You are on page 1of 4

Beberapa percontohan sudah dilakukan oleh Departemen PU seperti kota terpadu, Jakarta sudah memiliki percontohan yang terpadu

di Kawasan Kuningan. Daerah segitiga emas kuningan sudah dilengkapi sarana perpipaan. yaitu semua air limbah masuk ke satu tempat. 1. Kegiatan PHBS Dalam program PHBS kegiatan yang sudah dilakukan adalah kampanye cuci tangan pakai sabun, stop merokok, olahraga. Di beberapa sekolah dasar sudah diterapkan aturan denda Rp 500 untuk buang sampah sembarangan dan penerapan jargon LISA (Lihat Sampah Ambil). Kegiatan lainnya adalah percontohan pembangunan rumah sehat lengkap dengan MCK yang memenuhi syarat sanitasi. Tantangan terbesar adalah menyadarkan pengambil keputusan dalam keluarga, yaitu kaum laki-laki. 2. CLTS (Community-Led Total Sanitation) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang merupakan program jamban keluarga berbasis keluarga. Program ini merupakan salah satu pendekatan sanitasi di pedesaan dengan menggunakan metode pemicuan serta tanpa subsidi dari pemerintah sudah dilaksanakan di 10 lokasi kelurahan (Limbukan, Balai Panjang, Aur Kuning, Sicincin Mudik, Koto Panjang Lampasi, Koto Panjang Payo Basung, Talawi, Napar, Perambahan, dan Payolansek). Tantangannya adalah adanya peserta yang drop out karena pemicuannya tidak segera ditindaklanjuti; kurangnya cetakan jamban (masih pinjam ke Palembang) sehingga kelurahan-kelurahan berebut; masyarakat siap membangun tetapi kurang paham cara pemasangan karena keterbatasan tenaga pendamping dan waktu pendampingan 3. Program Pemberantasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Program ini meliputi segala upaya penanganan kemiskinan dengan basis utamanya warga perkotaan, khususnya yang berpendapatan rendah. Kegiatan meliputi aspek fisik dan nonfisik, tak terkecuali pembangunan sarana sanitasi. Tantangannya adalah sulitnya mendapatkan natural leader yang mampu memfasilitasi kesepakatan di kelompok tersebut 4. Sanimas, Pamsimas. Kegiatan Sanimas dan Pamsimas adalah penyediaan sarana MCK komunal berbasis masyarakat dan jamban keluarga, yang direncanakan, dibangun, dan dikelola oleh masyarakat sendiri dengan pendampingan dari program. Sanimas direncanakan dilaksanakan di dua kelurahan, sedangkan Pamsimas di 70 kelurahan secara bertahap. Pada Sanimas dan Pamsimas yang menjadi tantangan adalah penyediaan lahan untuk sarana sanitasi, dan adanya ketentuan warga harus memberikan kontribusi sebesar 20% dari biaya pembangunan fisik Perilaku Higienis Pengertian perilaku higienis adalah perilaku dari pribadi, keluarga dan masyarakat dalam hal menjaga kebersihan diri dan lingkungan sehingga kesehatan pribadi, keluarga dan masyarakat selalu terjaga. Perilaku higienis dilaksanakan pada tataran pribadi, keluarga dan masyarakat. Pembagian perilaku higienis dalam upaya sanitasi dasar adalah sebagai berikut : a. Penyediaan air bersih, perilaku higienis yang dapat dilakukan antara lain: Ambil air bersih hanya dari sarana air bersih. Penyimpanan/penempatan alat ambil yang benar. Minum air bersih dari sarana air bersih dan sudah dimasak. Tutup dan kuras berkala penyimpanan air bersih. b. Pembuangan tinja / buang air besar, perilaku higienis yang dapat dilakukan antara lain: Tidak buang air besar di sembarangtempat. Biasakan BAB di jamban yang memenuhi syarat. Biasakan cuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah BAB

Persyaratan sarana sanitasi dasar a. Persyaratan konstruksi sumur gali Jarak sumur gali dengan sumber pencemar minimal 10 meter Bibir sumur gali 1 meter dari permukaan tanah, kedap air Lantai sumur gali minimal lebar 1 meter dari dinding bibir sumur gali, kedap air Dinding sumur gali kedap air minimal sedalam 3 meter dari permukaan tanah Tersedia alat mengambil air dari sumur gali b. Persyaratan konstruksi jamban Bahan kuat dan lantai tidak licin Jarak resapan dan SAB lebih dari 10 meter Lubang jamban ditutup atau leher angsa Cukup cahaya dan ventilasi Tersedia tempat air untuk menyiram c. Persyaratan konstrusi Saluran Pengolah Air Limbah (SPAL) Ideal terdiri dari bak penangkap lemak, septik tank dan peresapan Sederhana, terdiri dari bak penangkap kotoran dan peresapan Saluran ke SPAL tertutup dan apabila terbuka selalu dibersihkan Jarak dengan SAB minimal 10 meter d. Persyaratan konstruksi tempat sampah Konstruksi kedap air kalau mungkin dipisahkan sampah basah dan kering Diberi tutup yang mudah dibuka dan ditutup Syarat-syarat rumah yang sehat l. BAHAN BANGUNAN a. Lantai: ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang bera(, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit. b. Dinding: Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih lebih-bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tcrsebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah. c. atap genteng adalah umum dipakai baik diperkotaan maupun di pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakal dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pcdesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah. d.Lain-lain (tiang, kaso dan reng) Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara memotangnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut,, apabiia tidak pada ruas, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu. 2. VENTILASI Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya

O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteribakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humudity) yang optimum. Ada 2 macam ventilasi, yakni: a) Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut. b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya-di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara. 3.PENCAHAYAAN Rumam yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya mata hari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusakkan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni: a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurangkurangnya 15 % sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok). Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu pembuatannya,kemudian menutupnya dengan pecahan kaca. b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang ,tapi bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. 4. LUAS BANGUNAN RUMAH Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsiO2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 - 3 m2 untuk tiap orang

(tiap anggota keluarga). 5.FASILITAS Fasilitas fasilitas di dalam Rumah Sehat Rumah yang sehat harus mempunyai fasititas-fasilitas sebagai berikut: a. penyediaan air bersih yang cukup b. Pembuangan tinja c. Pembuangan air limbah

You might also like