praktikan saat melakukan pengidentifikasian sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal.

16

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap praktikum farmakognosi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1) Pengamatan makroskopik terhadap simplisia sidagori yaitu, memiliki batang yang berkayu, memiliki banyak cabang, daunnya bundar telur, dan memiliki bunga yang berwarna kuning; bulat serta bau yang kurang enak. 2) Pemeriksaan Mikroskopik serbuk simplisia sidagori, memiliki anatomi seperti epidermis, stomata, dan kloroplas. 3) Identifikasi Alkaloid dan saponin menunjukkan hasil yang (-), tetapi berdasarkan literatur, tanaman sidagori memiliki kedua senyawa tersebut. V.2 Saran Disarankan kepada pembaca, agar dapat lebih memanfaatkan laporan farmakognosi ini sebagai acuan untuk mata kuliah atau praktikum farmakognosi selanjutnya.

17

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012, Plantamor ; your plan database, [http://www.plantamor.com], diakses tanggal 24/11/12, Pukul : 21.10 WITA. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2006, Sidagori (Sida Rhombifolia), Tanaman Obat Potensial Penyembuh Asam Urat,

[http://balittro.litbang.deptan.go.id], diakses tanggal 24/11/12, Pukul : 22.14 WITA. Dalimartha, Setiawan, 2006, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Hepatitis, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Yvonne S.LIncoln, Egon,G Guba, 1985, Naturalistic Inquiry. Sage Publication. Texas Sastrapradja, Setijati, dkk., 1980, Tumbuhan Obat, Penerbit PN Balai Pustaka, Jakarta. Robinson, Trevor, 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit Institut Tehnologi, Bandung. Rry Awan, 2012, Pengerian Alkaloid, [http://pemula-awaliharimu.blogspot.com.], diakses tanggal 02/12/12, Pukul 16.46 WITA. Ibrahim, Nurlina Et. Syariful Anam, 2012, Buku Penuntun Praktikum Mata Kuliah Farmakognosi I, PRODI Farmasi, Universitas Tadulako, Palu.

18

You might also like