You are on page 1of 43

AMINOGLIKOSIDA DAN

ANTIJAMUR
Presented by
Necel
FK UNMUL
For further information, please visit necel.wordpress.com
Out lÔÔk
AminoGlikosida Antijamur

•Pendahuluan •Amfoterisin B
•StrukturKimia •Azole
•Klasifikasi •Griseofulvin
•Farmakokinetik •Nistatin
•Farmakodinamik •Flusitosin
Chapter I

AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida
NH2

C NH
CH3
OH N CHO
H O CH2O
NH
OH H
O
H2N N O O O
H H

NH O
HO OH H

CH3

Gambar 1. Struktur Kimia Streptomisin (Katzung, 2004)


NH2 NH2

OH
O O
CH2 - OH OH
O O
H
HO
OH
OH NH2 OH NH – CH3

Gambar 2.Struktur Kimia Gentamisin (Ganiswara, 1995)


NH2 NH2

NH2
OH
O O
H CH CH2OH
O O
H
H
OH
H NH2 OH NH2

Gambar 3.Struktur Kimia Tobramisin (Ganiswara, 1995)


NH2 NH – (L-AHB)

NH2
OH
O O
H CH CH2OH
O O
H
HO
OH
OH OH OH NH2

Gambar 4.Struktur Kimia Amikasin (Ganiswara, 1995)


Gambar 5.Struktur Kimia Paromomisin (Anonim, 2007)
Gambar 6.Struktur Kimia Netilmisin (Anonim, 2007)
NH2 NH2

O OH O
CH2 - NH2 CH2 - OH
O O
HO

OH OH OH NH2

Gambar 7.Struktur kimia Kanamisin (Ganiswara, 1995)


Farmakokinetik
Absorbsi
Aminoglikosida
1.Per oral polikation polaritas >> kelarutan <<
2.Parenteral  plg efektif (kecuali, Neomisin &
Paranomisin toksik)
3.I.M  bentuk garam sulfat plg cpt diabsorsi
Farmakokinetik
Distribusi
Polar masuk sel ↓akumulasi di ginjal,endolimf,
perlimf toksik ↑
Ke organ lain (pleura, sinovium, meningen, mata)
sangat lambat
(Ganiswara, 1995)

Metabolisme
spt obat lain pd umumnya (Katzung, 1998)
Farmakokinetik
Ekskresi
• Ekskresi aminoglikosid berlangsung melalui ginjal
terutama dengan filtrasi glomerulus
• 12 jam setelah obat diberikan
• Khususnya Neomisin  yang tdk diabsorbsi di
usus, utuh dlm feses
(Ganiswarna,1995)
Farmakodinamik
• Difusi melalui canal air yang dibentuk oleh porin
proteins pada membran luar dari bakteri gram-negatif
masuk ke ruang plasmik  aminoglikosid terikat
pada ribosom 30S ”salah baca” (misreading)
jenis protein yg salah
• Melalui membran dalam sitoplasma membutuhkan
energi yang dapat diblok oleh Ca++ dan
Mg++,hiperosmolaritas, penurunan pH, dan
anaerobiosis.
• Lingkungan anaerobik suatu abses atau urin asam
yang bersifat hiperosmolar ↓ aktivitas
(Ganiswara, 1995)
Streptomisin
• Indikasi : Infeksi lanjut
• Dosis :
Infeksi mikobakteria 0,5 – 1 g (30 mg/kgBB/hari)
I.M
Infeksi nontuberkulosa (pes, tularemia, dan
kadang-kadang bruselosis) dosis 1 g/hari I.M
(anak,15 mg/kgBB/hari)
• ESO : a. Alergi (demam, rash)
b. Gangguan keseimbangan (vertigo)
• KI : Gestasi  ketulian pada neonatus
• Interaksi Obat :Penggunaan bersama atau
sekuensial aminoglikosida  ↑ otoksisitas
(Katzung,1998)
Gentamisin
• Indikasi :infeksi berat (misalnya, sepsis dan
pneumonia, endokarditis)
• Dosis :
a.Intramuskular atau intravena. 5-7 mg/kgBB/hari
(I.V dosis di bagi 3)
b. Topikal. Krim, obat salep, atau larutan yang
mengandung 0,1 – 0,3 %
c. Intratekal (meningitis) gentamisin sulfat 1 – 10
mg/hari
• ESO : Nefrotoksis, gangguan keseimbangan
(Katzung,1998)
Tobramisin
• Indikasi :efektif untuk infeksi
P.Aeruginosa (Ganiswarna,1995).
• Dosis : 5-7 mg/kgBB/hari I.M/I.V
• ESO : ototoksik dan nefrotoksik (lbh
ringan drpd Gentamisin)
• Interaksi : diuretik, yang cenderung
meningkatkan konsentrasi
aminoglikosida dalam jaringan
(Katzung,1998)
Amikasin
• Indikasi : infeksi gram-negatif (yg resisten
gentamisin)
• Dosis :Infeksi SSP 3-10 mg/hari (intratekal
atau intraventrikular)
• ESO : bersifat nefrotoksik dan ototoksik
(terutama bagian pendengaran dari N VIII)
• Interaksi :Penggunaan bersama dengan loop
diuretics (misalnya furosemid, asam
etakrinat) harus dihindari
(Katzung,1998)
Netilmisin
• Indikasi :masalah resistensi gentamisin atau
tobramisin
• Dosis :4 - 6,5 mg/kgBB sehari (sediaan :50, 100,
dan 150 mg / 2 ml ) I.V/I.M
(Ganiswarna,1995)
Neomisin
• Indikasi : infeksi bakteri gram positif dan negatif serta beberapa
mikobakteria
• Dosis :
a.Topikal. 1-5 mg/mL digunakan pada (sendi-sendi, rongga pleura,
rongga dalam jaringan, atau rongga abses)
b. Oral. 1 g neomisin per oral setiap 6-8 jam untuk 1-2 hari
(preoperatif)
• ESO : alergi, nefrotoksik dan ototoksik
Interaksi obat : ↓ efek kontrasepsi oral
Tdk
(Katzung,1998)
Kanamisin
• Indikasi : perawatan jangka pendek terhadap infeksi
bakteri Staphylococcus aureus, proteus, Escherichia coli,
Mycobacterium tubercolosis
• Dosis :1 mg untuk tiap 15 kgBB (interval sesuai usia)
• KI : bayi dan anak di bawah 10 tahun.
Ibu hamil dan menyusui (cacat pada bayi)
• ESO :kurare,henti napas, sakit kepala, nausea, muntah,
diarrhea
(Anonim,2007).
Chapter II

ANTI FUNGAL
Amfoterisin B

Struktur Kimia

(Katzung, 2007)
Farmakokinetik

• Absorbsi : Kurang baik di GIT


• Distribusi : -Disebarluaskan ke jaringan-jaringan
-95% obat terikat pada lipoprotein
• Metabolisme : Seluruhnya dimetabilisme di hati
• Ekskresi : Melalui urin

(Ganiswarna, 1995 dan Katzung, 2004)


Farmakodinamik

• Mekanisme Kerja
– Amphotericin B terikat pada ergosterol  melalui
pembentukan lubang2 iktn hidrofobik 
mengubah permeabilitassel  elektrolit dan
molekul keceil keluar  kematian sel
• Indikasi
– infeksi jamur seperti koksidioidomikosis,
parakoksidioikomikosis, aspergillosis,
kromoblastomikosis, blastomikosis, Histoplasma c
dan kandidosis.
(Ganiswarna, 1995)
Farmakodinamik

• Kontraindikasi
– Ibu Hamil dan hipersensitivitas
• Dosis
– dosis 0,3-0,5 mg/kgBB  efektif untuk berbagai
infeksi jamur, diberikan selama 6 minggu & dapat
dilanjutkan sampai 3-4 bulan
– Dosis besar :1-1,5 mg/kgBB/hari . AWAS! Efek
TOKSIK

(Ganiswarna, 1995)
Farmakodinamik
• Interaksi Obat:
– Flucytosine : Toksisitas Flucytosine
– Diuretik atau Cisplatin : keracunan ginjal & resiko
hipokalemia
– Kortikosteroid : resiko hipokalemia
– Obat2 sitostatika : resiko kerusakan ginjal, hipotensi
& bronkospasme
– Obat nephrotoksik lainnya : resiko kerusakan ginjal
yg berat. Pantau pasien dg baik.
– Foscarnet, Ganciclovir, Tenofovir, Adefovir : Resiko &
efek samping dari ginjal & hematologi dari
Amphoterisin B
– Transfusi Leukosit : Resiko kerusakan paru. Monitor
fungsi paru.
(Answer.com, 2003)
Farmakodinamik
• Efek Samping
– Demam dan menggigil
– Gangguan ginjal
– Hipotensi
– Anemia
– Efek neurologik
– Thrombophlebitis

(Mycek, 2001)
Azole
Struktur Kimia

Itraconazole (Wikipedia, 2008)

Mikonazol (Katzung, 2007) Flukonazol (Wikipedia, 2008)


Struktur Kimia

Ketokonazol (Katzung, 2007)


Ketokonazol

• Farmakokinetik
– Absorbsi : Diserap baik di GIT, tidak dipengaruhi
makanan
– Distribusi : 84% berikatan dengan protein plasma
(albumin ) ,15 % berikatan dengan sel darah dan 1
% dalam bentuk bebas.
– Metabolisme: first metabolic di hati
– Ekskresi : di kandung empedu  lumen usus
sbagian kecil di urin
(Ganiswarna, 1995)
Farmakodinamik
• Mekanisme Kerja
Cendrung menghambat enzim2 sitokrom P450
mamalia,  obat ini kurang selektif P450 jamur
dibandingk dg azole2 yang lebih baru.
1. biosintesis hormon – hormon steroid adrenal dan
gonad
2. mengubah metabolisme obat – obat lain
• Indikasi
Histoplasmosis, parakokksidioidomikosis, beberapa
bentuk kokksidioidomikosis, dermatomikosis dan
kandidosis (mukokutan, vaginal, dan oral)

(Ganiswarna, 1995 dan Katzung, 2004)


Farmakodinamik
• Kontraindikasi
– Gangguan hati
– Penyakit hati,
– fase penyembuhan hepatitis,
– pasien yang diketahui hipersensitif terhadap
Ketokonazol.
• Dosis
200 – 600 mg/hari

(Katzung, 2004)
Farmakodinamik
• Interaksi Obat
– menghambat metabolisme Terfenadine
– menghambat metabolisme astemizole
– merubah efek antikoagulan dari coumarin
• Efek Samping
– Sering : Mual dan pruritus.
– jarang :sakit kepala, vertigo , nyeri epigastrik,
fotophobia, parastesia, gusi berdarah, erupsi kulit
dan trombositopenia.

(Ganiswarna, 1995)
Griseofulvin
Farmakokinetik
• Absorpsi. Pemberian oral 0,5 gr akan memberikan
kadar plasma tertinggi kira-kira 1mcg/ml setelah 4
jam. penyerapannya akan diganggu oleh pemberian
bersama fenobarbital.
• Distribusi. Griseofulvin mempunyai afinitas lebih
besar terhadap kulit yang sakit daripada normal.
Obat ini ditimbun dalam sel-sel pembentuk keratin
• Metabolisme. Griseofulvin dimetabolisme di hepar.
FARMAKODINAMIK
• Mekanisme Kerja
- bersifat fungistatik. Griseofulvin aktif terhadap sel
muda yang sedang berkembang sedangkan sel yang lebih
tua tidak begitu dipengaruhi.
- tidak mempengaruhi bakteri, jamur lain, candida,
actinomycetes, dan nocardia
• Indikasi
- penyakit yang disebabkan infeksi jamur oleh
epidermophyton, microsporum, dan tricophyton.
Namun tidak efektif untuk candida dan P.
Orbiculare
Griseofulvin
• Efek Samping
Sakit kepala,diare,mual, muntah,susah
tidur,peningkatan sensitifitas terhadap cahaya.
Gejala dari reaksi alergi : ruam kulit, gatal,
kemerahan, bengkak, nyeri kepala yang hebat, sesak
nafas. (medicinenet,2008)

• Interaksi Obat
Obat ini dapat berinteraksi dengan obat antikoagulan
seperti heparin dan warfarin. Griseofulvin dapat
menghambat efektivitas obat kontrasepsi
(medicinenet,2008).
Nistatin
Nistatin merupakan suatu antibiotik polien yang
dihasilkan oleh Streptomyces noursei.
Farmakokinetik
• Absorpsi. tidak diabsorpsi secara bermakna dari
kulit, membran mukosa, vagina atau saluran
pencernaan. ( Katzung, 1994)
• Metabolisme. Tidak ada kadar yang bermakna
dalam darah dan jaringan setelah asupan per oral,
dan terlalu toksik secara parenteral.
( Katzung, 1994)
• Ekskresi. diekskresikan kedalam feses. ( Katzung,
1994)
• Interaksi Obat
Nistatin tidak memiliki efek yang
berarti.(www.drugs.com)

• Efek samping
Jarang ditemukan efek samping pada
pemakaian nistatin. Mual, muntah, dan diare
ringan mungkin . (Ganiswara, 1995)
Flusitosin
Mekanisme Kerja
• Flucytosine dibawa ke
dalam sel-sel jamur oleh
permease cytosine dan
di 5-fluorouracil
cytosine yang mengikat
RNA sebagai pengganti
urasil.
Indikasi
• spektrum terbatas, meliputi spesies Candida,
Cryptococcus neoformans, Cladosporium carrionii
(perkembangan terakhir diklasifikasikan sebagai
Cladophialophora carrionii), Fonsecaea, dan
Phialophora versucosa.
Interaksi Obat
• Amphotericin B dan flucytosine memiliki efek
aditif atau sinergistik jika digunakan bersamaan
untuk menanggulangi pertumbuhan spesies
Candida dan C. neoformans. (Setyowidodo, 2006)
Efek samping
• Hematologik: Flusitosin menyebabkan
neutropenia, trombositopenia reversible dan
biasanya menyebabkan penekanan sum-sum
tulang.
• Hepar: Ganguan hati reversibel dengan
elevasi transminasi serum dan alkalin
fosfatase dapat terjadi.
• GIT : Mual, muntah, dan diare sering terjadi,
dan enterokolitis berat dapat terjadi.
(Mycek, 2001)
Necel.wordpress.com

You might also like