You are on page 1of 14

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR REMAJA SISWA KELAS X SMA TARUNA

DRA ZULAEHA KECAMATAN LECES KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2009-2010 Rahmawati Maulidia1, dr. Soemardini, M Pd2, Ns.Dian Susmarini, S.Kep, MN3 1 Student of Nursing Program, Brawijaya University School of medicine, 2 Department of Physiology, Brawijaya University School of medicine, 3 Department of Pediatric Nursing, Brawijaya University School of medicine Abstrak Masa anak usia remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian dalam belajar. Pemahaman dan kesempatan yang diberikan orangtua kepada anaknya dalam meningkatkan kemandirian belajar sangat penting untuk diperhatikan. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Kemampuan orangtua dalam mengembangkan pola asuh yang diterapkan pada anak secara tepat dapat mengurangi ketergantungan remaja tersebut dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional design. Sampel dipilih dengan menggunakan metode teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 152 siswa Kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces kabupaten Probolinggo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian dalam belajar, berdasarkan uji statistik Spearman Rank dengan nilai korelasi positif sebesar 0,661 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian dalam belajar apada anak usia remaja. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan pada penelitian selanjutnya lebih spesifik selain belajar, misalnya kecerdasan intelektual, prestasi. Diharapkan juga dari penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan perawat pediatrik dan komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan secara holistik dan komprehensif dalam meningkatkan mutu pelayanan. Serta mampu memberikan advokasi kepada orang tua dalam menerapkan pola asuh yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga mampu untuk mandiri dalam belajar Kata kunci: pola asuh, tingkat kemandirian, anak usia remaja Abstract Adolescent ages period is a critical period in the process of developing independent of learning. Understanding and chance given by the parent to their children in developing independent of learning was very important to be noticed. Children independent starts from the family and it is influenced by the parents nurture pattern. The parents ability in developing nurture pattern to be applied for their children properly may lesson their dependence on learning. The research had objective to find the correlation between parents nurture pattern with independent grade in learning of children at adolescent ages. The research

design was observational analytical with cross sectional design approaches. Sample was taken by using purposive sampling method. The samples were 152 students of class X SMA Taruna Dra Zulaeha Probolinggo city. The research result showed that there was correlation between parents nurture pattern with independent grade in learning. Based on statistical test of Spearman Rank, it had positive correlation value as 0,661 and significance value as 0,000 (p < 0,05). Conclusion from the research was that there was positive correlation between parents nurture pattern with independent grade in learning of children at adolescent ages. Based on the research result, the writer advised that for the next researches to be more focused on except of learning, intelectual perspicacity or achievement. It was also expected that from this research would increase pediatric and community health nursing ability give nursing services holistically and comprehensively in increasing the quality of service. And they would be able to give advice to parents would increase their ability in applying the most proper nurture pattern for the children according to their ages, so adolescent be able to independent in learning Keywords: nurture pattern, independent grade, children at adolescent age

* Jurusan Keperawatan FKUB

PENDAHULUAN Era globalisasi akhir-akhir ini diwarnai dengan adanya kemajuan yang begitu pesat Keluarga di dunia pendidikan. merupakan

perkembangan seseorang dari usia anak-anak sampai dewasa. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh akan membawa dampak buruk bagi perkembangan pola pola tidak jiwa asuh asuh anak. yang yang Sehingga diharapkan orang tua dapat menerapkan bijaksana setidak-tidaknya atau

wadah pendidikan yang sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan kemandirian anak, oleh karena itu pendidikan anak tidak dapat dipisahkan dari keluarganya karena keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar menyatakan diri sebagai Orang mahkluk dengan yaitu tua sosial ayah dalam dan ibu berinteraksi kelompoknya.

membawa

kehancuran atau merusak jiwa dan watak seorang anak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Taruna Dra Zulaeha Leces, yang menerapkan kurikulum daily test dan full day school, yaitu setiap hari siswa diberi ulangan harian dan tugas. Selain itu prestasi yang diraih juga sangat banyak baik akademik maupun non akademik dan merupakan sekolah terbaik di Kecamatan Leces. Siswanya juga berasal dari latar belakang keluarga yang beragam dan nantinya akan membentuk pola asuh orang tua yang berbeda pula. Peneliti dalam hal ini melihat dari sudut pandang keperawatan bagi

merupakan orang yang bertanggung jawab pada seluruh keluarga. Orang tua juga menentukan kemana keluarga akan dibawa dan apa yang harus diberikan sebelum anak-anak dapat dirinya bertanggung sendiri. jawab pada masih Mereka

tergantung dan sangat memerlukan bekal pada orang tuanya sehingga orang tua harus mampu memberi bekal kepada anaknya tersebut. Melihat keadaan seperti itu pola asuh dalam yang diberikan orang tua memiliki peranan yang sangat penting membentuk kemandirian remaja. Bentuk- bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yang satu yang dengan akan yang lain pastilah berbeda. Pola asuh orang tua inilah mempengaruhi

yang memiliki body of knowledge secara sudah holistik saatnya khususnya seorang keperawatan komunitas keluarga, perawat

mengembangkan profesinya ke arah bimbingan dan konseling kepada tiaptiap keluarga maupun institusi yang terkait karena hal ini berhubungan

dengan tumbuh kembang anak usia remaja. Berdasarkan fenomena di SMA ini peneliti tertarik untuk meneliti pola asuh apa yang diterapkan di SMA Taruna Dra Zulaeha, bagaimana kemandirian belajar siswa disana dan apakah ada hubungan antara pola asuh yang diterapkan orang tua dengan kemandirian belajar siswa SMA Taruna Dra Zulaeha. METODE PENELITIAN Desain penelitian adalah desain studi korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha. Sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 152 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan instrumen berupa kuisioner pola asuh dan kemandirian belajar HASIL PENELITIAN Berdasarkan diperoleh hasil penelitian responden karakteristik Gambar 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan gambar 5.2 di atas diperoleh 55,26%.
ANAK SULUNG ANAK KEDUA 14 th 15 th 16 th

Gambar 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Berdasarkan gambar 5.1 di atas diperoleh 65,13%.
PEREMPU AN LAKI-LAKI

data

bahwa

frekuensi

tertinggi pada umur 15 th sebanyak

data

bahwa

frekuensi

tertinggi pada perempuan sebanyak

Gambar 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Urutan Kelahiran Berdasarkan diperoleh data gambar bahwa 5.3 frekuensi

sesuai dengan: umur, jenis kelamin, urutan anak, kondisi kesehatan, dan pekerjaan orang tua. Secara rinci dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

tertinggi pada urutan anak sulung sebanyak 51,32%.

Berdasarkan diperoleh
TIDAK SAKIT

gambar bahwa jenis

5.6 pola

diatas frekuensi asuh

data pada

tertinggi

demokratis sebanyak 58,55%


KEMANDIRIANBEL R AJA

100

Gambar 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Kondisi Kesehatan Anak Berdasarkan kondisi kesehatan anak diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada kondisi tidak sakit sebanyak 100%.
PTKL PNS

50 0

Berdasarkan diperoleh tertinggi

gambar

5.7

di

atas

data pada

bahwa kategori

frekuensi mandiri

sebanyak 47,37 %
70 60 50 40 30 20 10 0

MANDIRI CUKUP MANDIRI KURANG MANDIRI

Gambar 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Berdasarkan diperoleh tertinggi 50,66 %.
100 50 0

gambar

5.5

data pada

bahwa pekerjaan

frekwensi sebagai

karyawan PT Kertas Leces sebanyak Gambar 5.8 Distribusi Responden

polaasuh

Berdasarkan Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar Dari data di atas kemudian dicari hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak Namun usia remaja dengan perlu menggunakan Rank. korelasi Spearman

Gambar 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pola Asuh

sebelumnya

diadakan uji normalitas Diperoleh nilai

koefisien korelasi positif sebesar 0,661, artinya bahwa korelasinya kuat dan semakin responden menunjukkan ke arah pola asuh maka yang anak positif akan dalam (demokrasi), menunjukkan

untuk keluarga, konflik tua

menetapkan

aturan-aturan kegiatan remaja pemberi

merencanakan sehingga lagi para menjadi

dirumah serta memecahkan semua mempunyai pengalaman apabila orang tidak penyelesaian dan pembuat keputusan. Selain itu pola asuh orang tua menurut Edwards juga dipengaruhi oleh biologis, Kelima temperamen, tingkat faktor dalam karakteristik stress pendidikan, diatas

kemampuan

belajar. Nilai korelasi Spearman Rank ini memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja PEMBAHASAN Pola Asuh Orang Tua Berdasarkan gambar 5.6 hasil tabulasi data dari bab V diperoleh data sebanyak 89 responden menggunakan pola asuh demokratis (58,55%), 32 responden menggunakan pola asuh permisif (21,05%), dan 31 responden menggunakan asuh dengan pada pola asuh otoriter tertinggi asuh (20,39%). Apabila dilihat jenis pola frekuensi jenis pola terdapat

keluarga, pengaruh dari luar keluarga. tentunya pola melengkapi penerapan

asuh dalam suatu keluarga. Pengaruh yang besar juga dari pengalaman dan lingkungan dimana tinggal ataupun bekerja. Menurut penelitian kebanyakan dari responden berada dalam kalangan keluarga yang tingkat pendidikan cukup, hal ini dapat terlihat dari pekerjaan orang tuanya yang mayoritas bekerja di pabrik Kertas Leces. Tingkat Kemandirian Belajar Berdasarkan kemandirian menyatakan tabel 5.7 tingkat remaja 59 belajar mandiri siswa

demokratis. Remaja yang di asuh oleh orang tua yang demokratis lebih mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik karena didalam keluarga yang demokratis, orang tua mampu menjadi model yang baik bagi remaja. Remaja dilibatkan dan dilatih bagaimana masalah menggunakan pemecahan

diperoleh hasil sebanyak 72 responden (47,37%), responden menyatakan cukup mandiri (38,82%), 21 responden menyatakan kurang mandiri (13,82%). Prosentase tertinggi siswa menyatakan mandiri dalam belajar. Hal ini juga didukung oleh prosentase terbanyak dalam

responden adalah anak sulung. Anak sulung yang memiliki tanggung jawab yang besar dan dalam pengambilan dalam adalah keputusan keterlibatan belajar

kesempatan pada remaja, pemberian kepercayaan dan tanggung jawab pada remaja, juga sangat membantu Orang Tua Kemandirian tabel responden 5.1 yang memperlancar kemandirian. Hubungan Pola Asuh dengan Tingkat Belajar Remaja Berdasarkan didapatkan mempunyai data

menyelesaikan masalah. Kemandirian aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta siswa mampu dapat ia mempertanggungjawabkan tindakannya. belajar dalam Seorang dari dikatakan telah mampu mandiri dalam dilihat belajar bagaimana memulai belajarnya, mengatur waktu sendiri melakukan belajar dengan cara dan teknik sesuai dengan kemampuan sendiri, mampu mengetahui kekurangan diri sendiri, serta tidak bergantung pada orang lain. . Kemandirian dari pengaruh seseorang eksternal dalam maupun belajar ini sebenarnya tidak terlepas internal. Pola asuh orang tua ini termasuk poin penting yang ada pada pengaruh eksternal dalam lingkungan keluarga. Pola asuh orang tua di sini memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kemandirian anak, karena dalam pola asuh orang tua akan terkait dengan kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri yang ditanamkan orang tua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain memberi

menggunakan pola asuh demokratis tingkat kemandirian mandiri yang dinyatakan sebanyak 65 responden (73,034%), cukup mandiri sebanyak 22 responden (24,72%) dan kurang mandiri sebanyak 2 orang (2,247%). Pada siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis ini menunjukkan bahwa berkaitan didukung Thoha sikap siswa lebih belajar dapat yang Chabib asuh bertanggung jawab terhadap dirinya tugas oleh bahwa dibebankan kepadanya. Hal tersebut pernyataan dalam tua pola

demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang terhadap kemampuan anak, dan anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Pola asuh dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab inilah menyebabkan siswa lebih percaya dan lebih terbuka, mudah

bekerjasama cenderung

sehingga lebih

anak

akan tegas

Apabila

seorang

remaja

mandiri,

melakukan kesalahan, maka orang tua dengan pola asuh ini akan lebih menekankan pada masukan berupa umpan balik yang anak positif usia dengan tingkat remaja. mempertimbangkan perkembangan

terhadap diri sendiri, dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri. Penerapan pola asuh demokratis tersebut, emosinya. anak juga dan Mereka lebih dapat mampu lebih mengontrol mengarahkan

Meskipun pada umumnya keputusan akhir pada hal-hal yang bersifat penting tetap menjadi wewenang dan hak orang tua. Namun, remaja, remaja disertai otoriter seiring orang tua untuk perkembangan memperbolehkan kemandiriannya demi kebaikannya. Pola tingkat dinyatakan responden sebanyak asuh mempunyai yang orang mandiri (12,90%). 19 dan kemandirian sebanyak (25,80%) 4 kurang

memahami kebiasaaan temannya dan bekerjasama dengan orang lain. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tembong Prasetyo bahwa sikap-sikap tersebut akan mampu mendorong anak untuk dan terbaik. Perilaku lebih orang tua adanya yang kasih menggunakan pola asuh demokrasi menunjukkan sayang, disertai aturan-aturan dengan menetapkan batasan dan kontrol yang mendukung konstruktif anak pada tindakan tercipta sehingga melakukan mandiri hasil aktivitas-aktivitas dalam belajar upaya yang belajarnya secara bertanggung jawab mendapatkan

membuat keputusan sendiri dalam hal bimbingan

(61,29%), cukup mandiri sebanyak 8 responden

Berbeda dengan gaya otoriter, anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan keluarga dengan yang tersebut seringkali yang bila semu. orang tua Sebuah lebih

kemandirian pada remaja. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokrasi berusaha sehingga mematuhi menyeimbangkan diharapkan adanya akan yang dukungan keluarga dan bimbingan, remaja mampu menerima tanggung jawab, batasan-batasan rasional, dan bersikap baik sesuai dengan kondisi dan usia anak.

cenderung memaksakan kehendaknya, menerapkan sifatnya dalam kaku. waktu aturan-aturan Sikap-sikap lama anak akan untuk

menjadi sifat yang akan dibawanya, memaksa berperilaku seperti dirinya (orang tua). Di dalam pergaulan, muncul perilaku anak yang cukup ekstrem.

Anak cenderung menjauhkan diri dari lingkungan (menarik diri secara sosial). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat G. Tembong terhadap pola Prasetyo perilaku yang yang otoriter resiko anak menjadi mengetahui bahwa ada pengaruh yang berbeda dengan sangat muncul pada anak. Jika anak laki-laki pengasuhan memiliki sosial dan mungkin anti asuh

Meskipun anak dengan pola otoriter tetapi tidak anak mampu dapat terhadap mengekspresikan perasaannya secara terbuka, menunjukkan penolakan

aturan yang dibuat oleh orang tua. Ketika anak menolak, maka orang tua akan lebih menuntut tua lagi. Pada akhirnya orang menerapkan

berperilaku perempuan tua.

hukuman yang keras pada anak secara psikologis dapat merugikan orang tua, anak dan hubungan antara keduanya. Pola asuh permisif mempunyai tingkat kemandirian cukup yang

cenderung

tergantung (dependent) pada orang Pada pola asuh otoriter yang cenderung memaksakan kehendaknya akhirnya sulit menciptakan kreativitas, menjadi penakut dan tidak percaya diri. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Siti Rahayu H dalam Chabib Toha yang menambahkan bahwa pola asuh otoriter pada akhirnya membuat anak kurang mandiri, orang asuh karena tua segala sesuatunya Pola memegang lebih

dinyatakan sebanyak 29 responden (90,625%) dan mandiri sebanyak 3 orang (9,375%). Pada pola asuh permisif yang ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya (Chabib Thoha, 1996). Pernyataan tersebut di atas didukung oleh Agoes Dariyo yang menyatakan bahwa apa yang diberlakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak, dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin. Hal tersebut memungkinkan bila anak kemandirian siswa dalam belajar cukup mandiri. Namun, mampu menggunakan secara kebebasan tersebut

kendali (yang mengatur). otoriter menekankan batasan dan larangan diatas respon positif. Orang tua otoriter menuntut dan keteraturan, sikap yang pada sesuai dengan tuntutan masyarakat menekankan kepatuhan otoritas. Pada umumnya orang tua otoriter tidak selalu bersikap dingin dan tidak responsif, tetapi lebih banyak menuntut dan kurang bersikap positif dan mencintai anaknya.

bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri. Pada permisif secara penerapan pola asuh tidak ditemukan terhadap adanya anak.

3. Pengisian kuisioner hanya oleh satu pihak yaitu anak sedangkan orang tua tidak, sehingga tidak bisa mengetahui keakuratan jawaban dari sudut pandang yang berbeda. 4. Pertanyaan yang tidak sama pada masing-masing dimensi pola asuh memerlukan kemampuan peneliti untuk menginterpretasi hasil yang diperoleh dengan tepat dan benar. Pada faktor feabilitas juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain: pertama keterbatasan waktu dan biaya. Kedua karena menggunakan desain cross sectional maka pola asuh dan tingkat kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari diketahui pada saat ini saja..

tuntutan dan kontrol dari orang tua berlebihan Disamping tingkat kemandirian yang ditunjukkan anak pada pola asuh ini cukup, tetapi akibat lain yang dapat diterima anak diantaranya anak tidak pernah belajar mengontrol diri, selalu menuntut keinginannya menjadi orang dan lain tidak menuruti berusaha

belajar menghormati orang lain. Anak cenderung mendominasi orang lain, sehingga dalam berinteraksi sosial anak mengalami kesulitan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan didapatkan data hasil yang sebanyak ada 89

beberapa keterbatasan yang terkait dengan instrumen atau metode yang digunakan dan faktor feabilitas. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup langsung. Keterbatasan adalah : 1. Jika informasi instrumen tidak jelas, maka peserta tidak berespon secara tepat dan interpretasi yang diberikan tidak akurat. 2. Walaupun dibuat anonym, kadangkadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak benar atau tidak jujur. dari kuesioner ini

responden menggunakan pola asuh demokratis (58,55%), 32 responden menggunakan pola asuh permisif (21,05%), (20,39%). 2. Berdasarkan didapatkan responden (47,37%), menyatakan data hasil 59 cukup yang sebanyak ada 72 dan 31 responden menggunakan pola asuh otoriter

menyatakan

mandiri mandiri

responden

(38,82%), menyatakan (13,82%). 3. Terdapat

21 kurang

responden mandiri kuat

Untuk Profesi Diharapkan dalam comunitas pelayanan komprehensif pemikiran konsep dan informasi praktik sebagai yang holistik dalam ini dapat meningkatkan kemampuan perawat

hubungan

positif

pelayanan dan bentuk dan rangka

antara pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja dengan nilai koefisien korelasi artinya positif sebesar 0,661, semakin responden

keperawatan

pediatric

peningkatan mutu pelayanan, dasar pengembangan yang keperawatan

menunjukkan ke arah pola asuh yang positif (demokrasi), maka anak akan menunjukkan kemampuan dalam belajar Saran Untuk Penelitian

berhubungan dengan tahap proses tumbuh kembang anak usia remaja dalam memberikan advokasi mengenai pola asuh yang tepat kepada keluarga, sehingga masa depan anak akan lebih baik Untuk Institusi

- Perlu dilakukan penelitian lanjutan


dengan mengubah atau menambah variabel yang akan diteliti berdasarkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak, dengan menambah sasaran responden penelitian, tidak hanya dari pihak anak tetapi juga dari sudut pandang orang tua, dengan waktu yang agak lama dan tidak hanya dengan instrumen kuisioner tetapi dengan wawancara terlibat pola jenis pada dan asuh tingkat responden mengenai dihubungkan yang

- Hendaknya institusi pendidikan yang


terkait mampu mengadakan suatu komunikasi dua arah antara pihak sekolah dan orang tua dalam memantau tumbuh kembang anak dalam bentuk bimbingan konseling..

DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja (PerkembanganPeserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.

dengan

kemandirian selain belajar, misalnya kecerdasan intelektual, prestasi dll

Gunarsa, S & Y. Gunarsa. 1983. Anisa, Siti. 2005. Kontribusi Pola Asuh orang SMA Tua terhadap Kemandirian Siswa Kelas II Negeri 1 Balapulang tegal Tahun Fakultas Havighurts, R. J. A. Cross Cultural View, dalam Adams, J. F. (ed) Understanding Currents Adilescent Adolescence in Psyichilogy. Developments Kabupaten Akhir. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Pelajaran 2004/2005. Tugas Diterbitkan, Ilmu Pendidikan Universitas Negeri, Semarang. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Cipta. Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Basri, Hasan. Berkualitas Remaja dan 2000. Remaja Solusinya). Hurlock, Jakarta: Rineka Hurlock,

Boston: Allyn & Bacon, Inc. Elizabeth Edisi B. 1997. Jakarta:

Perkembangan Anak Jilid 1, Keenam. Erlangga. Elizabeth Edisi B. 1997. Jakarta:

Perkembangan Anak Jilid 2, Keenam. (Problematika Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan, Edisi Kelima. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Remaja. Santrock, J. W., 2001. Life Span Development Perkembangan masa Hidup, Edwards, C. Drew. Ketika Anak Sulit diatur : panduan bagi orang tua untuk mengubah masalah perilaku anak. Cetakan ke-2. Kaifa. Bandung. Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju. alih bahasa Ahmad Chusairi, Jakarta: Erlangga. Jakarta: Erlangga. Perkembangan Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

SPSS 13, Edisi 1. Jogjakarta: Musdalifah, dalam M.Si. Kemandirian 2007. (Studi CV ANDI OFFSET. Schaefer, Charles. 1994. Bagaimana dan Cony Perkembangan Sosial Remaja Kasus Hambatan Psikologis Dependensi terhadap Orang Tua), vol 4 Juli. Jogjakarta. Mutadin, Z. 2002. Mengembangkan Ketrampilan Remaja. Sosial http Pada : file:// Soeparno, Belajar. pelajar. dan Spungin, Pat & Victoria Richardson. 2002. The Parentalk Guide to Brothers & Sisters. Ag Budhi Satrio (Editor). 2007. Kiat Kakak Mengatasi Persaingan Suhaenah. Jakarta: 2000. Kompetisi Pustaka Membangun Mempengaruhi Tarman Sirait

Anak (Alih Bahasa oleh R. Semiawan). Dahara Prize. Semarang:

www.google.com, 12 Agustus 2009. Nursalam. 2003. Konsep

e.psikologi. Diakses tanggal

Penerapan

Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Keperawatan. Salemba Medika. Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Elex Media Komputindo. Ideal. Jakarta: Penelitian Jakarta:

Adik, Ellen Hanafi (Penterjemah), Andi, Yogyakarta, hal 11 - 22. Surya, Hendra. 2003. Kiat mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta : PT Gramedia. Tarmudji, Tarsis. 2004. Penelitian Pola Dengan Remaja. tanggal 18

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2008. (8th Human ed.). development

Tentang Asuh Agresivitas Diakses

Hubungan Orangtua

Boston: McGraw-Hill. Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan

http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id. pada Agustus 2009.

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan (IKAPI). Wijayanti, MM. 2007. Anakku, Islam. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Anakmu, Anak kita (Mendidik dan Merawat Anak dengan Bijak), Sahabat Setia, Yogyakarta, hal 8 18. Yusuf, Syamsu L.N. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Rosdakarya. Anak dan Bandung: Remaja

Mengetahui, Dosen Pembimbing 1 Peneliti

dr. Soemardini, M. Pd NIP. 19460307 197903 2 001

Rahmawati Maulidia NIM 0610720039

You might also like