You are on page 1of 49

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

Disusun oleh:

Kelompok 3 golongan 1B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2011

PERCOBAAN I PEMBUATAN SIMPLISIA

I.

PENDAHULUAN

I.I Tujuan Praktikum Mampu membuat simplisia dengan kandungan zat berkhasiat tidak mengalami kerusakan dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. I.2 Dasar Teori Simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Untuk menjamin Keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa factor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta cara pengepakan dan penyimpanan. Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan bibit dan pengolahan maupun jenis tanah tempat tumbuh obat. Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat memenuhi mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa kandungan, kontanimasi dan stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia sebagai produk olahan, variasi kandungan senyawa dapat diperkecil, diatur atau diajegkan. Hal ini karena aplikasi IPTEK pertanian pasca panen yang terstandar.

Tahap dalam pembuatan simplisia adalah 1. Pengumpulan bahan 2. Penyortiran

3. Pencucian 4. Pengiirisan dan pengeringan 5. Penyimpanan 6. Pengolahan

II.

ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan untuk percobaan pertama dalam pembuatan simplisia yaitu timbangan elektrik, pisau dapur, talenan, wadah dan pengemas misalnya tampah, loyang, plastik, aluminium foil, label / etiket, kertas payung. Bahan yang digunakan dalam pembuatan simplisia yaitu tanaman hisbiscus rosa sinensis meliputi: rimpang, daun, biji, buah, serta ranting tanaman.

III.

CARA KERJA
Bahan baku

disiapkan ditimbang sebanyak kurang lebih 50 gram disortasi basah dicuci diubah bentuk meliputi perajangan , pengupasan,

pemotongan ditempatkan dalam nampan dikeringkan disortasi kering ditimbang dan dicatat beratnya dimasukan dalam kertas dan simpan ditempat kering

Data

IV.

PEMBAHASAN A. Cara Kerja Pembuatan Simplisia 1.Pengumpulan bahan baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi. Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari. Cara pengambilan bagian tanaman untuk pembuatan simplisia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Bagian Tanaman dan Cara Pengumpulan No. 1. Bagian Tanaman Kulit batang Cara pengambilan Dari batang utama dan cabang, dikelupas

dengan ukuran panjang dan lebar tertentu; untuk kulit batang mengandung minyak atsiri atau golongan senyawa fenol

digunakan alat pengelupas bukan logam. 2. Batang Dari cabang, dipotong-potong dengan

panjang tertentu dan dengan diameter cabang tertentu 3. Kayu Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (disugu) setelah dikelupas kulitnya. 4. Daun Tua atau muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu. 5. Bunga Kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, atau daun bunga, dipetik dengan tangan. 6. Pucuk Pucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga). 7. Akar Dari bawah permukaan tanah, dipotongpotong dengan ukuran tertentu. 8. Rimpang Dicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu 9. Buah Masak, hampir masak; dipetik dengan tangan 10. Biji Buah dipetik; dikupas kulit buahnya

dengan mengupas menggunakan tangan, pisau, atau menggilas, biji dikupas dan dicuci. 11. Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.

12.

Bulbus

Tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan memotongnya, dicuci.

2. Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing yang tidak berguna atau berbahaya dalam pembuatan simplisia Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen. 3. Pencucian Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia. Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur atau PAM.

4. Pengubahan bentuk Pengubahan bentuk dilakukan bertujuan untuk memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih. Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan steinles. 5. Pengeringan

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan. suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30o-90o C. Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama. Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut,

memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

6. Sortasi kering Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian-bagian yang tidak diinginkan dan pengotoranpengotoran lain yang masih ada dan tertinggal.

7. Pengemasan dan Penyimpanan

Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak berracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan diberi dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupum Materia Medika Indonesia Edisi terakhir.(Anonim,1985). Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standarisai suatu simplisia . Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan factor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut: a. Kebenaran Simplisia Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan

makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan

mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.

b.

Parameter non spesifik, meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, dll. 1) Penetapan kadar abu Penentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan

gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai diperoleh simplisia dan ekstrak baik yang berasal dari tanaman secara alami maupun kontaminan selama proses, seperti pisau yang digunakan telah berkarat). Jumlah kadar abu maksimal yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi. Prinsip penentuan kadar abu ini yaitu sejumlah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik yang tersisa.

Tinggi rendahnya kadar abu didipengaruhi oleh : a) cemaran logam b) cemaran tanah

2) Penetapan susut pengeringan Susut menghilang pengeringan selama adalah persentase pemanasan senyawa (tidak yang hanya

proses

menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang).Pengukuran sisa zat dilakukan dengan

pengeringan pada temperatur 105C selama 30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam persen (metode gravimetri).

Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.

3) Kadar air Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian,

penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : a) Metode Titrimetri Metode ini berdasarkan atas reaksi secra kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hidrogen.Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara (Anonim,1995).

b) Metode Azeotropi ( Destilasi Toluena)

Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban (Anonim, 1995).

c) Metode Gravimetri Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap(Anonim, 1995).

B. Monografi Tanaman 1. Klasifikasi Ilmiah Kerajaan Divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Magnoliales : Annonaceae : Cananga : Cananga odorata

C. Khasiat Simplisia Bunga Kenanga 1. Malaria dan Asma Bahan: 3 kuntum bunga kenanga yang sudah dikeringkan. Cara membuat: diseduh dengan 1 gelas air panas dan ditutup rapat. Cara menggunakan: disaring dan diminum secara teratur.

2. Sesak Nafas

Bahan: gemggam bunga kenanga dan 1 sendok gula putih. Cara membuat: direbus dengan 1 gelas air panas sampai mendidih hingga tinggal gelas. Cara menggunakan: disaring dan diminum; dilakukan secara rutin pagi-sore.

3. Bronkhitis Bahan: 2 kuntum bunga kenanga. Cara membuat: direbus dengan 1 gelas air panas sampai mendidih hingga tinggal gelas. Cara menggunakan: disaring dan diminum; dilakukan secara rutin pagi-sore.

4. Jamu Sehat Setelah Melahirkan Bahan: bunga kenanga yang masih muda, kayu rapet, pegatsih, kunci pepet, kunyit, jongrahab, jalawe, dan jakeling. Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk halus (dipipis), kemudian diseduh dengan air panas Cara menggunakan: disaring dan diminum

Melalui prosedur penyulingan yang benar serta penggunaan bahan baku dan peralatan yang memenuhi syarat, akan diperoleh rendemen minyak kenanga antara 1,5-2%. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang didapat pada percobaan I ini dikarenakan pada tahap membuat simplisia kurang sempurna. Seperti pada pengeringan yang tidak sempurna.

V.

HASIL Bobot awal Bobot akhir : 45,5 gram : 9,3 gram

Rendemen

: =

x 100% x 100% = 20,44%

VI.

KESIMPULAN 1. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. 2. Tahap tahap dalam pembuatan simplisia meliputi pengumpulan

bahan, penyortiran basah, pencucian, pengirisan dan pengeringan, penyortiran Kering, penyimpanan, dan pengolahan. 3. Pemeriksaan mutu bertujuan agar simplisia memenuhi syarat FI, EFI, MMI dan buku resmi yang disetujui pemerintah. Bermaksud agar adanya keseragaman komponen aktif, aman, berguna/ berkhasiat dan obat/ sediaan selalu tetap mutunya.

VII.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Faik Fauzi. 2011. Simplisia & Proses Pembuatannya. http://www.faikshare.com/2011/01/simplisia-prosespembuatannya.html. Diakses tanggal 05 Juni 2011.

Hanjuang. 2009. Minyak Bunga Kenanga. http://hanjuang-mahardika.blogspot.com/2009/01/minyak-bungakenanga.html. Diakses tanggal 07 Juni 2011. Much. Nuris. 2011. Khasiat Bunga Kenanga. www.kopejako.com/khasiatbungakenanga.html. Diakses tanggal 05 Juni 2011.

PERCOBAAN II PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, ORGANOLEPTIK, DAN KADAR AIR

I.

PENDAHULUAN a) Tujuan Percobaan 1. Membedakan simplisia secara makroskopik (bentuk, ukuran, dan keadaan fisik lain yang spesifik) dan organoleptik (warna, bau dan rasa).

2. Melakukan standarisasi mutu dengan penentuan kadar air simplisia.

b) Dasar teori Haksel merupakan bagian- bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji, dan lain- lain yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk. Sedangkan simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang dikeringkan (Anonim,2008). Adapun cara untuk mengidentifikasi simplisia adalah sebagai berikut : 1. Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau dan rasa simplisia yang diuji. 2. Uji Makroskopik Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji (Prayetno.D,2008). 3. Kadar air, tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk

mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut (Siskha, 2010).

II.

BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan untuk percobaan kedua dalam pemeriksaan makroskopik, organoleptik, dan kadar air yaitu simplisia yang telah dibuat pada percobaan pertama dalam pembuatan simplisia. Alat yang digunakan untuk percobaan kedua dalam pemeriksaan makroskopik, organoleptik, dan kadar air yaitu timbangan elektrik, oven.

III.

PROSEDUR KERJA

1. Pengamatan makroskopik
Simplisia

diamati warna dan bentuk dilakukan pengukuran dicatat hasilnya dalam tabel laporan percobaan dalam pemeriksaan makroskopik, organoleptik, dan kadar air

Data

2. Pengamatan organoleptik
Simplisia

Diperiksa dengan cara dibaui ( dengan hidung ) dan dirasa ( dengan lidah ) Dicatat hasilnya dalam tabel laporan percobaan dalam pemeriksaan makroskopik, organoleptik, dan kadar air

Data

3. Uji kadar air secara gravimetri


Simplisia

dimasukan ke dalam wadah kurang lebih 10 gram ditimbang dengan seksama dikeringkan pada suhu 105C selama 5 jam ditimbang lagi

dilanjutkan pengeringan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut tidak lebih dari 0,25 %

Data

IV.

HASIL PERCOBAAN a) Uji makroskopik bunga kenanga ( Canangium Odorata ) No Keterangan 1 Gambar Hasil

2 3 4

Bentuk Panjang Lebar

Panjang meruncing 4 cm 0,5 cm

b) Uji organoleptik No Keterangan 1 2 3 Warna Bau Rasa Hasil Hijau tua (kusam) Bau khas Hambar (tidak berasa)

c) Uji kadar air Simplisia awal = 8,0 gram

Wadah simplisia

= 2,0 gram + 10,0 gram

Penimbangan awal Penimbangan 30 Penimbangan 60 Penimbangan 90

= 10,0 gram = 9.3 gram = 9,1 gram = 9.1 gram = 9,1 gram 2,0 gram = 7,1 gram = Bobot awal Bobot akhir x 100 % Bobot awal = 8,0 gram 7,1 gram X 100 % 8,0 gram = 0,9 gram x 100% 8,0 gram = 11,25 %

Berat akhir

Kadar air

V.

PEMBAHASAN Monografi Tanaman

2. Klasifikasi Ilmiah Kerajaan Divisi Kelas Ordo Family : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Magnoliales : Annonaceae

Genus Spesies

: Cananga : Cananga odorata

Simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter standar mutu yaitu sebagai berikut : 1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi). 2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya,yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutuaman-manfaat). 3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Anonim,2000).

Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif.Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian makroskopik,pengujian mikroskopik, dan pengujian histokimia.

1. Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau dan rasa simplisia yang diuji (Anonim,1987). Pada proses ini dilakukan pengujian berdasarkan indera manusia yaitu lidah, hidung

dan mata. Simplisia yang diuji yaitu bunga kenanga (Canangium odorata), dicoba rasanya dengan lidah, dicium baunya dengan hidung lalu dilihat warnanya dengan mata. Sehingga diperoleh data yang dapat menjadi ciri dari tanaman tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa tanaman tersebut benar, dan untuk sortasi dari simplisia yang kondisinya kurang baik sehingga tidak diikutsertakan dalam proses selanjutnya. Hasil uji organoleptik Canangium Odorata adalah berwarna hijau tua (kusam), baunya khas dan hambar. Ini terjadi dikarenakan proses pengeringan yang dilalui oleh simplisia tersebut. 2. Uji Makroskopik Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji (Anonim, 1987). Proses ini dilakukan khusus dengan organ mata. Proses ini lebih spesifik menguji kebenaran jenis simplisia dengan mencatat morfologi, ukuran dan warna simplisia lalu dibandingkan dengan standard simplisia seperti Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Hasil uji makroskopik Canangium Odorata adalah bentuk kelopak bunga kenanga mengalami perubahan dikarenakan pengeringan sehingga bentuknya menjadi panjang dan meruncing, hasil pengukuran yaitu panjang 4 cm dengan lebar 0,5 cm. 3. Uji mikroskopik Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing masing simplisia.

4. Uji Histokimia Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zatkandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah dideteksi (Anonim,1987).

Proses yang penting untuk menentukan kadar air adalah proses pengeringan. Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula dengan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Pengeringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 - 500C. Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun

(Sembiring,B. 2007).

Setelah proses pengeringan simplisia dapat ditetapkan kadar airnya. Proses penetapan kadar air dilakukan untuk simplisia yang memiliki kadar minyak atsiri yang tinggi . Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk

memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%.

Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

- Metode titrimetri : metode ini berdasarkan atas reaksi secra kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hidrogen.Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara (Anonim, 1995).

- Metode azeotropi ( destilasi toluena ) : metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban (Anonim, 1995).

Kadar Air ( v/b) = Volume air yang terukur x 100% bobot awal simplisia

Proses yang dilakukan setelah pengeringan selain penentuan kadar air adalah penetapan susut pengeringan simplisia. Kadar air dipengaruhi oleh proses susut pengeringan simplisia. Penetapan susut pengeringan dilakukan terhadap tanaman tanpa kandungan minyak atsiri, ini dikarenakan tahapan pada proses penetapan susut pengeringan

menggunakan suhu tinggi dimana akan merusak kadar minyak atsiri dan zat aktif yang dikandung oleh tanaman tersebut. Susut pengeringan sendiri adalah kadar bagian yang menguap. Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan 105o. Susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut : Timbang saksama 1 g sampai 2 g zat dalam botol timbang dangkal bertututp yang yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5o dan 10o dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap (Jimmo,2008). Susut pengeringan = Bobot awal - Bobot akhir x 100% Bobot awal simplisia Hasil kadar air dari bunga kenanga diperoleh sebesar 11,25%

dimana tidak sesuai dengan standard kadar air yang ditetapkan WHO yaitu kurang dari 10%. Ini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti kesalahan pada proses penimbangan awal. Dimana terjadi

kekurangtelitian dalam menimbang sehingga pada pencatatan awal tidak valid, dan hasil akhir tidak sesuai yaitu lebih dari 10%. Dapat juga disebabkan oleh proses pengeringan yang belum cukup lama sehingga bobotnya sebenarnya belum mencapai bobot tetap sehingga belum sesuai standard. Faktor lain juga bisa dikarenakan karena pada proses penyimpanan simplisia tidak baik sehingga terjadi penyusutan dan perubahan baik mutu maupun kadar air simplisia itu sendiri.

VI.

Kesimpulan 1. Setiap simplisia mempunyai karakteristik dan sifat spesifik yang berbeda-beda mencakup morfologi serta bau dan rasanya. 2. Pemeriksaan mutu bertujuan agar simplisia memenuhi syarat FI, EFI, MMI dan buku resmi yang disetujui pemerintah. Bermaksud agar adanya keseragaman komponen aktif, aman, berguna/ berkhasiat dan obat/ sediaan selalu tetap mutunya 3. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%.

VII.

Daftar Pustaka Anonim, 1987. Analisis Obat Tradisional. 2 3. Jakarta : Depkes RI Anonim, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. 3 5. Jakarta : Depkes RI Anonim, 2008. Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana. Jimbaran

Jimmo, 2008. Analisa Simplisia Materia Medika version. http://blogkita.info. Diakses tanggal 6 Juni 2011.

Prayetno.D,2008. Simplisia & Skrining Fitokimia. http://dprayetno.files.wordpress.com. Diakses tanggal 9 Mei 2011. Sembiring, B.2007. Teknologi Penyimpanan Simplisia Terstandar Tanaman Obat. Warta Puslitbangbun XIII (2) : 22-23. Siskhana, 2010. Pembuatan dan Penetapan Kontrol Kualitas Simplisia. http://siskhana.blogspot.com. Diakses tanggal 7 Juni 2011.

PERCOBAAN III PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK BAHAN NABATI I. PENDAHULUAN I.I Tujuan Percobaan Mengetahui anatomi (irisan melintang dan membujur) bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji), termasuk isi sel yang memiliki bentuk tertentu.

Mengidentifikasi simplisia dengan menggunakan mikroskop serta menyebutkan ciri khas simpleks yang diperiksa.

I.2 Dasar Teori Uji mikroskopik dilakukan untuk melihat senyawa-senyawa yang terdapat didalam ekstrak dibawah mikroskop, dengan tujuan agar diketahui kandungan zat apa saja yang dikandungan berdasarkan dari bentuk yang ditampilkan dalam mikroskop, selain itu dapat juga digunakan untuk menetapkan standar dari suatu simplisia, agar ketika didapatkan suatu ekstrak yang tidak diketahui dapat diketahui jenisnya dari bentuk mikroskopi yang telah ada didalam stantarnya (Anonim,1988). Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal spesifik bagi masing-masing simplisia (Prasetyo D,2010). Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk, fungsi dan sifat-sifat yang sama. Secara garis besar jaringan dibedakan sebagai berikut:

1.

Jaringan Muda a. Jaringan muda primer berkembang dari protomeristem berbentuk: b. Protoderm Prokambium Meristerm dasar : sistem epidermis. : sistem jaringan pengangkut primer. : jaringan dasar parenkim.

Jaringan muda sekunder, jaringan dewasa yang meristemsatis lagi. Kambium Kambium gabus (felogen), terdiri dari felem (kearah dalam) dan feloderm (kearah luar).

2.

Jaringan Dewasa

a.

Jaringan pelindung (epidermis), merupakan jaringan terluar yang melindungi organ dalam, ukuranya sama, dilapisi kutikula dan dapat selapis atau berlapis. Derivatnya : 1) Stomata, ada 6 tipe yaitu : a) Anomositik, jumlah sel tetangga tiga atau lebih, satu sama lain sukar dibedakan. b) Anisositik, jumlah sel tetangga tiga atau lebeih, satu sel jelas lebih kecil dari sel lainya. c) Diasitik, jumlah sel tetangga dua, bidang persekutuaan meyilang celah stomata. d) Parasitik, jumlah sel tetangga dua, bidang perskutuaan segaris dengan celah stomata. e) Aktinositik, sel tetangga berbentuk pipih dan mengelilingi stomata dalam susunan berbentuk lingkaran. 2) Trikoma, ada 2 macam, yaitu : a) Non glanduler (tidak berkelenjar), tidak bersekresi. b) Glanduler (berkelenjar), rambutnya bersekresi tipenya : Asteraceae, terdiri dari satu deret sel tangkai dan dua baris sel kelenjar. Labiataea, terdiri dari satu sel pangkal yang lebar, satu atau beberapa sel tangkai dan sebaris mendatar sel kelenjar sebanyak4, 8, 12 atau lebih sel. 3) Sel motor (sel kipas) 4) Sel silica dan sel gabus

b.

Jaringan dasar (parenkim), merupakan jaringan yang terdapat di seluruh bagian tumbuhan, tepatnya di sebelah dalam jaringan epidemis. Pada daun disebut jaringan mesofil yang terdiri dari : 1) Jaringan palisade, berbentuk segiempat atau lonjong, tersusun rapat dan mengandung klorofil. Tipenya :

a) Dorsiventaral, hanya terdapat pada satu sisi epidermis. b) Isolateral, terdapat pada kedua sisi epidemis. 2) Jaringan bunga karang, mempunya ruang antar sel , terdapat berkas pembuluh, bentuk dan ukuran tidak beraturan. Berdasarkan fungsinya ada 2 macam yaitu : a) Parenkim asimilasi, untuk fotosintesis. b) Parenkim penyimpan, untuk menyimpan makanan, air dan udara.

c.

Jaringan penguat, berfungsi untuk member kekuatan dan perimbangan tumbuhan. Jaringan ini ada dua macam, yaitu : 1) Kolenkim, tersusn oleh sel-sel hidup yang plastis. Tipenya: a) Anguler, penebalan dinding terdapat pada bagian sudut sel. b) Lameler, penebalan dinding terdapat pada daerah tangensial. c) Lakuner, penebalan dinding terdapat pada daerah-daerang yang berbatasan dengan ruang antar sel. 2) Sklerenkim, tersusun oleh sel-sel berdinding tebal dank eras karena mengalami lignifikasi (penebalan sekumder) dan tidak berkloroplas. Sklerenkim terdiri dari sklereida dan serabut sklerenkim.

d.

Jaringan Pengangkut 1) Xilem, berfungsi untuk mengangkut air dan zat hara dari akar kedaun untuk proses fotosintesis. Xilem terdiri atas unsure trakeal atau vassal yang tersusun atas trakea, trakeida, serabut trakeida dan parenkim kayu. Xilem ada dua macam yaitu protoxilem dan metaxilem. 2) Floem, berfungsi untuk mengangkut hasil asimilasi dari daun keseluruh tubuh tumbuhan. Floem terdiri atas unsure tapis atau

kribal yang tersusun oleh sklereida, serabut sklereida dan sel-sel parenkim.

e.

Jaringan sekretori, merupakan jaringan yang digunakan unruk proses penyisihan zat-zat hasil sekresi, rekresi dan eksresi (Campbell,1999).

Pati atau amylum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud putih bubuk, tawar dan tidak berbau. Jenis-jenis amylum meliputi: 1. 2. 3. 4. Amylum manihot (pati singkong) Amylum maydis (pati jagung) Amylum oryzae (pati beras) Amylum solani (pati kentang) (Riyanthi,2009).

II.

ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan mikroskopik bahan

nabati ini adalah mikroskop, gelas objek, gelas penutup, lampu spiritus, kertas saring. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah amylum maizena, amylum solani, amylum tritici, amylum manihot, guazuma folium, glycyrrhizae, radix, kaempferiae rhizoma, cardamoni fructus, parkiae semen, caryophylli flos, larutan kloralhidrat 70%. III. PROSEDUR KERJA 1. Pengamatan Serbuk Simplisia

serbuk simplisia

Diletakkan diatas kaca objek ditetesi dengan larutan kloralhidrat

70% LP dipanaskan di atas lampu bunsen dijaga jangan sampai kering ditutup dengan gelas penutup ditambah larutan kloralhidrat bila perlu dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5x10) dan

perbesaran kuat (12,5x40) Data

diamati warna dan fragmennya Digambar fragmen-fragmennya

2. Pengamatan Amylum
sediaan


data

Dilihat dalam air dengan perbesaran 12,5x10 dan perbesaran kuat 12,5x40 Diperiksa organoleptik ( warna, bau, rasa ) Diamati perubahan warna dengan larutan iodium

IV.

HASIL PERCOBAAN 1. Kaempferiae galanga L (Rimpang kencur)

Keterangan : Perbesaran 1 : Parenkim 2 : Parenkim dan sel minyak : 12,5x40

2. Glycyrrhizae radix (akar manis)

Keterangan : Perbesaran : 12,5x40

3. Guazumae folium (Daun jati belanda)

Keterangan : Perbesaran : 12,5x40

4. Cardamomi fructus (Buah kapulaga)

Keterangan : Perbesaran : 12,5x40

5. Caryophilli flos (Bunga cengkeh)

Keterangan : Perbesaran : 12,5x10

6. Amylum maizena (Pati jagung) Keterangan : Perbesaran : 12,5x40

7. Amylum tritici (Pati gandum)

Keterangan : Perbesaran : 12,5x40

8. Amylum manihot (Pati singkong)

Keterangan : Perbesaran : 12,5x100

V.

PEMBAHASAN Simplisia a. Guazuma ulmifoilia Lamk (Daun Jati Belanda) Nama Daerah : Sumatra : jati Belanda (Melayu); Jawa : Jati Londa, jatos landi (jawa). Pemerian : Pemerian bau aromatik lemah; rasa agak kelat. Pemeriksaan Makroskopik : daun tunggal, bentuk bundar telur sampai lanset, panjang helai daun 4 cm sampai 22,5 cm, lebar 2 cm sampai 10 cm, pangkal daun berbentuk jantung yang kadang-kadang tidak setangkup, ujung daun

meruncing, pinggir daun bergerigi, permukaan daun kasar, warna hijau kecoklatan sampai coklat muda; tangkai daun panjang 5 mm sampai 25 mm.

Pemeriksaan Mikroskopik : Mikroskopik epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel, berambut penutup dan berambut kelenjar. Sel epidermis besar, pada penampang tangensial tampak bentuk poligonal; kutikula agak tebal, tidak berstomata. Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel, berstomata, berambut penutup dan berambut kelenjar. Sel epidermis bawah lebih kecil daripada epidermis atas, pada penampang tangensial tampak dinding samping bergelombang. Stomata tipe anisosotik, bentuk jorong, panjang 20 m sampai 40 m. Rambut penutup bentuk menyerupai bintang, terdiri dari beberapa rambut bersel tunggal yang berimpit pada bagian pangkalnya, dinding tebal tidak berwarna, panjang berbeda-beda, ruang rambut berwarna coklat. Rambut kelenjar terdiri dari 2 sampai 3 sel tangkai dan 3 sel kepala, 1 sel kepala lebih besar dari 2 sel lainnya. Mesofil terdiri dari jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Di dalam mesofil terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Jaringan bungakarang tersusun rapat terdiri dari 2 sampai 4 lapis sel. Berkas pembuluh tipe kolateral, disertai serabut sklerenkim dan serabut hablur yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Hablur kalsium oksalat terdapat lebih banyak pada tulang daun daripada di mesofil. Pada parenkim tulang daun terdapat sel lendir atau saluran lendir. Serbuk : warna hijau tua kecoklatan. Fragmen pengenal adalah rambut penutup berbentuk bintang; rambut kelenjar; hablur kalsium oksalat berbentuk prisma; fragmen epidermis atas dan epidermis bawah; pembuluh kayu dengan penebalan tangga. Dalam praktikum ini dapat terlihat pembuluh kayu dengan penebalan tangga, epidermis atas dan rambut penutup bentuk bintang.

b. Liquiritiae Radix/Glycyrrhizae Radix Akar manis adalah akar dan batang di bawah tanah dari tumbuhan Glycyrrhiza glabra var. trpica Reg. Et Hard atau Glycyrrhiza glabra Linn. var. glandulifera Wald. et Kit., suku Leguminosae, bau khas, rasa manis agak tajam, warna coklat kekuningan atau coklat tua. Secara mikroskopik mempunyai beberapa fragmen pengenal yaitu : 1) Fragmen serat kayu dan serat kulit dengan hablur kalsium oksalat bentuk monoklin yang menempel padanya. 2) Fragmen parenkim berdinding jernih, sering kali terdapat hablur kalsium coklat di dalamnya. 3) Fragmen trachea berwarna kuning dengan diameter mencapai 200 m, pori berbatasan. Kadang-kandang terdapat trachea berbentuk jala dengan tracheid pendamping (Tampubolon,1981). Dalam praktikum ini dapat terlihat semua fragmen secara jelas. c. Kaempferiae Rhizoma (Kencur) Nama Daerah, Sumatra : Ceuko (Aceh), Tekur (Gayo), Kaciwer (Batak), Cakue (Minangkabau), Cokur (Lampung). Jawa : cikur (Sunda),Kencur (Jawa), Kencor (Madura). Nusa Tenggara : Cekuh (Bali), Cekur (Sasak), Cekir (Sumba). Sulawesi : Kencur, cekuru (Makasar), ceku (bugis). Irian : Ukap (Marind). Pemerian : Bau khas aromatik; rasa pedas, hangat, agak pahit. Akhirnya menimbulkan rasa tebal. Pemeriksaan Makroskopik : Kepingan ; Pipih : bentuk hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan; tebal keping 1 mm sampai 4 mm, panjang 1 cm sampai 5 cm, lebar 0,5 cm sampai 3 cm; bagian tepi berombak dan berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan, bagian tengah berwarna putih sampai putih kecoklatan. Korteks : sempit, lebar lebih kurang 2 mm; warna putih; berkas pembuluh tersebar tampak sebagai bintik-bintik berwarna kelabu atau

keunguan. Silinder pusat : lebar, banyak tersebar berkas pembuluh seperti pada korteks. Berkas patahan : rata, berdebu, berwarna putih. Pemeriksaan Mikroskopik Periderm : terdiri dari 5 sampai 7 lapis sel, sel berbentuk segi panjang berdinding tipis. Jaringan parenkim korteks : terdapat dibawah periderm, sel parenkim isodiametrik, berdinding tipis, berisi butir-butir pati, sel idioblas minyak berbentuk hampir bulat dan bergaris tengah 50 m sampai 100 m, dalam idioblas minyak terdapat minyak yang tidak berwarna sampai berwarna putih semu kekuningan. Butir pati : umumnya tunggal, besar, bentuk bulat, bulat telur atau bulat telur tidak beraturan dengan salah satu ujungnya mempunyai puting, lamela dan hilus tidak jelas; panjang butir pati 10 m sampai 40 m, umumnya 25 m. Berkas pembuluh : tersebar dalam korteks dan silinder pusat; pembuluh kayu terdiri dari pembuluh spiral, pembuluh tangga dan pembuluh jala, tidak berlignin. Endodermis : mempunyai dinding radial yang berisi butir pati dan idiobals minyak seperti pada korteks, berkas pembuluh dibawah endodermis tersusun teratu dalam satu lingkaran dan berdekatan satu sama lainnya. Serbuk : warna putih, putih kecoklatan sampai ciklat. Fragmen pengenal adalah butir pati yang hampir bulat dengan puting atau sisi bersudut; idioblas minyak; oleoresin berbentuk gumpalan atau tetesan kecil yang dengan yodium LP warnanya menjadi coklat kekuningan: fragmen periderm: pembuluh kayu. Dalam praktikum ini terlihat parenkim dan sel minyak serta butir pati. d. Cardomomi Fructus Buah kapulaga adalah buah tumbuhan Amomun cardomomun Auct. non L. (Amomum compactum Soland. ex Maton), suku Zingiberaceae, bau khas

aromatic, rasa agak pedas. Serbuk berwarna kelabu kekuningan, secara mikroskopik mempunya fragmen-fragmen pengenal yaitu : 1) Fragmen epidermis kulit biji berdinding tebal bebentuk

memanjang. 2) Fragmen lapisan sel yang mengandung minyak atsiri. 3) Fragmen sklerenkim palisade yang terlihat tangansial berbentuk polygonal. 4) Fragmen farisperm yang penuh dengan butir pati kecil. 5) Fragmen serabut sklerenkim dari berkas pembuluh pada mesokarp. 6) Fragmen sel batu pada masokarp. 7) Fragmen selaput biji. 8) Sel endoderm dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma (Heyney,1997). Dalam praktikum ini diperoleh beberapa fragmen saja.

e. Caryophylli Flos Bunga cengkeh adalah kumncup bunga tumbuhan Eugenia caryophyllata Thunb., suku Myrtceae, warna coklat, bau aromatic kuat, rasa khas pedas diikuti oleh rasa tebal pada lidah. Secara mikroskopik mempunya fragmenfragmen pengenal sebagai berikut : 1) Fragmen tangkai sari dengan kristal kalsium oksalat berbentuk roset. 2) Fragmen kepala sari. 3) Kelenjar skizolisigen, lepas atau dalam jaringan. 4) Pollen berbentuk tetrahedral, garis tengah. 5) 15 sampai 20 m 6) Trakhea mempunyai penebalan spiral, diding tebal berlignin. 7) Fragmen serabut dengan lumen yang tebal.

8) Parenkim mempunyai sel batu dengan bentuk yang khas (Heyney,1997). Dalam praktikum ini diperoleh beberapa fragmen saja.

Amylum a. Amylum manihot ( pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar manihot utilissima Pohl (familia Euphorbiaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih, secara mikroskopik berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil dengan diameter 5m sampai 10 m, butir besar bergaris tengah 20 m sampai 35 m, hilus tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya. Identifikasi kimiawi yaitu dengan Iodium dimana akan terjadi biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali pada pendinginan. Dalam praktikum ini terlihat butir seperti topi baja, hillus terletak di tengah dan lamela kurang jelas.

b.

Amylum maydis ( pati jagung) adalah pati yang diperoleh dari biji

zeamays L. ( familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2 m sampai 23 m atau butir bulat dengan diameter 25 m sampai 32 m, hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah berjumlah 2 sampai 5, tidak ada lamella. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus. Untuk identifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot. Dalam praktikum ini terlihat butir bersegi banyak.

c.

Amylum tritici. Nama latin : Triticum vurgare L. Mikroskopik : Butir tunggla besar,dilindungi oleh butiran kecil .Bentuk serupa lensa bundar atau jorong,kadang kadang berbentuk ginjal. Hilus terletak ditengah tidak jelas. Berupa titik atau celah. Lamela tidak jelas. Dalam praktikum ini terlihat butir tunggal besar dan di lindungi oleh butiranbutiran kecil.

VI. 1.

KESIMPULAN Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama.

2.

Amilum memiliki organoleptik warna putih, tidak berbau, dan tidak berasa serta memiliki butiran yang berbeda tiap amylumnya.

3.

Tiap simplisia memiliki fragmen-fragmen pengenal yang berbeda.

VII.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim. 1988. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Campbell. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Fashenda. 2010. Macam-macam amylum dan mikroskopik Heyney, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. http://fanshenda.blogspot.com. Diakses tanggal 07 Juni 2011. Riyanthi. 2009. Praktikum Identifikasi Amylum dan Simplisia. http://riyanthikedokteran.blogspot.com/. Diakses tanggal 8 Mei 2010. Tampubolon, O.T. 1981. Tumbuhan Obat Bagi Pecinta Alam. Jakarta : Penerbit Bharata Karya Aksara. Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan .Yogyakarta : UGM Press.

PERCOBAAN IV IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA SECARA KLT

I.

PENDAHULUAN I.I Tujuan Percobaan Mengetahui kromatografi lapis tipis

Mengidentifikasi

kandungan

kimia

dari

bahan

alam

dengan

menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) I.2 Dasar Teori Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat. Kromatografi terbentuk apabila terdapat satu fasa diam dan satu fasa bergerak. Fasa diam biasanya adalah padatan atau cairan sedangkan fasa bergerak biasanya adalah cair atau gas. Kromatografi digunakan untuk

memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen- komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen- komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen- komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyatanya terlihat pada fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagai pengganti kertas. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel selika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Data yang diperoleh dari KLT adala nilai Rf yang sangat berguna untuk identifikasi senyawa. Rf atau Retention Factor atau Retardation Factor didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dibagi jarak yang ditempuh oleh pelarut pada kromatografi. Senyawa yang memiliki Rf besar pasti memiliki polaritas yang rendah, karena interaksinya dengan fase gerak lebih besar dari fase stasioner. Sebaliknya senyawa yang memiliki Rf kecil pasti memiliki polaritas yang tinggi, karena interaksinya dengan fase stasioner lebih besar dari fase gerak (Laurent, 2009). Setiap warna akan selalu sama. Namun, jika terdapat perubahan akibat pengaruh suhu, komposisi pelarutan dan sebagainya, maka nilai Rf tersebut akan berubah (Anonim, 2007). Rf =

Namun, jika kromatografi lapis tipis yang akan dideteksi pada substansi tidak berwarna dilakukan dengan cara pendarflour dan bercak secara kimia. Seperti yang telah disebutkan diatas, fase diam pada sebuah lempengan tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan ke dalamnya supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar UV. Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna (Anonim, 2009)

II.

ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan untuk percobaan keempat dalam identifikasi kandungan kimia secara KLT yaitu seperangkat alat kromatografi. Bahan yang digunakan untuk percobaan keempat dalam identifikasi kandungan kimia secara KLT yaitu estrak simplisia, silica gel GF254, asam asetat 15%, heksan : etil asetat ( 1 : 1)

III.

CARA KERJA Silica Gel GF254 dimasukan kedalam oven beberapa menit dibuat garis start setinggi 1 cm dari tepi bawah dengan pensil diatas garis start setinggi 8 cm dibuat garis front dibuat satu titik pada garis start dititik ditetesi ekstrak simplisia ditunggu sampai kering danterlihat warnanya dimasukan ke chamber ditutup rapat dibiarkan eluen naik sampai garis front diangkat lepeng silica gel dideteksi dengan sinar UV

Data

diukur jarak yang terbentuk oleh bercak simplisia dari garis start dihitung Rf

IV.

HASIL PERCOBAAN

Panjang silica gel = 8,3 cm Lebar silica gel Rf = = = 0,952 HRf = Rf x 100 = 0,952 x 100 V. PEMBAHASAN Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya yag dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis bisa digunakan dengan kromatogram atau perhitungan Rf atau pengidentifikasian senyawa-senyawa. = 9,52 = 2,1 cm

Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarnaan yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna. Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya. Jika kromatografi lapis tipis yang akan dideteksi pada substansi tidak berwarna dilakukan dengan cara pendaflour dan bercak secara kimia. fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Fase diam yang digunakan dalam percobaan ini adalah gel silica yang memiliki mekanisme sorpsi adsorbsi. Gel silica dapat digunakan pada senyawasenyawa yang mengandung asam amino, hidrokarbon, vitamin, dan alkaloid. Kebanyakan fase diam dikontrol keajegan ukuran partikel dan luas permukaannya (Rohman, 2007). Gel silica adalah bentuk dari silikon dioksida (silica). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan gel silica terdapat ikatan Si-OH selain Si-O-Si. Permukaannya sangat polar dan karenanya gugus OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol (Clark, 2007). Eluen adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluen sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Eluen dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorbsinya pelarut atau

campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silica. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silica). Sistem fase gerak KLT yang paling sederhana ialah campuran dua pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sangat sensitif. Daya elusinya pun harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. Percobaan diatas dapat menghasilkan kesimpulan bahwa percobaan dengan menggunakan fase gerak1 yang merupakan campuran dari asam asetat 15% dan aquades kurang optimal, sedangkan percobaan dengan menggunakan fase gerak2 yang merupakan campuran dari kloroform dan aetil asetat lebih optimal. Hal ini dikarenakan fase gerak1 memiliki nilai Rf lebih dari 0,8, sementara fase gerak2 memiliki nilai Rf diantara 0,2-0,8. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda. Untuk memperoleh reprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedkit 0,5 l. Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 l maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antartotolan. Penotolan ini lebih baik menggunakan pensil. Karena jika penotolan dilakukan dengan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. Ketika bercak dari campuran itu mengering, gel silica ditempatkan dalam sebuah chamber bertutup berisi eluen. Alasan untuk menutup chamber adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam chamber terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada gel silica, komponen-komponen yang berada dari campuran warna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari gel silica akan memberikan pemisahan maksimal

dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam. Reagen yang digunakan sebagai penampak bercak dalam KLT dapat dibedakan menjadi 2, yaitu reagen umum (yang berlaku untuk hampir semua senyawa organik) dan reagen selektif (yang hanya mendeteksi jenis atau golongan senyawa tertentu). Cepat lambatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan tergantung pada : 1. Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. 2. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silica. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silica (Haqiqi, 2008). 1. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada gel silica lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa sneyawa ini terjerap lebh kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan gel silica dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Kandungan kimia minyak atsiri bunga kenanga adalah golongan aldehid, keton aseton, furfural, benzaldehid, komponen bersifat basa (metilentranilat), golongan terpen (d-terpen), golongan fenol dan fenol eter (fenol, eugenol, isoeugenol, metil salisilat, benzil salisilat), alkohol dan ester (metil-benzoat, 1-linalool, terpineol, benzil alkohol, feni-etil alkohol, geraniol, fernesol), dan sesquisterpen (d-caryophyllen, sesquisterpenalifatis, 1-sesquisterpen, d-sesquisterpen). Kandungan minyak atsiri dari bunga kenanga yang komponen terbesarnya terdiri dari linalool, geraniol, eugenol yang menyebabkan bunga kenanga mempunyai aroma yang khas menyengat (Guenther, 1987 ).

Beberapa keuntungan KLT adalah : 2. 3. KLT banyak digunakan untuk tujuan analisis. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar UV. 4. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi dua dimensi. 5. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak (Rohman, 2007). V. KESIMPULAN 1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. 2. Kromatografi memiliki fase diam akan menahan komponen campuran dan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. 3. Kandungan minyak atsiri dari bunga kenanga yang komponen terbesarnya terdiri dari linalool, geraniol, eugenol yang menyebabkan bunga kenanga mempunyai aroma yang khas menyengat. 4. Kandungan kimia minyak atsiri bunga kenanga adalah golongan aldehid, keton aseton, furfural, benzaldehid, komponen bersifat basa

(metilentranilat), golongan terpen (d-terpen), golongan fenol dan fenol eter (fenol, eugenol, isoeugenol, metil salisilat, benzil salisilat), alkohol dan ester (metil-benzoat, 1-linalool, terpineol, benzil alkohol, feni-etil alkohol, geraniol, fernesol), dan sesquisterpen (d-caryophyllen, sesquisterpenalifatis, 1-sesquisterpen, d-sesquisterpen).

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus Dhonadony Laksono. 2011. Pemisahan Senyawa dengan kromatografi lapis

tipis.http://www.scribd.com/doc/32262173/Lapak-Praktikum-FarmakologiIII. Diakses tanggal 07 Juni 2011 Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_lapis_t ipis/. Diakses tanggal 07 Juni 2011. Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I . Terjemahan S. Ketaren. UI Press, Jakarta. Haqiqi, S.H. 2008. Kromatografi Lapis Tipis. http://d4him.files.wordpress.com/2009/02/paper-kromatografi-lapistipis.pdf. Diakses tanggal 06 Juni 2010. Rgmaisyah. 2009. Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography) http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/10/10/kromatografi-lapis-tipis-thinlayer-chromatography/. Diakses tanggal 07 juni 2011. Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

You might also like