You are on page 1of 13

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

BAB. IV

DATA SPASIAL LAHAN KRITIS


4.1. Arahan Fungsi Lahan. Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1:250.000 (Lampiran SK. Menhutbun No. 452/KptsII/1999, tanggal 17 Juni 1999), arahan fungsi lahan Kota Tomohon dibuat. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa di Kota Tomohon terdapat arahan fungsi lahan areal budidaya pertanian seluas 11,766 ha (80 %), hutan lindung seluas 1,279 ha (9 %), dan kawasan lindung dil luar kawasan hutan sebesar 1,615 Ha (11 %). Adapun luas secara rinci masing-masing luasan arahan fungsi lahan dan fungsi hutan dapat dilihat pada Tabel IV.1. Tabel IV.1. Arahan Fungsi Lahan di Kota Tomohon
ARAHAN FUNGSI LAHAN Budidaya Pertanian Sub total Hutan Lindung Sub total Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan Sub total TOTAL LUAS (Ha) FUNGSI HUTAN Areal Penggunaan Lain Hutan Lindung Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi yang dapat dikonversi LUAS (Ha) 11,766 11,766 585 694 1,279 1,615 0 0 1,615 14,660

Sumber: - Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1:250.000 (Lampiran SK. Menhutbun. No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999) - Data BPS Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2003

Grafik IV.1. Arahan Penggunaan Lahan Kota Tomohon

11% 9%

Budidaya Pertanian Hutan Lindung Kaw asan Lindung di luar kaw asan hutan

80%

IV-1

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

4.2.

Tutupan Lahan. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti tutupan vegetasi

tebal atau rimba yang lebat menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam empat bagian, yakni (1) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman; (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air; (3) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif; (4) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang. Intersepsi hujan oleh vegetasi mempengaruhi erosi melalui dua cara yaitu (a) mempengaruhi jumlah air yang sampai ke tanah sehingga dapat mengurangi aliran permukaan, dan (b) mempengaruhi kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah. Jumlah hilangnya air dari tanah karena proses transpirasi dipengaruhi tingkat kerapatan tajuk tanaman. Tanah terbuka, tidak ada tumbuhan penutup, merupakan mangsa mudah bagi erosi, seperti nampak pada lumpur yang terbawa oleh sungai di daerah-daerah berbukit yang terbuka tanpa tumbuhan, pada musim hujan. Tutupan lahan di Kota Tomohon hasil interpretasi Citra satelit (landsat ETM 7+) tahun 2000 yang dilakukan oleh BAPLAN Departemen Kehutanan dan Citra satelit tahun 2002 yang dimiliki BPDAS Tondano menunjukkan tutupan lahan di Kota Tomohon didominasi oleh hutan lahan kering seluas 9,078 ha (61.93%), kemudian disusul perkebunan seluas 2,316 ha (15.80%), Hutan lahan kering sekunder selebihnya terbagi habis dengan seluas 395 ha (2.69%), lahan lainnya seperti, sedangkan hutan lahan kering primer hanya tersisa 1,666 ha (11.37%), tutupan semak/belukar, pemukiman, tubuh air. Adapun secara rinci tutupan lahan di Kota Tomohon dapat dilihat pada Tabel IV.2. Jenis Tutupan Lahan di Kota Tomohon.

IV-2

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Tabel IV.2. Jenis Tutupan Lahan di Kota Tomohon


Kota Jenis Tutupan Lahan Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Perkebunan Permukiman Pertanian lahan kering Semak / belukar Tubuh air Kota Tomohon Total

Tomohon

Luas (Ha) 1,666 395 2,316 652 9,078 551 1 14,660

Prosentase (%) 11.37 2.69 15.80 4.45 61.93 3.76 0.01 100.00

Grafik IV.2. Tutupan Lahan di Kota Tomohon


10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0

se ku nd e

ke rin g

pr im e

P er ke bu na n

P er m uk im an

/b el uk ar

ke rin g

ke rin g

la ha n

H ut an

Tutupan lahan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam analisa data spasial lahan kritis, ini ditunjukkan dengan besar bobot yang diberikan yaitu sebesar 50 pada arahan fungsi kawasan hutan lindung, dan pada kawasan lindung diluar kawasan hutan. Dalam analisa, tutupan lahan diklasifikasi berdasarkan nilai kerapatan tajuk masing-masing tutupan lahan menjadi 5 kelas, yaitu: Kerapatan Tajuk > 80 % 61 - 80 % 41 - 60 % 21 - 40 % < 20% Kelas Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

H ut an

IV-3

P er ta ni an

la ha n

la ha n

S em ak

T ub uh

ai r

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Berdasarkan kondisi tutupan lahan dan klasifikasi kelas kerapatan tajuk serta data hasil pengamatan di lapangan diperoleh hasil bahwa pada arahan fungsi lahan budidaya pertanian didominasi oleh kelas kerapatan tajuk buruk (21-40 %), yaitu sebesar 7,237 ha dan 1,316 ha. Sedangkan pada arahan punggunaan lahan hutan lindung masih didominasi kelas kerapatan tajuk baik, yaitu seluas 789 ha. Mencermati kondisi lapangan ini apabila terjadi curah hujan tinggi dan terus menerus, tidak adanya upaya-upaya RHL yang mantap serta penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan dan kaidah-kaidah konservasi, tak mengherankan bila nantinya erosi atau banjir bisa terjadi pada musim penghujan, dan kekeringan berkepanjangan pada musim kemarau. Tabel IV.3.
ARAHAN FUNGSI LAHAN Budidaya Pertanian Sub Total Hutan Lindung Sub Total Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

Tingkat Kerapatan Tutupan Tajuk Pada masing-masing Arahan Fungsi Lahan dan Fungsi Hutan
FUNGSI HUTAN APL HL HSA&PA HPT HP HPK TINGKAT KERAPATAN TUTUPAN TAJUK >80 % 723 723 339 450 789 146 0 0 146 61-80 % 374 374 0 0 0 0 0 0 0 41-60 % 2,151 2,151 13 0 13 139 0 0 139 21-40 % 7,237 7,237 191 88 280 1,316 0 0 1,316 <20% 655 655 42 156 197 13 0 0 13 LUAS (Ha) 11,141 11,141 585 694 1,279 1,615 0 0 1,615 576 49 14,660

Sub Total Pemukiman Tubuh Air TOTAL LUAS (Ha)

1,658

374

2,304

8,833

866

IV-4

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Grafik IV.1. Tingkat Kerapatan Tutupan Tajuk di Kota Tomohon

8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 >80 % 61 - 80 % 41 - 60 % 21 - 40 % <20% TINGKAT KERAPATAN TUTUPAN TAJUK

Luas Luas (Ha)

Budidaya Pertanian

Hutan Lindung

Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

4.3.

Topografi dan Bentuk Wilayah. Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang

paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan demikian memperbesar energi angkut air. Selain itu dengan makin miringnya lereng, maka butir-butir tanah yang terpecik kebawah oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Dengan demikian jika lereng permukaan tanah lebih curam maka kemungkinan erosi akan lebih besar persatuan luas. Kelas kemiringan lereng di Kota Tomohon diklasifikasikan menjadi

kelas datar, landai, agak curam, curam, dan sangat curam. Adapun klasifikasi
tersebut seperti dibawah ini: Kelas Kemiringan Lereng 0-8% 8 -15 % 15 - 25 % 25 - 40 % > 40 % Kelas Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam

IV-5

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Keadaan topografi Kota Tomohon sebagian besar mempunyai relief datar. Daerah datar di jumpai terbesar pada arahan fungsi areal budidaya pertanian seluas 5,832 ha. Pada arahan fungsi lahan hutan lindung didominasi kelas lereng sangat curam seluas 495 ha, dan pada arahan fungsi lahan kawasan lindung di luar kawasan hutan seluas 481 ha didominasi oleh kelas lereng agak curam. Kecamatan Tomohon Utara mempunyai keadaan topografi kelas kelerengan sangat curam yang terluas dibandingkan dengan kecamatan yang lain di Kota Tomohon yaitu seluas 818 ha. Keadaan ini diperoleh dari hasil diliniasi kontur digital peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 dengan menggunakan software ArcView 3.2. (GIS) dan sebagian lagi secara manual serta hasil survey lapangan. Klasifikasi tersebut keadaan topografi di Kota Tomohon selengkapnya sebagaimana Tabel IV.4. Tabel IV.4.
ARAHAN FUNGSI LAHAN Budidaya Pertanian Sub Total Hutan Lindung Sub Total Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

Kelas Kemiringan Lereng Pada masing-masing Arahan Fungsi Lahan dan Fungsi Hutan
FUNGSI HUTAN KELAS KELERENGAN Sangat Curam 927 927 273 223 495 147 0 0 147 Curam 1,513 1,513 173 136 309 302 0 0 302 Agak Curam 1,408 1,408 53 276 328 481 0 0 481 Landai 1,460 1,460 17 54 71 229 0 0 229 Datar 5,832 5,832 70 5 76 456 0 0 456 LUAS (Ha) 11,141 11,141 585 694 1,279 1,615 0 0 1,615 576 49 14,660

APL HL HSA&PA HPT HP HPK

Sub Total Pemukiman Tubuh Air TOTAL LUAS (Ha)

1,570

2,124

2,217

1,760

6,364

IV-6

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Grafik IV.2. Kelas Kemiringan Lereng di Kota Tomohon

6,000 5,000

Luas (Ha)

4,000 3,000 2,000 1,000 0 Sangat Curam Curam Agak Curam Landai Datar

KELAS KELERENGAN Budidaya Pertanian Hutan Lindung Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

4.4.

Tanah. Sumber daya alam utama, yaitu tanah dan air, mudah mengalami

kerusakan atau degradasi. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. (Sitanala Arsyad, 1989). Kerusakan tanah dapat terjadi oleh (1) kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, (2) terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungapnya unsur senyawa merupakan racun bagi tanaman, (3) penjenuhan tanah oleh air (waterlogging), dan erosi. Keadaan tanah di Kota Tomohon berdasarkan peta RePPProT Provinsi Sulawesi Utara skala 1:250.000 sangat bervariasi. Berdasarkan pengelompokan tanah USDA (greatgroup tanah) terdapat 6 jenis tanah yaitu; Eutropepts seluas 5,723 ha (39.04 %) dengan tingkat kerentanan terhadap terjadinya erosi termasuk rendah-sedang dan humitropepts seluas 4,399 ha (30.00%) termasuk tingkat kerentanan terhadap terjadinya erosi sedang. Tabel IV.5. Greatgroup Tanah di Kota Tomohon
KABUPATEN Kota Tomohon GREATGROUP TANAH Dystropepts Eutrandepts Eutropepts LUAS (HA) 3,662 460 5,723 PROSENTASE (%) 24.98 3.14 39.04

IV-7

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Humitropepts Tropalquepts Tropudalfs Kota Tomohon Total

4,399 179 238 14,660

30.00 1.22 1.63 100.00

Sumber Data: Peta RePPProT Provinsi Sulawesi Utara SKALA 1 : 250.000.

Grafik IV.4. Greatgroup Tanah di Kota Tomohon


2 17938 3,662 4,399 Dystropepts Eutrandepts Eutropepts 460 Humitropepts Tropalquepts Tropudalf s

5,723

4.5.

Erosi. Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian

tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain; di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi, diatas tanah pertanian dan sebagainya. Endapan tersebut akan menyebabkan sungai, waduk, danau dan saluran-saluran irigasi lainnya mendangkal. Dengan meningkatnya jumlah aliran air permukaan dan mendangkalnya sungai mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir. Secara umum, terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor iklim (terutama intensitas hujan), topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah, dan tata guna lahan. Pengaruh iklim terhadap erosi dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Pengaruh langsung adalah melalui tenaga kinetis hujan, terutama intensitas dan diameter butir hujan. Pada hujan yang intensif dan berlangung dalam waktu pendek, erosi yang terjadi biasanya lebih besar daripada hujan dengan intensitas lebih kecil dengan waktu hujan

IV-8

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

lebih lama. Karakteritik tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur tanah, unsur organik, struktur tanah, dan permeabilitas tanah. Faktor topografi yang memberikan kontribusi terhadap erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Kedua faktor topografi tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, menurunkan kecepatan dan volume air larian, menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya melalui sitem perakaran dan seresah yang dihasilkan, dan mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (Asdak, 2002). Prediksi kelas tingkat erosi diperoleh melalui overlay 4 peta tematik yaitu peta kelas kemiringan lereng, jenis tanah (greatgroup tanah), tutupan lahan dan curah hujan. Semua peta tematik dikelasifikasikan tingkat kerentanannya terhadap terjadinya erosi. Hasil overlay tersebut menjadi dasar melakukan survey ke lapangan. Kelas tingkat bahaya erosi di Kota Tomohon didominasi kelas erosi ringan sampai sedang. Pada arahan fungsi lahan areal budidaya pertanian luas lahan yang mengalami erosi ringan adalah seluas 7,184 ha. Sedangkan pada arahan fungsi lahan kawasan hutan lindung terdapat 644 ha termasuk kelas erosi sedang. Pada kawasan lindung di luar kawaan hutan didominasi kelas erosi ringan adalah seluas 933 ha.

IV-9

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Tabel IV.6.
ARAHAN FUNGSI LAHAN Budidaya Pertanian Sub Total Hutan Lindung Sub Total Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

Tingkat Bahaya Erosi Pada masing-masing Arahan Fungsi Lahan dan Fungsi Hutan
FUNGSI HUTAN APL HL HSA&PA HPT HP HPK TINGKAT BAHAYA EROSI Sangat Berat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Berat 26 26 42 92 134 0 0 0 0 Sedang 3,918 3,918 374 269 644 678 0 0 678 Ringan 7,184 7,184 168 333 501 933 0 0 933 Sangat Ringan 12 12 0 0 0 4 0 0 4 LUAS (Ha) 11,141 11,141 585 694 1,279 1,615 0 0 1,615 576 49 14,660

Sub Total Pemukiman Tubuh Air TOTAL LUAS (Ha)

161

5,240

8,619

16

Grafik IV.3. Tingkat Bahaya Erosi di Kota Tomohon


8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Sangat Berat Berat Sedang Ringan Sangat Ringan

Luas (Ha)

TINGKAT BAHAYA EROSI Budidaya Pertanian Hutan Lindung s Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

4.6.

Tingkat Kekritisan Lahan. Ciri utama lahan kritis adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan

muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam. Tingkat produktivitas rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah, kekahatan hara P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation (KT), kejenuhan basa dan kandungan bahan organik, tingginya kadar Al dan Mn, yang dapat meracuni tanaman

IV-10

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

dan peka terhadap erosi. Selain itu, pada umumnya lahan kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang yang mendominasinya dengan sifat-sifat lahan padang alang-alang memiliki pH tanah relatif rendah sekitar 4,8-6,2, mengalami pencucian tanah tinggi, ditemukan rizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman, terdapat reaksi alelopati dari akar rimpang alang-alang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada lahan tersebut. Pada umumnya, penduduk yang tinggal di daerah tersebut relatif miskin (sedikit kesempatan untuk memperoleh income), yang disebabkan pemberdayaan tanah kritis tersebut berhubungan erat dengan masalah kemiskinan penduduknya, tingginya kepadatan populasi, kecilnya luas lahan, kesempatan kerja terbatas dan lingkungan yang terdegradasi. Oleh karena itu perlu diterapkan sistem pertanian berkelanjutan dengan melibatkan penduduk dan kelembagaan (Mahfudz, 2001). Meluasnya lahan kritis disebabkan oleh beberapa hal antara lain tekanan penduduk, perluasan areal pertanian yang tidak sesuai, perladangan berpindah, padang penggembalaan yang berlebihan, pengelolaan hutan yang tidak baik, dan pembakaran yang tidak terkendali (Mahfudz, 2001). Fujisaka dan Carrity (1989) dalam Mahfudz (2001) mengemukakan bahwa masalah utama yang dihadapi di lahan kritis antara lain adalah lahan mudah tererosi, tanah bereaksi masam dan miskin unsur hara. Tingkat kekritisan di Kota Tomohon didominasi oleh tingkat kekritisan lahan agak kritis pada arahan fungsi budidaya pertanian seluas 4,059 ha. Jika lahan kritis merupakan kelompok dari kelas kekritisan agak kritis, kritis, hingga sangat kritis maka luas lahan kritis yang terbesar terdapat di arahan fungsi kawasan budidaya pertanian, yaitu sebesar 4,186 ha atau 29% dari total luas kabupaten. Pada arahan fungsi hutan lindung, luas lahan kritis sebesar 693 ha atau 5% dari total luasan kabupaten. Pada kawasan lindung di luar kawasan hutan adalah seluas 1,468 ha atau 10%. Di

IV-11

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Kecamatan Tomohon Utara terdapat luas lahan kritis terluas di Kota Tomohon yaitu seluas 3,444 ha atau 23% dari luas total Kota Tomohon. Melihat kondisi tersebut wilayah Kota Tomohon sangat urgen untuk ditangani dengan upaya-upaya rehabilitasi hutan dan lahan, rekomendasi kegiatan-kegiatan pengolahan lahan dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah, upaya melestarikan dan mempertahankan keberadaan hutan. Tabel IV.7.
ARAHAN FUNGSI LAHAN Budidaya Pertanian Sub Total Hutan Lindung Sub Total Kawasan Lindung di luar kawasan hutan

Tingkat Kekritisan lahan Pada masing-masing Arahan Fungsi Lahan dan Fungsi Hutan
FUNGSI HUTAN APL HL HSA&PA HPT HP HPK Sangat Kritis 0 0 0 92 92 0 0 0 0 TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Agak Potensial Kritis Kritis Kritis 127 4,059 6,955 127 4,059 6,955 134 320 131 148 0 410 282 320 542 940 528 147 0 0 0 0 940 0 528 0 147 Tidak Kritis 0 0 0 44 44 0 0 0 0 LUAS (HA) 11,141 11,141 585 694 1,279 1,615 0 0 1,615 576 0 49 14,660

Sub Total Pemukiman Sawah Tubuh Air Total Luas (Ha)

92

1,349

4,907

7,643

44

Grafik IV.4. Tingkat Kekritisan di Kota Tomohon


7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Sangat Kritis Kritis Agak Kritis Potensial Kritis Tidak Kritis

Luas (Ha)

TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Budidaya Pertanian Hutan Lindung Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

IV-12

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

IV-13

You might also like