You are on page 1of 88

Dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG(K) Putri A.

Isdianto - Putri Widiantika - Rachmat Dediat KH - Rahma Evasari

TORCH Infections Gonorrhea Sifilis HIV/AIDS Infeksi Saluran Kemih

T Toxoplasmosis O Other infections Hepatitis B, Syphilis, Coxsackievirus, Varicella-Zoster Virus (Chickenpox), Herpes Zoster, HIV, Parvovirus B19 R Rubella (German Measles) C Cytomegalovirus (CMV) H Herpes Simplex Virus (HSV)

Toksoplasmosis kongenital 0.8(US)10(Perancis) per 10000 kelahiran, 400-4000 kasus (US) per tahun 38% wanita yang diperiksa antibodi T.gondii menunjukkan ada infeksi lampau Lebih banyak ditemukan di daerah tropis dan tepi pantai Lebih jarang ditemukan di daerah dingin, hangat dan kering, atau dataran tinggi

Danforths Obstetrics and Gynecology, 10th ed.

Toksoplasmosis akut
Dewasa imunokompeten well-tolerated, namun

Transmisi In Utero jalur transplasental


Kemungkinan infeksi fetal meningkat setiap trimester

dapat terjadi infeksi vertikal ke fetus

kehamilan
13 minggu 6% 36 minggu 72%

Freeman and colleagues (2005) 386 wanita hamil


Infeksi terjadi <20 minggu 11% toksoplasmosis kongenital Infeksi terjadi >20 minggu 45% toksoplasmosis kongenital

Infeksi primer
Demonstrasi serokonversi terhadap organisme Peningkatan signifikan titer antibodi dari serum

maternal yang diperiksa pada dua waktu berbeda Deteksi antibodi IgM spesifik toksoplasma

Infeksi maternal
90% asimtomatik 10-20% posterior cervical lymphadenopathy,

mononucleosislike syndrome (fatigue, letargi, malaise)

Prenatal diagnosis
Amniosentesis atau

USG
Ventrikulomegali Hidrosefalus atau mikrosefali Kalsifikasi intrakranial atau periventrikuler Plasentomegali Hepatomegali Katarak Hidrops

kordosentesis diagnostik
Kultur cairan amnion atau darah fetus IgM spesifik toksoplasma darah fetus PCR cairan amnion

Trias klasik
Korioretinitis Kalsifikasi intrakranial Hidrosefalus

BBLR Hepatosplenomegali, ikterus Anemia Gangguan penglihatan, korioretinitis Retardasi mental dan psikomotor, developmental delay Gangguan pendengaran Hidrosefalus atau mikrosefali, kalsifikasi serebral

Masak daging secara matang dengan suhu yang adekuat Cuci bersih dan kupas buah dan sayur sebelum dikonsumsi Cuci tangan dengan benar, terutama setelah kontak dengan hal-hal yang berkaitan dengan rantai transmisi Cuci bersih alat masak dan bersihkan dapur sesudah memasak daging, unggas, seafood, atau sayur dan buah Menggunakan sarung tangan saat membersihkan kotoran binatang, atau tidak melakukan pekerjaan tersebut Hindari memberikan makan daging mentah atau setengah matang pada kucing Hindari memelihara kucing di dalam rumah

Spiramycin
Menurunkan insidensi infeksi fetus, tetapi tidak

mengurangi tingkat keparahannya Diberikan pada infeksi maternal akut sebelum trimester 3 dan dilanjutkan selama masa kehamilan Dosis 500 mg po 5x/hari atau 3 gram/hari dalam dosis terbagi

Pyrimethamine 25 mg po per hari tidak dianjurkan pada trimester 1 karena efek teratogenik Sulfadiazine 1 gram po 4x/hari Asam folat 6 gram IM atau po 3x/minggu atau 2 hari sekali

US 10-20% rentan Rubella meskipun sudah ada program vaksin Infeksi rubella pada wanita hamil
UG 12 minggu pertama 80% kelainan

kongenital UG 13-14 minggu 54% kelainan kongenital Akhir trimester 2 25% kelainan kongenital

Kontak langsung dengan sekret nasofaring penderita Periode paling infeksius beberapa hari sebelum onset ruam makulopapular Periode infeksius 1 minggu sebelum sampai 4 hari setelah onset ruam makulopapular Periode inkubasi 12-23 hari

Infeksi maternal

50-70% simtomatik Biasanya ringan Ruam makulopapular yang berlangsung selama 3 hari Generalized lymphadenopathy, terutama postaurikular dan oksipital, yang mendahului ruam Transient arthritis Malaise Sakit kepala Konjungtivitis

Infeksi fetus congenital rubella syndrome


Risiko terbesar anomali kongenital pada trimester 1 Defek okular katarak (10%), mikroftalmia, glaukoma,

pigmentary retinopathy Abnormalitas jantung (10-20%) PDA, PS, ASD, VSD Tuli sensorineural (60-75%) Mikrosefali, ensefalopati, meningoensefalitis retardasi mental, kelainan motorik, developmental delay Neonatal purpura Hepatosplenomegali dan jaundice Radiolucent bone disease 1/3 manifestasi lambat (dekade 2-3) extended rubella syndrome DM, kelainan tiroid, pubertas prekoks

Serologi
Hemaglutinasi inhibisi dan

Prenatal diagnosis
Antibodi IgM spesifik

radioimunoasay Aglutinasi lateks

rubella pada darah fetus saat usia gestasi 22 minggu atau lebih USG
Pertumbuhan janin terhambat Ventrikulomegali Kalsifikasi intrakranial Mikrosefali Mikroftalmia Malformasi jantung Peritonitis mekonium Hepatosplenomegali

Prenatal care evaluasi serum rubella Pencegahan vaksinasi Belum ada obat untuk mencegah viremia,manfaat gamma globulin masih diragukan.

Infeksi kongenital paling sering dijumpai Infeksi fetus 0.2-2%

Virus cairan tubuh Transmisi kontak dengan sekret nasofaring, urin, liur, semen, sekret serviks, atau darah Infeksi intrauterine, intrapartum, postpartum (menyusui) Sumber transmisi day care centers 85% wanita dari latar belakang sosioekonomi rendah seropositif saat hamil

Infeksi maternal
Dewasa imunokompeten biasanya asimtomatik Demam, malaise, pembesaran KGB, hepatitis

Infeksi fetus
Kebanyakan karena infeksi maternal rekuren 90% asimtomatik saat lahir 5-15% gejala lambat

(developmental delay, tuli, dan gangguan penglihatan). 10% simtomatik saat lahir cytomegalic inclusion disease mikrosefali, ventrikulomegali, kalsifikasi intrakranial, oligohidramnion, perkembangan janin terhambat, petekie, hepatosplenomegali, jaundice, korioretinitis

Infeksi maternal
Pemeriksaan IgG dan IgM

Infeksi fetus
USG
Amniosentesis datau kordosentesis PCR

Terapi CMV in utero efektif untuk fetus belum ada Terapi simtomatik

HSV merupakan salah satu IMS yang paling sering dijumpai 50 juta remaja dan dewasa 0.5-2% wanita hamil terinfeksi HSV-1 atau HSV-2 selama kehamilan

Infeksi maternal
Kontak langsung dengan membran mukosa atau

kulit intak yang terinfeksi, biasanya dengan hubungan seksual

Infeksi fetus
3 rute transplasental, infeksi yang ascending

dari serviks, kontak langsung dengan lesi infeksius genital ibu saat proses kelahiran (paling sering)

Infeksi maternal
Vesikel di serviks, vagina, atau vulva, timbul 2-10

hari setelah terpapar Bengkak, eritema, nyeri Limfadenopati

Infeksi fetus
Mata atau mulut (35%)
SSP dengan ensefalitis (30%) Keterlibatan organ mayor multipel (25%)

Spesimen swab lesi kultur jaringan dan isolasi virus ELISA

Terapi antiviral acyclovir, famciclovir, atau valacyclovir Untuk rasa tidak nyaman analgesik dan anetesi topikal

Definisi
Infeksi bakteri yang berasal dari permukaan membran

mukosa yang disebabkan oleh Neisseria gonnorrhoeae.

Epidemiologi
Insidensi tertinggi pada wanita usia 15-24 tahun. Pada wanita hamil, infeksi gonokokus mengenai traktus

genital bawah, serviks, uretra, periuretra, dan kelenjar glandula.

Disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Bentuk : diplokokus berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 m dan bersifat tahan asam. Gram negatif ( tampak di luar dan dalam leukosit PMN ). Tidak dapat bertahan di udara bebas. Cepat mati dalam keadaan kering. Tidak tahan berada di suhu > 39 o C. Tidak tahan terhadap zat desinfektan.

Neisseria gonorrhoeae http://www.asid.net.au

Selama kehamilan bervariasi, tetapi dapat mencapai 7 %. Faktor risiko mencakup :


Terpapar secara seksual pada individual yang terinfeksi Neisseria Usia : remaja

Kemiskinan
Penyalahgunaan zat Tidak perawatan pranatal Prostitusi, penyakit menular seksual lainnya

Infeksi gonokokus merupakan penandan adanya infeksi klamidia pada sekitar 40% wanita hamil yang terinfeksi.

Berbeda antara perempuan dengan laki-laki. Transmisi : hubungan seksual Pada perempuan biasanya asimptomatik sehingga sulit untuk menentukan masa inkubasinya. Masa inkubasinya : beberapa jam sampai 2 jam atau 3 hari Infeksi bisa mengenai ibu hamil dan janin.

Janin, di semua trimester dapat menimbulkan efek buruk pada akhir

kehamilan. Contoh : persalinan prematur, korioamnionitis, abortus aseptik, dll.


Diasosiasikan dengan pelvic inflammatory disease ( PID ). Sering ditemukan pada trimester pertamasebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri.

Ibu hamil
Uretra biasanya asimptomatik atau simptomatik, jarang tanpa infeksi pada serviks kecuali pada perempuan yang telah di histerektomi. Traktus genitourinarius bawah yang tersering adalah bertambahnya duh tubuh genital, disuria, terkadang disertai poliuria, perdarahan antara masa haid, menoragia. Serviks ( tersering ) Tampak hiperemis dengan erosi dan sekret mukopurulen.

Ostium uteri interna merupakan barrier saat haid ( nekrosis dan darah menguntungkan untuk pertumbuhan kuman ) ostium terbuka invasi kuman

Sangat erat dengan susunanan anatomi dan faal genitalia. Serviks salpingitis atau penyakit radang panggul ( RPP ). yang dapat menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Janin Konjungtivitis gonore ( ditransmisikan selama proses persalinan ).

http://www.mdguidelines.com

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

Sekresi mukopurulen pada serviks, sekret di vagina, gejala PID, nyeri

goyang serviks, nyeri perut bawah, demam. Neonatus : konjungtivitis bilateral

Dipastikan dengan pemeriksaan penunjang dengan menemukan N. Gonorrhoeae baik secara mikroskopik maupun kultur ( biakan ). Pewarnaan Gram : sensitivitas dan spesifitas 45-65%, 90-99%. Kultur : sensitivitas dan spesifitas 85-95%, > 99%.

Tanpa komplikasi adalah pengobatan dosis tunggal. Dosis yang diberikan tidak berbeda dengan keadaan tidak hamil. Pemberian gol kuinolon tidak dianjurkan untuk wanita hamil. Pilihan terapi menurut CDC :

Sefiksim 400 mg per oral Seftriakson 250 mg intramuskular Siprofloksasin 500 mg per oral

Oflofloksasin 400 mg per oral


Levofloksasin 250 mg per oral atau spektinomisin 2 g dosis tunggal im.

Dengan komplikasi : Neonatus konjungtivitis gonorea


Pemberian seftriakson 50 100 mg/kg BB im dosis tunggal dengan

dosis max 125 mg.

http://www.mdguidelines.com

Skrining untuk perempuan hamil dengan risiko tinggi. Waktu :


Pertama kali datang Trimester ketiga kehamilan

Merupakan penyakit sistemik. Penyebab adalah Treponema pallidum ( spiroketa ). Mengenai seluruh organ tubuh mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga SSP. Bisa dengan atau tanpa lesi di kulit. Infeksi ada beberapa tahap :

Primer Sekunder

Laten dini
Lanjut

http://www.cdc.gov

Insidensi kasus pada wanita tahun 2006;1 kasus dari 100.000 populasi Etiologi: treponema pallidum (bakteri spiral) Transmisi: Hubungan seksual, lesi menular dari ibu ke janin Tranfusi produk darah Luka di kulit yang bersentuhan dengan luka infeksius

Di Amerika ( 1999 ) 2,3 kasus per 100.000 orang. Faktor risiko :


Penyalahgunaan zat terutama crack, cocaine Pelacuran

Tidak perawatan pranatal


Usia muda Status sosioekonomi lemah Banyak pasangan seksual

Spirochete menembus kulit menyebar melalui pembuluh darah dan limfatik. Umumnya ditularkan lewat kontak seksual namun dapat juga secara vertikal pada masa kehamilan. Lesi genital pada sifilis primer disebut chancre. Ditandai oleh ulkus padat yang tidak nyeri dengan tepi yang meninggi dan dasar jaringan graulasi. Timbul di genitalia eksterna : labia mayora dan minora, fourchette atau serviks. Timbul 3 minggu setelah kontak Menetap selama 2 hingga 6 minggu Sembuh spontan Sering disertai pembesaran KGB inguinal ( tidak nyeri ) Jumlah : satu atau multiple

Lesi sekunder
Timbul sekitar 4 hingga 10 minggu setelah chancre sembuh Ruam kulit yang bervariasi, generalisata dengan lesi di palmar, plantar,

mukosa oral atau genital, kondiloma lata di daerah intertrigenosa dan alopesia. Lesi di kulit biasanya simetris dapat berupa papul, makula, papuloskuamosa dan pustul yang jarang disertai keluhan gatal . Banyak ditemukan pada lesi di selaput lendir atau lesi yang basah seperti kondiloma lata. Gejala : demam, malese, artralgia dan mialgia. Jika tidak diobati dapat berkembang menjadi tahap asimtomatik. Jika dari :
infeksi sampai diagnosis < 12 bulan + asimtomatik : sifilis laten dini Infeksi sampai diagnosis > 12 bulan : sifilis laten lanjut

Sifilis laten
Fase tanpa gejala klinik. Hanya pemeriksaan serologi yang reaktif mengindikasikan organisme

masih tetap ada di dalam tubuh. Berlangsung selama bertahun-tahun bahkan selama hidupnya.

Sifilis laten tersier


1/3 pasien yang tidak diobati. Terjadi sejak beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah fase laten

dimulai. T.Pallidum menginvasi dan menimbulkan kerusakan pada SSP, kardiovaskular, mata, kulit serta organ lain. Gumma timbul sebagai reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap antigen T. Pallidum, lesi bersifat destruktif dan biasanya muncul di kulit, tulang atau organ dalam.

Transmisi dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah plasenta terbentuk utuh ( kehamilan 16 minggu ). Bila sifilis primer atau sekunder ditemukan pada kehamilan setelah 16 minggu, maka kemungkinan timbulnya sifilis kongenital lebih memungkinkan.

SIFILIS PRIMER

SIFILIS SEKUNDER

SIFILIS TERSIER

Dengan cara menemukan T.Pallidum dengan mikroskop lapang pandang gelap, pewarnaan Burry atau mikroskop imunofluoresensi. Pemeriksaan lain :
Tes non treponemal ( tes ragen ) melacak antibodi IgG dan IgM lipid

yang terdapat pada permukaan sel treponema. RPR ( Rapid Plasma Reagen ) VDRL ( Veneral Disease Research Laboratory ) Tes treponemal TPHA ( Treponema pallidum haemaglutination Assay )

CT Scan Sifilis kongenital


Pemeriksaan IgM pada bayi

CDC merekomendasikan : Terapi injeksi Penisilin Benzatin 2,4 juta MU sifilis primer, sekunder dan laten dini. Sifilis laten lanjut atau tidak diketahui lamanya mendapat 3 dosis injeksi tersebut. Alternatif :
Alergi penisilin dan tidak hamil : Doksisiklin per oral 2 x 100 mg/ hari selama 30 hari.

Tetrasiklin per oral 4 x 500 mg/hari selama 30 hari Alergi penisilin dan hamil :
Penisilin dengan cara desensitisasi. Eritromisin per oral 4 x 500 mg/hari selama 30 hari

Untuk semua bayi yang baru lahir dari ibu dengan seropositif
Benzatin penisilin 50.000 IU/ kgBB dosis tunggal im.

Hati-hati, pada semua wanita dengan sifilis primer dan sekitar separuh dengan infeksi sekunder, terapi penisilin menimbulkan reaksi Jarisch- Herxheimer ( kontraksi uterus yang diikuti dengan distres janin ) USG pra pengobatan pada kehamilan berusia > 24 mgg bermanfaat untuk mendeteksi kelainan kongenital pada janin. Untuk memonitor hasil pengobatan dilakukan pemeriksaan serologi non treponemal setelah :

1 bulan
3 bulan 6 bulan 1 dan 2 tahun setelah pengobatan selesai

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Infeksi HIV memiliki gambaran klinik yang tidak spesifik mulai dari tanpa gejala sampai gejala-gejala berat pada stadium lanjut.

HIV dan AIDS merupakan salah satu kontributor utama kematian maternal di seluruh dunia
HIV menginfeksi 33,4 juta orang diseluruh dunia
16 juta (47%) merupakan wanita 2,7 juta (6,2%) merupakan anak-anal

60,000 fewer maternal deaths would have occurred

in 2008 in the absence of HIV (WHO)

18.192 dari 19.973 kasus HIV di indonesia berada pada umur 15-49 tahun Hanya 1% ibu hamil yang dilakukan test skrining HIV Hanya 4-15% ibu hamil dengan HIV yang mendapat terapi ARV Hanya 7% bayi dari ibu HIV (+) mendapat terapi ARV

Comparison of Modes of HIV Transmission


1998 National Sexual Blood transfusion IDU Mother to Child Unknown 2001 National 64,3 % 2001 Jakarta 23,1 %

84,1 %
0,3 %

0,1 %
15,5 %

73,1 %

1,2 %
0,7 %

0,6 %
19,5 %

3,8 %

13,7 %

Per kejadian: Hubungan seksual tak aman 0,1-1% Tusukan jarum /perlukaan 0,3% Percikan cairan tubuh pada mukosa 0,09% Transfusi darah 90% Dari ibu hamil ke bayi 35%

Resiko Total 35% (25-45%)


Antepartum
Resiko 5-10% Intervensi: Terapi ARV

Intrapartum
Resiko 15-25% Intervensi: Terapi ARV, Operasi sesar

Postpartum
Resiko: 5-10% Intervensi: Susu Formula, ARV

Resiko dengan intervensi <2%

Viral load HIV dalam serum maternal Kelahiran preterm Ruptur membran berkepanjangan (> 4 jam) Penyakit ulkus genital konkuren Pemberian ASI Monitoring invasif intrapartum

Berat badan lahir rendah Bayi lahir mati Partus preterm Abortus spontan

The American Congress of Obstetrics and Gynecology (ACOG) merekomendasikan skrining HIV rutin pada wanita umur 19-64 tahun dan wanita dengan resiko tinggi diluar range umur tersebut Semua wanita hamil harus dievaluasi HIV serostatus pada saat kunjungan antenatal pertama dengan informed consent dari pasien

< 18 bulan: Antibodi dari ibu masih dapat terdeteksi hingga umur 18 bulan Gunakan PCR (DNA, RNA) Presumtif > 18 bulan: Antibodi (ELISA, EIA, Rapid) Di negara dengan tingkat epidemi populasi < 5%, harus 3 reagen

Terapi ARV (CD4 <350): kombinasi terapi untuk: Terapi HIV bagi ibu sendiri Sekaligus pencegahan penularan kepada bayi Seumur hidup ARV pencegahan (PMTCT) (CD4>350): hanya untuk pencegahan penularan kepada bayi

timing Antepartum

regimen Kombinasi 2 nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor + 1 non-nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor ATAU 1 protease inhibitor Zidovudine 2 mg/kg IV dalam 1 jam pertama, 1 mg/kg/jam berikutnya sampai persalinan selesai Zidovudine IV (ibu); zidovudine 6 minggu (bayi) + Nevirapine 1dose (ibu); Nevirapine 1dose (bayi )pada 48 jam Zidovudine / Lamivudine selama persalinan (ibu); Zidovudine/Lamivudine selama 1 minggu (bayi) Evaluasi untuk terapi kombinasi Zidovudine 6 minggu

Intrapartum - Sudah dalam terapi ARV - Belum pernah terapi ARV

Postpartum -Ibu (tanpa ARV sebelumnya) - Bayi

Urine normal: steril Secara tradisional: terdapat 105 bakteri/mL Masalah: pada wanita sulit tingginya kontaminasi Gold standard: Aspirasi steril pada daerah suprapubik sulit dilakukan Solusi untuk minimalisasi kontaminasi urine porsi tengah (mid stream urine)

McCormick T, Ashe RG, Kearney PM. Urinary tract infection in pregnancy. The Obstetrician & Gynaecologist 2008;10:156162.

McCormick T, Ashe RG, Kearney PM. Urinary tract infection in pregnancy. The Obstetrician & Gynaecologist 2008;10:156162.

ISK infeksi bakteri paling umum saat kehamilan insidensi 8% pada wanita hamil Predisposisi pada wanita hamil:

Peningkatan volume kandung kemih Penurunan tonus otot detrusor Dilatasi ureter stasis urine refluks vesikoureter, perubahan hormonal, perubahan fungsi ginjal

Penyebab tersering: E. Coli (80-90%)

McCormick T, Ashe RG, Kearney PM. Urinary tract infection in pregnancy. The Obstetrician & Gynaecologist 2008;10:156162.

Prevalensi pada wanita hamil 2-5% Diagnosis 100.000 organisme per ml dengan kultur urine Dipstick leukosit esterase saat kunjungan prenatal

25% untreated asymptomatic bacteriuria symptomatic infection during pregnancy Bacteriuria and pregnancy
risiko preterm & low-birthweight infant
hipertensi dalam kehamilan anemia

Tujuan pengobatan bakteriuria menurunkan insidens pyelonefritis / ISK berat

McCormick T, Ashe RG, Kearney PM. Urinary tract infection in pregnancy. The Obstetrician & Gynaecologist 2008;10:156162.

Table 48-1. Oral Antimicrobial Agents Used for Treatment of Pregnant Women with Asymptomatic Bacteriuria Single-dose treatment Amoxicillin 3 g Ampicillin 2 g Cephalosporin 2 g Nitrofurantoin 200 mg Trimethoprim-sulfamethoxazole 320/1600 mg 3-day course Amoxicillin 500 mg three times daily Ampicillin 250 mg four times daily Cephalosporin 250 mg four times daily Ciprofloxacin 250 mg twice daily Levofloxacin 250 mg daily Nitrofurantoin 50 to 100 mg four times daily; 100 mg twice daily Trimethoprim-sulfamethoxazole 160/800 mg two times daily Other Nitrofurantoin 100 mg four times daily for 10 days Nirofurantoin 100 mg twice daily fo 7 days Nitrofurantoin 100 mg at bedtime for 10 days Treatment failures Nitrofurantoin 100 mg four times daily for 21 days Suppression for bacterial persistence or recurrence Nitrofurantoin 100 mg at bedtime for remainder of pregnancy

Gejala ISK bagian bawah:


Dysuria (nyeri di suprapubik, urethra atau muara urethra) Urgency (terdesak kencing) Polakisuria (kandung kemih tidka dapat menampung urin >500

Tanda lain:

cc karena mukosa meradang)

Kebanyakan cystitis tidak berkomplikasi, tapi dapat menyebar ke saluran kemih atas lewat ascending infection Terjadi pada 1% wanita hamil 40% wanita hamil dengan pyelonephritis sebelumnya ISK bawah

Pyuria leukosit urin >10/LPB Bacteriuria Hematuria mikroskopik >5/LPB

Infeksi ginjal komplikasi medis serius dari kehamilan Insidensi 2% pada kehamilan, kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya 23% Penyebab utama syok sepsis pada kehamilan Pielonefritis akut biasanya:

Terjadi pada trimester 2 Faktor risiko nullipara dan usia muda Unilateral pada ginjal kanan pada sebagian kasus,

seperempat kasus terjadi bilateral Gejala klinis perburukan tiba-tiba dengan demam, menggigil dan nyeri pegal pada regio lumbal Anoreksia, mual muntah

Pemeriksaan: Urinalisis sedimen urin banyak mengandung leukosit dan bakteri Bakteremia pada 15-20% wanita 70-80% E coli, 3-5% Klebsiella pneumonie, 3-5% enterobacter atau proteus, 10% gram positif termasuk Streptococcus grup B Terapi antibiotik empirik:

Pantau kreatinin serum sebagai monitor fungsi ginjal

Ampicillin + gentamicin Cefazolin atau ceftriakson

Table 48-2. Management of the Pregnant Woman with Acute Pyelonephritis

1.Hospitalize patient 2.Obtain urine and blood cultures 3.Evaluate hemogram, serum creatinine, and electrolytes 4.Monitor vital signs frequently, including urinary outputconsider indwelling catheter 5.Establish urinary output to 50 mL/hr with intravenous crystalloid 6.Administer intravenous antimicrobial therapy (see text) 7.Obtain chest radiograph if there is dyspnea or tachypnea 8.Repeat hematology and chemistry studies in 48 hours 9.Change to oral antimicrobials when afebrile 10.Discharge when afebrile 24 hours, consider antimicrobial therapy for 7 to 10 days 11.Repeat urine culture 1 to 2 weeks after antimicrobial therapy completed

Gibbs, Ronald S., et.al. Danforths Obstetrics and Gynecology, 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2008. Fortner, Kimberly B., et.al. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007. First Aid for the Obstetrics Gynecologic Clerkship Cunningham, F. Gary, et.al. Williams Obstetrics, 23rd ed. The McGraw-Hill Companies, Inc., 2010. Obstetri wiliam. Edisi 21.Jakarta : EGC 2009 hal : 718-722 Ilmu kebidanan hal : 921-930 Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.2010;932-3 Jennifer Tang, Nawal MN. HIV and Pregnancy in Resource-Poor Settings. Rev Obstet Gynecol. 2010;3(2):66-71 HIV and AIDS Data Hub for Asia Pacific. Indonesia at a glance. Diunduh dari: http://www.unicef.org/indonesia/indonesia_country_review.pdf [14 Maret 2011]. AIDS Info. Recommendations for use of antiretroviral drugs in pregnant HIV-1-infected women for maternal health and interventions to reduce perinatal HIV transmission in the United States. Diunduh dari: http://www.aidsinfo.nih.gov [14 Maret 2011]. Cunningham FG et al. William Obstetrics. New York. Mc Graw Hill. 2003. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2007 McCormick T, Ashe RG, Kearney PM. Urinary tract infection in pregnancy. The Obstetrician & Gynaecologist 2008;10:156162. Bahadi A, El Kabbaj D, Elfazazi H, Abbi R, Hafidi MR, Hassani MM, Moussaoui R, Elouennass M, Dehayni M, Oualim Z. Urinary tract infection in pregnancy. Saudi J Kidney Dis Transpl 2010;21:342-4

You might also like