You are on page 1of 37

BAB IV PERHITUNGAN ISOTONIS

OLEH : Dr. Hj.MARLINE ABDASSAH, MS

Larutan Obat suntik :

disebut isotonis bila mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan osmosa cairan tubuh : darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosa larutan klorida O,9%.

Larutan Obat suntik :

Bila larutan hipotonis disuntikan (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil dari cairan tubuh) akibatnya, maka air akan diserap masuk ke dalam sel sel tubuh dan akan mengembang atau dapat terjadi pecah sel.

Larutan Obat suntik :

Bila larutan hipertonis disuntikkan : (tekanan osmosa lebih tinggi dari cairan tubuh) maka air dari sel akan ditarik keluar dan sel akan mengkerut

Larutan Obat suntik :

Toleransi tubuh : dapat mengimbangi penyimpangan penyimpangan isotonis sampai 10 %. Larutan yang hipertonis masih dapat ditolerir oleh tubuh lebih baik.

Isotonis perlu diperhatikan pada cara-cara penyuntikan :


1.

sk, bila tidak isotonis akan menimbulkan sakit sakit, sel sel disekitar penyuntikkan dapat rusak(nekrose), penyerapan obat menjadi tidak baik.

Isotonis perlu diperhatikan pada cara-cara penyuntikan :

2. intra lumbal : bila terjadi perubahan dalam cairan lumbal, dapat timbul perangsangan pada selaput otak

Isotonis perlu diperhatikan pada cara-cara penyuntikan :

3. intra vena : bila diberikan infus, bila terlalu jauh menyimpang dari isotonis ada kemungkinan terjadi hemolisa. Pada volume kecil pemberian intra vena isotonis tidak perlu diperhatikan, kecuali pada jumlah yang besar.

Zat-zat pembentuk isotonis :


1. NaCl 2. Glukosa 3. Na sitrat

CARA-CARA PERHITUNGAN ISOTONIS


1. 2. 3. 4. Penurunan Titik Beku Ekivalensi NaCl Faktor Disosiasi Grafik

1. Penurunan Titik Beku :


Cara ini paling banyak digunakan karena teliti dan mudah. Penurunan titik beku darah : 0,52C. Penurunan titik beku larutan tergantung dari jumlah zat dalam larutan. Untuk larutan encer penurunan titik beku sebanding dengan tekanan osmosa. Jadi penurunan titik beku larutan dapat dipakai untuk mengukur kepekatan larutan, karena makin pekat larutan makin rendah titik bekunya.

1. Penurunan Titik Beku :


Penurunan titik beku dipakai untuk perhitungan isotonis berdasarkan anggapan bahwa larutan isotonis mempunyai titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh.

3 cara perhitungan isotonis berdasar penurunan titik beku :


I.

Penurunan Titik beku molar 1 grmol zat dilarutkan dalam 100 gr pelarut menurunkan titik beku yang tetap,yaitu Untuk 1 molar zat (1 grl /liter): 1,86C. Bila glukosa dilarutkan ( BM glukosa 180). Larutan isotonis mgd glukosa 0,52/ 1,86 X 180 gr = 50,3 g / liter atau larutan isotonis 5 % Contoh : 1 grmol NaCl :58,5 g, derajat ionisasi 0,67

I.

Penurunan Titik beku molar

100 mol NaCl dalam air ada 67 mol dan akan terionisasi menjadi 67 ion Na+ dan 67 ion Cl". Sehingga dalam larutan terdapat : (2 X67)ion + 33 ion = 167 ion

Jadi penurunan titik beku : 1,67 X 1,86C =3,1C Titik beku darah 0,52C. Jadi larutan isotonis mengandung 0,52/3,1 X 58,5 = 98 g/liter. Jadi untuk mendapat penurunan titik beku 0,52C cukup dilarutkan 9 gram NaCl/liter

3 cara perhitungan isotonis berdasar penurunan titik beku :


Contoh perhitungan : Pilokarpin nitras 100 mg Mf sol.isot. cum NaCl qs Aq. Ad 10 ml Perhitungan : d tb =18,6C, BM 271 terionisasi dalam 2 ion 1 gram pilokarpin nitras meny ebabkan penurunan titik beku 1/271/2 X18,6 = 0?14C/100ml NaCl yang perlu ditambahkan : 0,52 - 0,14 - 0,38G (BM "NaCl 58,5, terionisasi menjadi 2 ion) 0,38/18,6 X 58,5/2 untuk 100 ml = 0,585 g/10 ml

3 cara perhitungan isotonis berdasar penurunan titik beku :


II. Cara BPC W = 0,52 - a b W = berat zat yang ditambahkan dalam gram supaya larutan isotonis a = penurunan titik beku air yang disebabkan oleh zat terlarut dan didapat sebagai hasil kali penurunan titik beku yang disebabkan oleh 1 % zat dan kadar obat Dalam larutan dinyatakan dalam berat per volume b =penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1 % berat/' volume zat yang ditambahkan untuk mencapai isotonis.

Cara BPC

Contoh : Ephedrin HC1 0,5 Dextrosa anh qs ad isotonis Aq ad 100 ml

a = 0,165 X 0,5 =0,08 b = 0,1 ( penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1 % dextrosa) Maka berat dextrosa yang ditambahkan agar isotonis : W = 0,52 - 0,08 0,1 = 4,4 gram

III. Contoh : Buat 50 ml larutan Zn sulfat 0,5 % yang isotonis dengan memakai NaCl untuk sediaan obat mata.

Perhitungan : Titik beku air mata = - 0,52C Titik beku lar Zn sufas 0,5%= (0,5 X 0,085) = - 0,043C _ Titik beku yang diakibatkan o/ NaCl = 0,477C Titik beku larutan NaCl 1 % 0,576C , maka 0,576 : 0,477 = 1 Xx NaCl yang harus ditambahkan = x = 477:576= 0,82 g

2. Ekivalensi NaCI

Ekivalensi NaCI (E) ialah: sekian gram NaCI yang memberikan efek osmosa yang sama dengan 1 gram zat. Angka ini berlainan untuk tiap-tiap zat

2. Ekivalensi NaCI
E amfetamin sulfat = 0,2 Artinya 1 gram amfetamin sulfat dalam larutan memberikan efek osmosa yang = 0,2 gram NaCI. Tetapan E diturunkan oleh Wells dari angkaangka titik beku. Perhitungan E ini berdasarkan penurunan titik beku molal ekivalen , penurunan titik beku dan kadar molal zat terlarut.

Wells menurunkan rumus :

L - dt/C

L = penurunan titik beku molal Dt = penurunan titik beku yang disebabkan zat terlarut (C) C = kadar molal dari zat terlarut.
Zat-zat dengan jenis ion yang sama, cenderung menunjukkan penurunan titik beku molal yang sama.

Penggolongan senyawa menurut jenis ion untuk perhitungan harga E:

1. A = L = 1,9 B = L = 2,0 2. A = L = 2,0

B = L = 3,4

zat bukan elektrolit: dextrosa, sakarosa elektrolit lemah : as.Borat, as.sitrat, efedrin elektrolit divalen MgSO4, ZnSO4 elektrolit univalen NaCl, KC1, AgNOS

Penggolongan senyawa menurut jenis ion untuk perhitungan harga E:

3. A = L = 4,3 elektrolit uni-divalen: Na2CO3,Nafosfat,atropin SO4 B = L = 4,8 elektrolit di univalen: CaC12,ZnC12, MgC12 4. A = L = 5,2 elektrolit triunivalen: Al2SO4 3 , Fe 2 SO4 3 5. L = 7,6 tertraborat

Menghitung E
E = L(58,5) M(3,44) = E 17 L/M

Contoh: E untuk asam sitrat ( L =2,0 BM 210) E = 17 X 2/210 - 0,16.

Cara menghitung isotonis dengan memakai tetapan E :

I. 1. Hitung dulu, sesuai dengan berapa gram NaCl yang diperlukan untuk tiap zat yang berada dalam larutan agar isotonis.

Caranya : kadar zat (gram) X E masing-masing zat

Cara menghitung isotonis dengan memakai tetapan E :


2. Jumlahkan hasilnya 3. Bila kemudian hasil penjumlahan ini dikurangi dari jumlah gram NaCl yang diperlukan untuk isotonis, diperoleh jumlah NaCl ( gram) yang harus ditambahkan

Cara menghitung isotonis dengan memakai tetapan E :


II. 1. Perhitungan dalam berapa ml kah zat zat tersebut harus dilarutkan, untuk memperoleh larutan isotonis dengan mengalikan angka -angka yang diperoleh dari I.2 dgn 111,1( volume dari 1 gram NaCl isotonis). 2 Bila II. 1 ini kemudian dikurangi dari volume yang diminta maka hasilnya ialah volume larutan NaCl isotonis yang harus ditambahkan

Cara menghitung isotonis dengan memakai tetapan E : 1 & 2 dapat dinyatakan dalam rumus:
V = ((wXE ) + (w' X E')+ (w X E)+ (..... X .....)) V

V = volume yang harus dipakai untuk melarutkan zat-zat agar isotonis W = berat zat dalam gram E = Ekivalensi NaCl dari zat-zat terlarut V = volume dari 1 gram NaCl isotonis = 111,1

Contoh :
R/ Atropin sulfas 25 mg(E = 0,14) Scopolamin HBr 25 mg(E = 0,13) Mf sol isot. C. NaCl ad 10 ml Perhitungan : ( (0,025 X 0,14) + (0,025 X 0,13)) 111,1 = 7,5 ml NaCl yang harus ditambahkan : 2,5/100 X 0,9 gram = 22,5 mg Bila NaCl mau diganti glukosa = E glukosa = 22,5/0,16 - 140,6 mg

3. Faktor Disosiasi
Ada 3 faktor yang dipakai dalam perhitungan ini : 1. % zat dalam larutan yang dinyatakan g/L 2. BM zat 3. Derajat disosiasi zat yang mendekati sebenarnya Catatan : tekanan osmosa larutan sebanding dengan jumlah bagian-bagian zat dalam larutan, dalam larutan encer dikatakan bahwa garam garam terdisosiasi sempurna.

Larutan dinyatakan isotonis : fA/MA X a + fB/MB X b +...........= 0,28 ( faktor isotonis dengan serum) Untuk menghitung banyaknya zat pembantu yang diperlukan untuk mencapai isotonis (g/liter)

h = Mh/fh X ( 0,28 - (fA/MA X a + fB/MB X b + ......)

MA ,MB = BM zat terlarut a, b = kadar zat dalam gram per liter Mh = berat molekul zat pembantu fh, fB ,fA =faktor-faktor yang mempunyai harga sebagai berikut : zat yang tidak terdisosiasi ............. 1 (glukosa, gliserin) basa dan asam lemah 1,5 basa dan asam kuat, garam garam 1,8

Harga Mh/fh untuk :


NaCl Na nitrat Glukosa Gliserin Spir fort 32 47 198 81 43

Contoh perhitungan :
Hitung jumlah glukosa yang diperlukan untuk larutan 100 ml, yang mengandung morfin HCl 100 mg, agar isotonis. Mh/fli glukosa =198 f morfin HCl = 1,8 BM morfin HCl = 375,4 a (kons morfin HCl) = 100 mg/100 ml = 1000/1000 mg/ml = 1 g/L 198 X (0,28- 1,8/375,4X1) = 0,45 g/liter = 45mgr/100ml

4. GRAFIK
Cara yang terbaik untuk menghitung isotonis dengan mempergunakan grafik dengan metode Lund et al. Pada grafik bisa langsung dibaca jumlah NaCl yang perlu ditambahkan per 100 ml, untuk memperoleh larutan isotonis. Grafik yang ada : Vit C, as borat, adrenalin bitatrat, atropin sulfas, K benzil penisillin, Na benzil penicillin dsb

Petunjuk pemakaian Kurva :


1. Larutan hipotonis yang mengandung 1 senyawa . Kadar (gr/100 ml) digambarkan pada absis , ordinat yang bersesuaian menyatakan jumlah NaCl dalam g/100 ml yang harus ditambahkan ke dalam larutan agar isotonis.

Petunjuk pemakaian Kurva :


2. Larutan hipotonis yang mengandung (n ) senyawa. Jika larutan mengandung n senyawa untuk tiap senyawa harus dicari seperti no. 1. Kemudian dijumlahkan untuk n senyawa dikurangi (n-1) X 0,9 gr/100 ml, menyatakan banyaknya NaCl yang dibutuhkan untuk membuat larutan isotonis.

You might also like