You are on page 1of 18

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS DENGAN MEROKOK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Vicky Admiral Aprizano ,Titiek Hidayati

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI Latar belakang : banyaknya jumlah perokok di kalangan mahasiswa. Dengan

salah satu faktor resikonya adalah stress. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat stress dengan merokok pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang merokok. Penelitian ini menggunakan 43 sampel. Instrument yang digunakan berupa check list dan kuesioner dengan indep interview wawancara pada Mahasiswa, dan hasilnya akan dianalisis secara deskriptif dan analitik. Data diproses menggunakan uji Chi square. Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stress yang lebih tinggi mempengaruhi ketergantungan terhadap rokok pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RR 11,333,CI 1.551-82.792, p=0,006).dan Tingkat stress yang lebih tinggi mempengaruhi jumlah rokok yang dihisap dalam satu hari oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(RR 7,250,CI 1.118 47.000, p=0,022).

Kata Kunci :

Tingkat stress, tingkat ketergantungan terhadap rokok,

banyak rokok yang dihisap dalam satu hari

1. Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2. Dosen IKM fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

THE RELATIONSHIP BETWEEN STRESS LEVEL WITH SMOKING INSIDENCE IN THE UNIVERSITY STUDENT FROM MEDICAL FACULTY MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF YOGYAKARTA

Vicky Admiral Aprizano, Titiek Hidayati Medical Faculty of Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT Background: The incidence rate of tobacco use in the university student is very high. One of the risk factors is the high stress level. Research objective : To know the relation between the stress level with the incidence smoking in the Medical Faculty student from muhammadiyah University of Yogyakarta Research method: the method of research used is analytic observational with cross sectional design. The sample is Medical Faculty student from muhammadiyah University of Yogyakarta. This research is using 43 samples. The instruments used are checklist and questioners with indep interview to the Medical faculty student and the result will be analyzed by descriptively and analytically. Data is processed using chi square test.

Result and discussion: The result shows that the higher stress level influence the tobacco dependent (RR 11,333,CI 1.551-82.792, p=0,006).and higher stress level also influence the cigarettes amount that used by Medical Faculty student from muhammadiyah
University of Yogyakarta in a day (RR 7,250,CI 1.118 - 47.000, p=0,022). Keywords: levels of stress, tobacco dependent, amount of cigars

1. Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2. Dosen IKM fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PENDAHULUAN
Ketergantungan terhadap zat adiktif seperti heroin, kokain, kanabis, alkohol dan nikotin adalah salah satu permasalahan besar yang dihadapi secara luas di seluruh dunia. Berdasarkan survey yang dilakukan pada tahun 2000 pada sekelompok orang berusia 18-34 tahun, usia yang dianggap mewakili pemakai zat-zat adiktif paling aktif di Amerika, diperoleh bahwa nikotin adalah zat adiktif yang paling banyak digunakan. Tingkat ketergantungan terhadap nikotin menduduki peringkat nomor dua setelah heroin (Kandel, 2001). Bersama dengan HIV AIDS, penggunaan tembakau merupakan merupakan penyebab kematian yang berkembang paling cepat (Shibuya et al., 2003). Penelitian yang dilakukan United States Departement of Agriculture(USDA) pada tahun 2002 menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara dengan peringkat ke 5 didunia dalam konsumsi rokok, dengan besar konsumsi mencapai 182 miliar batang rokok pada tahun 2002. Data dari National socio-economy survey 2001 menunjukan bahwa kurang lebih 62.2% laki-laki dengan 1.3% usia 15 tahun atau lebih di Indonesia adalah perokok. Di Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar, berdasarkan National socio-economy survey pada tahun 2001, 53.7% laki-laki dan 0.2% wanita diatas 15 tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah perokok Selain itu prevalensi merokok ditingkat mahasiswa juga cukup tinggi yaitu sebesar 57,7% pada pria dan 0.8% Pada wanita (National social-economy survey, 2001). Tingginya jumlah perokok seiring dengan peningkatan angka kejadian berbagai penyakit. Rokok dikenal sebagai faktor resiko dari beberapa penyakit. Merokok meningkatkan insidensi dari kanker paru-paru sebesar 20 kali dari orang yang tidak merokok(Stanley K. 1993),sebesar
4

90%pada pria dan 70%pada wanita kejadian kanker paru-paru disebabkan oleh merokok(World Health Organization 2002) Sebuah penelitian dari University of South Florida di tahun 2000 menunjukan bahwa 70% orang merokok di South Florida disebabkan oleh stress. Hal ini menunjukan bahwa stress berpengaruh sangat besar untuk menyebabkan seseorang menjadi perokok. Perokok akan merokok lebih banyak pada saat mereka stress, marah, cemas, dan saat sedih(Coan, 1973). Perokok merasa bahwa dengan merokok, suasana hati yang tidak menyenangkan dapat berkurang( Brandon & Barker, 1991). Stress adalah perubahan kognitif, emosional dan psikologikal yang mengikuti sebuah stressor(Chrousos & Gold, 1992). Penelitian dari Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) di tahun 2006, menyebutkan bahwa stress dapat menyebabkan obesitas, insomnia, masalah pencernaan, penyakit jantung, depresi, penurunan daya ingat serta penyakit fisik. Bagi perokok, banyak kendala yang dihadapi ketika mereka mencoba untuk berhenti merokok, terutama akibat sifat adiktif dari nikotin. Nikotin menyebabkan toleransi dan ketergantungan fisik. Apabila konsumsi nikotin dihentikan, akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman tersebut antara lain keinginan yang lebih besar untuk merokok kembali, rasa gelisah, mudah tersinggung, dan disforia (Breslau, et al.,1992; Rigotti, 2002). Ketidaknyamanan ini ternyata akan lebih berat dirasakan pada orang-orang yang memiliki riwayat depresi atau gangguan psikopatologis lainnya (Breslau,et al.,1992; Kramer,2004)

Parrot di tahun 1999 menyatakan bahwa perokok membutuhkan nikotin untuk mempertahankan moodnya, dan akan mengalami rasa tidak menyenangkan ketika level plasma nikotin dalam tubuhnya mengalami penurunan. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah : 1. mengetahui hubungan antara tingkat stress dengan tingkat ketergantungan terhadap rokok pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2. mengetahui hubungan antara tingkat stress dengan banyaknya rokok yang dihisap dalam satu hari pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INSTRUMEN DAN JALANNYA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional.
B. Instrumen Penelitian.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Kuesioner

Digunakan untuk untuk mendapatkan data primer dari responden hubungan antara tingkat stress dengan merokok pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas muhammadiyah yogyakarta 2. Alat tulis Untuk mengisi lembar kuesioner 3. Tabel pengisian data 4. Tahap akhir pengolahan data, analisis data dan presentasi hasil serta pembuatan laporan dan publikasi laporan. C. Jalannya Penelitian Dalam penelitian ini cara pengumpulan data dengan cara : 1. Tahap persiapan a. studi kasus b. menyiapkan judul proposal dan menyusun proposal yang sudah disetujui pembimbing c. Mempersiapkan perijinan dari kampus untuk instansi yang terkait dan sekolahan. 2. Tahap pelaksanaan Pengumpulan dan pembagian kuesioner dilakukan diruang guru. 3. Tahap analisis data

Data tersebut dianalisis dengan menggunakan komputerisasi. 4. Tahap penyusunan laporan Dengan selesainya analisis data selanjutnya mulai dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian.

5. Seminar hasil Seminar hasil dilaksanakan pada saat semua laporan penelitian dirasa cukup baik oleh peneliti maupun pembimbing

HASIL Tabel 1.1


Tingkat stress menurut PHQ9 * Tingkat ketergantungan Crosstabulation

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat stress dengan tingkat ketergantungan terhadap rokok dapat dilihat pada tabel Tabel 1.1 responden yang memiliki tingkat minimal-mild depression yang memiliki ketergantungan rendah terhadap rokok sebanyak 79.07%(34 orang), dan yang memiliki ketergantungan rokok sedang-tinggi sebanyak 6.98%( 3 orang) sedangkan pada responden yang termasuk dalam moderate-severe depression yang memiliki ketergantungan
Tingkat stress menurut PHQ9 minimal-mild depression 34 (79.07%) moderate-severe depression 3 (6.98%) 37 (86.05%) 3 (6.98%) 6 (13.95%) 11.333 1.551-82.792 0.006 3 (6.98%) RR 95%CI P

Tingkat ketergantungan rendah sedang-tinggi

Total

terhadap rokok rendah sebanyak 6.98%(3 orang) dan yang memiliki ketergantungan sedangtinggi sebanyak 6.98%(3 orang). Berdasarkan uji statistic menggunakan chi square test didapatkan nilai p ( signifikan ) sebesar 0.006 dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi antara tingkat stress dengan tingkat ketergantungan terhadap rokok pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan didapatkan RR 11.333 artinya orang yang memiliki tngkat stress moderate-severe memiliki resiko 11 kali lebih tinggi untuk memiliki tingkat ketergantungan terhadap rokok yang tinggi pula Tabel 1.2
Jumlah rokok yang dihisap dalam sehari* Tingkat stress menurut PHQ9 Crosstabulation

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress dengan banyaknya rokok yang dihisap dalam satu hari dapat dilihat pada Tabel 1.2. pada tabel 1.2 didapatkan responden yang memiliki tingkat minimal-mild depression yang merokok < 10 batang dalam sehari sebanyak 67.44%(29 orang), dan yang yang merokok > 10 batang dalam sehari sebanyak 18.60%(8 orang) sedangkan pada responden yang termasuk dalam moderate-severe depression yang yang merokok < 10 batang dalam sehari sebanyak sebanyak 4.65%(2 orang) dan yang yang merokok > 10 batang
Jumlah rokok yang dihisap dalam Tingkat stress menurut PHQ9 <10 29 (67.44%) satu hari >10 2 (4.65%) 7.250 moderate-severe depression Total 8 (16.80%) 37 (86.05%) 4 (9.30%) 6 (13.95%) 1.118-47.000 0.022 RR 95%CI P

minimal-mild depression

dalam sehari sebanyak 9.3%(4 orang). Berdasarkan uji statistic menggunakan chi square test didapatkan nilai p ( signifikan ) sebesar 0.022 dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi antara tingkat stress dengan tingkat ketergantungan terhadap rokok pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan didapatkan pula nilai RR sebesar 7.250 yang artinya orang yang memiliki tingkat stress lebih tinggi beresiko untuk merokok lebih banyak dari orang yang memiliki tingkat stress yang lebih rendah sebesar 7 kali lebih besar PEMBAHASAN
10

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress dengan merokok baik tingkat ketergantungan maupun banyaknya rokok yang dihisap dalam satu hari Sedangkan Stress sendiri adalah perubahan kognitif, emosional dan psikologikal yang mengikuti sebuah stressor(Chrousos & Gold, 1992). Penelitian dari Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) di tahun 2006, menyebutkan bahwa stress dapat menyebabkan obesitas, insomnia, masalah pencernaan, penyakit jantung, depresi, penurunan daya ingat serta penyakit fisik. Sebagian besar perokok mengatakan bahwa mereka merasa lebih relax ketika menghisap sebatang rokok dan mereka menyatakan bahwa bahwa pengendalian dari mood adalah alas an penting mengapa mereka merokok, penelitian yang dilakukan oleh Ikard, Green, dan Horn pada tahun 1969 menemukan bahwa 80% perokok setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa merokok dapat membuat relax dan menyenangkan. Merokok adalah sebuah tindakan yang dapat merubah mood perokok, menenangkan dan menurunkan rasa cemas dan marah(Warburton, 1992,p.57) Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan target penelitian mahasiswa yang merokok. Jumlah mahasiswa yang diambil datanya adalah 43 orang 1. Hubungan antara tingkat stress dengan tingkat ketergantungan terhadap rokok Dari table 3.1 didapatkan nilai RR sebesar 11.333 ini artinya orang yang memiliki tingkat stress moderate-severe memiliki resiko 11 kali lebih tinggi untuk memiliki tingkat ketergantungan terhadap rokok yang lebih tinggi dari pada orang yang memiliki tingkat stress minimal-mild. hasil tersebut bermakna secara statistik (RR 11,333,CI 1.551-82.792, p=0,006).
11

Hasil ini sesuai dengan penelitian dari University of South Florida di tahun 2000 menunjukan bahwa 70% orang merokok di South Florida disebabkan oleh stress. Hal ini menunjukan bahwa stress berpengaruh sangat besar untuk menyebabkan seseorang menjadi perokok. Perokok akan merokok lebih banyak pada saat mereka stress, marah, cemas, dan saat sedih(Coan, 1973). Perokok merasa bahwa dengan merokok, suasana hati yang tidak menyenangkan dapat berkurang( Brandon & Barker, 1991). Sebagian besar perokok mengatakan bahwa mereka merasa lebih relax ketika menghisap sebatang rokok dan mereka menyatakan bahwa bahwa pengendalian dari mood adalah alas an penting mengapa mereka merokok, penelitian yang dilakukan oleh Ikard, Green, dan Horn pada tahun 1969 menemukan bahwa 80% perokok setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa merokok dapat membuat relax dan menyenangkan. Merokok adalah sebuah tindakan yang dapat merubah mood perokok, menenangkan dan menurunkan rasa cemas dan marah(Warburton, 1992,p.57) 2. Hubungan antara tingkat stress dengan jumlah rokok yang dihisap dalam satu hari Dari table 3.2 didapatkan nilai RR sebesar 7.250 ini artinya orang yang memiliki tingkat stress moderate-severe memiliki resiko 7 kali lebih tinggi untuk merokok lebih banyak dari pada orang yang memiliki tingkat stress minimal-mild. hasil tersebut bermakna secara statistik (RR 7,250,CI 1.118 - 47.000, p=0,022). Hasil ini sesuai dengan pernyataan dari e.g.coan yang menyatakan bahwa perokok merokok lebih banyak pada saat mereka stress, marah, cemas, dan saat sedih(e.g.coan, 1973). Mereka merasa bahwa merokok dapat mengurangi suasana hati yang tidak enak(Brandon & Barker, 1991)

12

Dapat disimpulkan dari 2 variabel independent bahwa tingkat stress dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan terhadap rokok dan banyaknya jumlah rokok yang dihisap selama satu hari. Tetapi nilai RR saja yang tinggi belum bermakna jika rentang CI lebar. Sebagai contoh Hubungan Tingkat stress dengan tingkat ketergantungan terhadap rokok dimana RR 11,333, CI 1.551-82.792 dimana rentangnya lebar. Lain halnya bila nilai RR rendah, sedangkan rentang CI sempit maka lebih bermakna hasilnya secara statistik. Seperti Hubungan antara tingkat stress dengan banyak rokok yang dihisap dalam satu hari RR 7.250, CI 1.118 - 47.000sehingga lebih bagus hasilnya yang rentangnya sempit Di Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar, berdasarkan National socio-economy survey pada tahun 2001, 53.7% laki-laki dan 0.2% wanita diatas 15 tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah perokok Selain itu prevalensi merokok ditingkat mahasiswa juga cukup tinggi yaitu sebesar 57,7% pada pria dan 0.8% Pada wanita (National social-economy survey, 2001). Tingginya jumlah perokok seiring dengan peningkatan angka kejadian berbagai penyakit. Rokok dikenal sebagai faktor resiko dari beberapa penyakit. Merokok meningkatkan insidensi dari kanker paru-paru sebesar 20 kali dari orang yang tidak merokok(Stanley K. 1993),sebesar 90%pada pria dan 70%pada wanita kejadian kanker paru-paru disebabkan oleh merokok(World Health Organization 2002) Sebuah penelitian dari University of South Florida di tahun 2000 menunjukan bahwa 70% orang merokok di South Florida disebabkan oleh stress. Hal ini menunjukan bahwa stress berpengaruh sangat besar untuk menyebabkan seseorang menjadi perokok. Perokok akan merokok lebih banyak pada saat mereka stress, marah, cemas, dan saat sedih(Coan, 1973).

13

Perokok merasa bahwa dengan merokok, suasana hati yang tidak menyenangkan dapat berkurang( Brandon & Barker, 1991). Stress adalah perubahan kognitif, emosional dan psikologikal yang mengikuti sebuah stressor(Chrousos & Gold, 1992). Penelitian dari Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) di tahun 2006, menyebutkan bahwa stress dapat menyebabkan obesitas, insomnia, masalah pencernaan, penyakit jantung, depresi, penurunan daya ingat serta penyakit fisik. Bagi perokok, banyak kendala yang dihadapi ketika mereka mencoba untuk berhenti merokok, terutama akibat sifat adiktif dari nikotin. Nikotin menyebabkan toleransi dan ketergantungan fisik. Apabila konsumsi nikotin dihentikan, akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman tersebut antara lain keinginan yang lebih besar untuk merokok kembali, rasa gelisah, mudah tersinggung, dan disforia (Breslau, et al.,1992; Rigotti, 2002). Ketidaknyamanan ini ternyata akan lebih berat dirasakan pada orang-orang yang memiliki riwayat depresi atau gangguan psikopatologis lainnya (Breslau,et al.,1992; Kramer,2004) Parrot di tahun 1999 menyatakan bahwa perokok membutuhkan nikotin untuk mempertahankan moodnya, dan akan mengalami rasa tidak menyenangkan ketika level plasma nikotin dalam tubuhnya mengalami penurunan. Keterbatasan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini ditemui beberapa keterbatasan antara lain: 1. Keterbatasan tenaga dan waktu penelitian

14

2. Keterbatasan kemampuan yang ada pada peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Ada hubungan antara Tingkat stress dengan tingkat ketergantungan

terhadap rokok pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Ada hubungan antara tingkat stress dengan banyaknya rokok yang dihisap dalam satu hari oleh mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan maka peneliti ingin memberi masukan sehubungan dengan hasil peniltian yang telah diperoleh, sebagai berikut : 1. Bagi pihak Mahasiswa Bagi mahasiswa diharapkan tidak menghilangkan stress dengan merokok karena selain dampak rokok yang begitu berbahaya bagi kesehatan juga efek kecanduan dari rokok yang justru bias menimbulkan stress bila kadar nikotin dalam tubuh menurun. 2. Bagi pihak Universitas Bagi pihak Universitas disarankan lebih memperketat larangan untuk merokok dikampus yang telah ada karena merokok selain dapat merugikan perokok itu sendiri juga dapat merugikan orang lain yang menghisap asap rokok tersebut.

15

3. Untuk penelitian selanjutnya Penelitian selanjutnya yang tertarik dengan masalah stress dengan merokok diharapkan lebih mengembangkan faktor-faktor lain yang menjadi pemicu timbulnya stress ataupun faktor-faktor yang dapat memicu perilaku merokok
UCAPAN TERIMA KASIH Semua pihak fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian ini, terutama dosen pembimbing dr. Titiek Hidayati, M.Kes. yang senantiasa memberikan bimbingannya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Breslau N, Kilbey MM, Andreski P. Nicotine withdrawal symptoms and psychiatric disorders: findings from an epidemiologic study of young adults . American Journal of Psychiatry. 1992 Apr;149(4):464-9. Available from URL:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez

16

Breslau N, Peterson EL. Smoking Cessation in Young Adults : Age at Initiation of Cigarette Smoking and Other Suspected Influences .American Journal of Public Health. 1996;vol.86, no.2 Easton J. Nicotine Extends Duration of Pleasant Effect of Dopamine. University of Chicago.2002; vol21,no2 Goodman E, Capitman. Depressive Symtomps and Cigarette Smoking Among Teens. American Academy of Pediatrics.2000; vol.106,no.106 Jarvis MJ. ABC of smoking cessation: Why people smoke (Clinical review). British Medical Journal 2004;328:277-9 Kassel JD, Paronis C.A, & Stroud L. Smoking, Stress, and Negative Affect : Corellation, Causation, & Context Across Stages of Smoking . American Psychological

Association.2003; vol 129, no.2, 270-304 MAYO Foundation for Medical Education and Research.Stress:Unhealty Response to The Pressures of Life.2006. Available from URL : HTTP://WWW.NLM.NIH.GOV/MEDLINEPLUSS/STRESS.HTML Ministry of Health Republic of Indonesia. The Tobacco Source Book : Data to Support A National Control Strategy.2002 OBrien CP. Research Advances in the Understanding and Treatment of Addiction . The American Journal on Addiction 2003;12[Suppl 2]:S36-S47

17

Parrott

AC.

Does

Cigarette

Smoking

Cause

Stress

?.American

Psychological

Association.1999;vol.54, no.10, 817-820 Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry 9th ed. 2003. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Schwenk TL, Terrell CB, Harisson VR, Shadigion EM, Valenstein MA. Depression Guideline. University of Michigan Health System.2005 Sirait AM. Perilaku Merokok. JKPKBPPK/Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. 2002 Wooltorton JRA, Pidophlichko VI, Broide RS, Dani JA. Differential Desensitization and Distribution of Nicotinic Acetylcholine Receptor Subtypes in Midbrain Dopamine Areas. The Journal of Neuroscience 2003;23(8):3176-85 World Health Organization. Neuroscience of Psychoactive Substance Use and Dependence. 2004. Geneve: WHO

18

You might also like