Professional Documents
Culture Documents
Salah satu produk perikanan budidaya dikembangkan melalui Intensifikasi Budidaya (INBUDKAN) adalah rumput laut. yang Ikan
Hingga saat ini budidaya rumput laut telah berkembang di Bali, Lombok, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan daerah Pantura Jawa Tengah. Kendala utama budidaya rumput laut adalah adanya penyakit ice-ice. Ancaman terhadap penyebaran infeksi penyakit ice-ice pada budidaya rumput laut di Indonesia telah mendorong pencarian solusi yang meliputi; (1) program diagnosis cepat penyakit ice-ice, (2) sosialisasi dan aplikasi sistim budidaya yang baik dengan menerapkan sistim budidaya berbasis biosecurity dan (3) penyediaan bibit tahan dan bebas penyakit. Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah buku petunjuk pengendalian penyakit ice-ice pada budidaya rumput laut. Penyusunan buku ini telah diusahakan memberikan informasi yang terbaru mengenai semua aspek penyakit iceice pada rumput laut, pencegahan dan pengendaliannya. Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkecimpung dalam budidaya rumput laut.
Ttd
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................... 1 DAFTAR ISI...................................................................... 2 DAFTAR GAMBAR ......................................................... 3 1. PENDAHULUAN........................................................ 5 1.1. Latar Belakang........................................................ 5 1.2. Tujuan .................................................................... 7 2. RUMPUT LAUT DAN ICE-ICE ................................ 8 2.1. Rumput Laut ........................................................... 8 2.2. Penyakit Ice-ice ...................................................... 9 3. PENGENDALIAN ..................................................... 13 3.1. Bibit Rumput Laut ................................................. 13 3.2. Desinfeksi Bibit ..................................................... 13 3.3. Manajemen Kesehatan Rumput Laut ...................... 13 3.3.1. Lokasi .................................................... 13 3.3.2. Teknik Budidaya .................................... 14 3.3.3. Musim Tanam ........................................ 15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Thallus Eucheuma yang Terinfeksi Ice-ice........ 11 Gambar 2. Rumput Laut yang Mengalami Infestasi Epifit .. 11
TIM PENYUSUN
Kamiso HN Darnas Dana Endhay Kusnendar Hambali Supriyadi M. Murdjani Agus Irianto Edward Danakusumah Fachrian H. Pasaribu Arief Taslihan Djumbuh Rukmono Taukhid Tri Aristiyani Nila Widodari Endang Sulistiawati Andi Rahman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah
1.1.
pulau 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 81.000 km merupakan aset negara yang cukup besar untuk pengembangan budidaya laut. Salah satu komoditas budidaya laut yang mempunyai prospek cerah adalah rumput laut atau seaweed. Rumput laut sebagai komoditas unggulan dalam program Intensifikasi Budidaya Perikanan (INBUDKAN) mempunyai prospek pasar yang baik. Rumput laut sebagai bahan pasokan produk dalam negeri maupun internasional dan secara langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pantai dan tambak. Pengembangan budidaya rumput laut meningkat cepat terutama pada tahun 1999 di NTB dan tahun 2000 di Sulawesi Tengah. Walaupun demikian hasil produksi tersebut
sebenarnya masih dapat meningkat lagi, hal ini antara lain disebabkan terjadinya kesalahan manajemen, bibit kurang baik dan serangan penyakit. Sebagian besar rumput laut Indonesia masih diekspor keluar negeri dalam bentuk bahan mentah, hanya sebagian kecil saja yang telah diperdagangkan dalam bentuk semi refine
1.2.
Tujuan Meningkatkan pemahaman tentang penyakit ice-ice pada rumput laut. Memberikan acuan teknis pengendalian
digunakan sebagai bahan baku lebih dari lima ratus jenis produk makanan, farmasi, kedokteran, kertas dan kosmetika. Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia umumnya Eucheuma dan Gracilaria. Adapun luas efektif
lahan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya 222.000 ha dan potensi produksi sekitar 4.400.000 ton berat kering. Dengan pemanfaatan lahan baru sekitar 60.000 ha dengan produksi 228.000 ton berat kering (sekitar 5% dari potensi produksi). Beberapa masalah yang ditemukan dalam
pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia adalah: Belum ada kajian menyeluruh mengenai pengembangan budidaya rumput laut. Belum ada tata ruang yang jelas kawasan pengembangan budidaya. Belum berkembangnya seaweed center yang mendukung pengembangan budidaya. Banyaknya gangguan hama dan penyakit rumput laut terutama ice-ice, serta keterbatasan informasi pengendaliannya. teknik kawasan
runcing atau tumpul dan percabangannya tidak teratur. Jenis Eucheuma spp. hidup di daerah pasang surut
2.1.
dengan kedalaman air sekitar 1 5 m pada waktu surut terendah. Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan sinar matahari yang berguna untuk proses fotosintesa, memerlukan pH untuk pertumbuhan 6 9 (pH optimal 7,5 8,0) dan salinitas air 28 - 34 ppt (bagian perseribu). Nutrien yang dibutuhkan oleh rumput laut diperoleh dari dalam air. termasuk famili dalam kelas Rumput laut tumbuh dengan baik pada
o
komersil di Indonesia adalah jenis alga merah Eucheuma spp. Eucheuma spp. dibudidayakan terutama di perairan laut di Indonesia. Gracilaria sp. merupakan jenis alga merah yang dapat dibudidayakan di tambak. Jenis Rhodophycea, Eucheuma ordo spp.
C.
Gigartinales,
Silieriaceae,
Transparansi yang baik untuk budidaya rumput laut adalah 1,5 meter. Kecepatan arus yang baik berkisar 20 - 40 cm/detik.
mempunyai thallus yang silindris, berduri kecil-kecil yang menutupi thallus, percabangannya tidak teratur sehingga merupakan lingkaran, ujungnya runcing berwarna coklat ungu atau hijau kuning. Jenis ini mengandung karagenan yang
2.2.
Penyakit Ice-ice
Ice-ice merupakan penyakit yang banyak menyerang
bermanfaat sebagai bahan pengental (gelling agent), penetral dan solidified agent, serta dapat berfungsi sebagai pupuk. Ada tiga spesies Eucheuma yang dibudidayakan, yaitu:
rumput laut. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak merah pada sebagian yang lama
kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya berangsurangsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah putus. Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang menjadi putih, thallus menjadi putih dan membusuk.
E. cottonii, E. spinosum, dan E. edule. Perbedaan dari ketiga jenis ini ditunjukkan oleh bentuk nodula dan spina yang ada di thallus. Pada E. spinosum, spina merupakan duri-duri kecil yang menutupi thallus dengan cabangnya yang runcing, jarak percabangan dan garis tengah teratur. Pada jenis E. cottonii,
Stress yang diakibatkan perubahan kondisi lingkungan yang mendadak yaitu perubahan salinitas, suhu air dan intensitas cahaya, merupakan faktor utama yang memacu timbulnya penyakit ice-ice. Ketika rumput laut mengalami stress akan memudahkan infeksi patogen. Pada keadaan
Infeksi akan bertambah berat akibat serangan epifit yang menghalangi penetrasi sinar matahari sehingga tidak memungkinkan (Gambar 2). rumput laut melakukan fotosintesa
stress, rumput laut (misalnya: Gracilaria, Eucheuma atau Kappaphycus) akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah di sekitarnya. Kejadian penyakit ice-ice bersifat musiman dan menular. Faktor predisposisi atau pemicu lain adalah serangan hama seperti ikan baronang (Siganus spp.), penyu hijau (Chelonia midas), bulu babi (Diadema sp.) dan bintang laut (Protoneostes) menyebabkan luka pada thallus. Luka akan memudahkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian tersebut menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya, pada bagian tersebut mudah patah, dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri penyakit ice-ice. Infeksi ice-ice menyerang
Gambar 1. Thallus Eucheuma yang terinfeksi ice-ice
pangkal thallus, batang dan ujung thalus muda, menyebabkan jaringan menjadi berwarna putih (Gambar 1). Pada umumnya penyebarannya secara vertikal (dari bibit) atau horizontal melalui perantaraan air.
Gambar 2. Rumput laut yang mengalami infestasi epifit
10
11
Bakteri yang dapat diisolasi dari rumput laut dengan gejala ice-ice adalah Pseudoalteromonas gracilis, Pseudomonas sp., dan Vibrio sp. Agarase dari bakteri merupakan salah satu faktor virulen yang berperan terhadap infeksi ice-ice.
PENGENDALIAN
Bibit Rumput Laut
Kualitas bibit sangat menentukan produktivitas,
3.1.
kualitas
produk
dan
ketahanan
terhadap
penyakit.
Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian penyakit ice-ice. Philiphina telah
memiliki bibit unggul, yaitu Kappaphycus striatum galur saccol yang tahan terhadap ice-ice.
3.2.
Desinfeksi Bibit
Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara
3.3
12
13
Kecepatan arus 20 40
Dasar Perairan karang dan berpasir Kedalaman Air minimal 2 meter saat air surut terendah, maksimum 15 meter.
Kecerahan perairan, sinar matahari harus dapat mencapai posisi rumput laut.
kurang baik penanaman rumput laut hanya ditujukan untuk penyediaan bibit.
14
15
16