Professional Documents
Culture Documents
disebut isotonis bila mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan osmosa cairan tubuh : darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosa larutan klorida O,9%.
Bila larutan hipotonis disuntikan (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil dari cairan tubuh) akibatnya, maka air akan diserap masuk ke dalam sel sel tubuh dan akan mengembang atau dapat terjadi pecah sel.
Bila larutan hipertonis disuntikkan : (tekanan osmosa lebih tinggi dari cairan tubuh) maka air dari sel akan ditarik keluar dan sel akan mengkerut
Toleransi tubuh : dapat mengimbangi penyimpangan penyimpangan isotonis sampai 10 %. Larutan yang hipertonis masih dapat ditolerir oleh tubuh lebih baik.
sk, bila tidak isotonis akan menimbulkan sakit sakit, sel sel disekitar penyuntikkan dapat rusak(nekrose), penyerapan obat menjadi tidak baik.
2. intra lumbal : bila terjadi perubahan dalam cairan lumbal, dapat timbul perangsangan pada selaput otak
3. intra vena : bila diberikan infus, bila terlalu jauh menyimpang dari isotonis ada kemungkinan terjadi hemolisa. Pada volume kecil pemberian intra vena isotonis tidak perlu diperhatikan, kecuali pada jumlah yang besar.
Penurunan Titik beku molar 1 grmol zat dilarutkan dalam 100 gr pelarut menurunkan titik beku yang tetap,yaitu Untuk 1 molar zat (1 grl /liter): 1,86C. Bila glukosa dilarutkan ( BM glukosa 180). Larutan isotonis mgd glukosa 0,52/ 1,86 X 180 gr = 50,3 g / liter atau larutan isotonis 5 % Contoh : 1 grmol NaCl :58,5 g, derajat ionisasi 0,67
I.
100 mol NaCl dalam air ada 67 mol dan akan terionisasi menjadi 67 ion Na+ dan 67 ion Cl". Sehingga dalam larutan terdapat : (2 X67)ion + 33 ion = 167 ion
Jadi penurunan titik beku : 1,67 X 1,86C =3,1C Titik beku darah 0,52C. Jadi larutan isotonis mengandung 0,52/3,1 X 58,5 = 98 g/liter. Jadi untuk mendapat penurunan titik beku 0,52C cukup dilarutkan 9 gram NaCl/liter
Cara BPC
a = 0,165 X 0,5 =0,08 b = 0,1 ( penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1 % dextrosa) Maka berat dextrosa yang ditambahkan agar isotonis : W = 0,52 - 0,08 0,1 = 4,4 gram
III. Contoh : Buat 50 ml larutan Zn sulfat 0,5 % yang isotonis dengan memakai NaCl untuk sediaan obat mata.
Perhitungan : Titik beku air mata = - 0,52C Titik beku lar Zn sufas 0,5%= (0,5 X 0,085) = - 0,043C _ Titik beku yang diakibatkan o/ NaCl = 0,477C Titik beku larutan NaCl 1 % 0,576C , maka 0,576 : 0,477 = 1 Xx NaCl yang harus ditambahkan = x = 477:576= 0,82 g
2. Ekivalensi NaCI
Ekivalensi NaCI (E) ialah: sekian gram NaCI yang memberikan efek osmosa yang sama dengan 1 gram zat. Angka ini berlainan untuk tiap-tiap zat
2. Ekivalensi NaCI
E amfetamin sulfat = 0,2 Artinya 1 gram amfetamin sulfat dalam larutan memberikan efek osmosa yang = 0,2 gram NaCI. Tetapan E diturunkan oleh Wells dari angkaangka titik beku. Perhitungan E ini berdasarkan penurunan titik beku molal ekivalen , penurunan titik beku dan kadar molal zat terlarut.
L - dt/C
L = penurunan titik beku molal Dt = penurunan titik beku yang disebabkan zat terlarut (C) C = kadar molal dari zat terlarut.
Zat-zat dengan jenis ion yang sama, cenderung menunjukkan penurunan titik beku molal yang sama.
B = L = 3,4
zat bukan elektrolit: dextrosa, sakarosa elektrolit lemah : as.Borat, as.sitrat, efedrin elektrolit divalen MgSO4, ZnSO4 elektrolit univalen NaCl, KC1, AgNOS
3. A = L = 4,3 elektrolit uni-divalen: Na2CO3,Nafosfat,atropin SO4 B = L = 4,8 elektrolit di univalen: CaC12,ZnC12, MgC12 4. A = L = 5,2 elektrolit triunivalen: Al2SO4 3 , Fe 2 SO4 3 5. L = 7,6 tertraborat
Menghitung E
E = L(58,5) M(3,44) = E 17 L/M
I. 1. Hitung dulu, sesuai dengan berapa gram NaCl yang diperlukan untuk tiap zat yang berada dalam larutan agar isotonis.
Cara menghitung isotonis dengan memakai tetapan E : 1 & 2 dapat dinyatakan dalam rumus:
V = ((wXE ) + (w' X E')+ (w X E)+ (..... X .....)) V
V = volume yang harus dipakai untuk melarutkan zat-zat agar isotonis W = berat zat dalam gram E = Ekivalensi NaCl dari zat-zat terlarut V = volume dari 1 gram NaCl isotonis = 111,1
Contoh :
R/ Atropin sulfas 25 mg(E = 0,14) Scopolamin HBr 25 mg(E = 0,13) Mf sol isot. C. NaCl ad 10 ml Perhitungan : ( (0,025 X 0,14) + (0,025 X 0,13)) 111,1 = 7,5 ml NaCl yang harus ditambahkan : 2,5/100 X 0,9 gram = 22,5 mg Bila NaCl mau diganti glukosa = E glukosa = 22,5/0,16 - 140,6 mg
3. Faktor Disosiasi
Ada 3 faktor yang dipakai dalam perhitungan ini : 1. % zat dalam larutan yang dinyatakan g/L 2. BM zat 3. Derajat disosiasi zat yang mendekati sebenarnya Catatan : tekanan osmosa larutan sebanding dengan jumlah bagian-bagian zat dalam larutan, dalam larutan encer dikatakan bahwa garam garam terdisosiasi sempurna.
Larutan dinyatakan isotonis : fA/MA X a + fB/MB X b +...........= 0,28 ( faktor isotonis dengan serum) Untuk menghitung banyaknya zat pembantu yang diperlukan untuk mencapai isotonis (g/liter)
MA ,MB = BM zat terlarut a, b = kadar zat dalam gram per liter Mh = berat molekul zat pembantu fh, fB ,fA =faktor-faktor yang mempunyai harga sebagai berikut : zat yang tidak terdisosiasi ............. 1 (glukosa, gliserin) basa dan asam lemah 1,5 basa dan asam kuat, garam garam 1,8
Contoh perhitungan :
Hitung jumlah glukosa yang diperlukan untuk larutan 100 ml, yang mengandung morfin HCl 100 mg, agar isotonis. Mh/fli glukosa =198 f morfin HCl = 1,8 BM morfin HCl = 375,4 a (kons morfin HCl) = 100 mg/100 ml = 1000/1000 mg/ml = 1 g/L 198 X (0,28- 1,8/375,4X1) = 0,45 g/liter = 45mgr/100ml
4. GRAFIK
Cara yang terbaik untuk menghitung isotonis dengan mempergunakan grafik dengan metode Lund et al. Pada grafik bisa langsung dibaca jumlah NaCl yang perlu ditambahkan per 100 ml, untuk memperoleh larutan isotonis. Grafik yang ada : Vit C, as borat, adrenalin bitatrat, atropin sulfas, K benzil penisillin, Na benzil penicillin dsb