You are on page 1of 3

Jenis jenis Sinaps Menurut media perantaranya dibagi menjadi 2. Yang pertama adalah Sinaps Kimiawi.

Neurotransmitternya adalah senyawa kimia, contohnya asetilkolin, GABA, dan serotonin. Hampir semua sinaps yang dipakai untuk menjalankan sinyal pada system saraf pusat adalah sinaps kimia. Sifatnya satu arah. Kedua adalah Sinapsis Listrik. Pada sinapsis ini, listrik adalah sebagai media penghantar sinyal melalui gap junction. Contohnya, system saraf pusat, otot polos visceral, dan otot jantung. Menurut hubungan neuron presinaps dan postsinaps, sinapsis dibagi menjadi 2. Yang pertama adalah konvergen. Pada konvergen, beberapa sel presinaps membentuk sinaps dengan satu sel postsinaps. Pada divergen, satu sel presinaps membentuk sinaps dengan beberapa sel postsinaps. Menurut letak presinaps dan postsinaps dibagi menjadi 3. Yang pertama adalah Axo-somatic, axonnya membentuk sinaps dengan badan sel. Yang kedua adalah Axodendrit, axonnya bertemu dengan dendrit. Yang terakhir Axo-axonic, axonnya bertemu dengan axon yang lain. Menurut perubahan permeabilitas di neuron postsinaps akibat diinduksi, dibagi menjadi 2. Yang pertama adalah sinaps eksitatorik. Respons terhadap kombinasi neurotransmitter reseptor adalah pembukaan saluran Na+ dan K+ di dalam membran subsinaps, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas terhadap kedua ion tersebut. Terjadi depolarisasi di postsinaps karena ion Na+ masuk melalui saluran dan menyebabkan bagian dalam lebih positif dari bagian luar neuron. Akibat depolarisasi ini membran neuron postsinaps mendekati ambang letup dan meningkatkan kemungkinan terjadinya potensial aksi. Perubahan potensial post sinaps yang terjadi di sinaps eksitatorik disebut eksitatori postsynaptic potensial (EPSP) Yang kedua adalah sinaps inhibitorik. Kombinasi perantara kimiawi yang dilepaskan dengan reseptornya meningkatkan permeabilitas membran sinaps terhadap K+ atau Cl-. Hal tersebut menyebabkan perpindahan ion-ion yang menimbulkan hiperpolarisasi kecil di neuron pascasinaps. Hiperpolarisasi mengakibatkan neuron postsinaps menjauhi ambang letup. Pada keadaan ini, membran dikatakan mengalami inhibisi, dan hiperpolarisasi di sel postsinaps disebut inhibitori postsynaptic potensial (IPSP)

Mekanisme kerja sinaps


Na+ masuk ke akson secara terus menerus lalu berjalan menuju akson terminal. Setelah Na+ menumpuk di akson terminal mengakibatkan gerbang untuk masuknya Ca2+ terbuka sehingga Ca2+ masuk ke akson terminal. Akibat lanjut dari ca2+ adalah pecahnya vesikel sinaps dan mengeluarkan neurotransmitter. Neourotransmitter yang keluar menyebar dan menuju ke reseptornya masing-masing. Setelah neurotransmitter menempati reseptornya chemical gate akan terbuka lalu ion-ion Na+ akan masuk ke postsinaps melalui chemical gate.

Biolistrik
Biolistrik adalah terbentuknya potensial listrik pada membran sel yang melibatkan transport ion. Perubahan potensial yang terbentuk adalah akibat dari stimulus. Stimulus ion positif akan menyebabkan depolarisasi dan sebaliknya stimulus ion negatif akan menimbulkan hiperpolarisasi. Local respon adalah suatu respon yang timbul bila rangsang yang diberikan tidak cukup kuat untuk mencapai ambang letup. Respon ini hanya bersifat setempat dan tidak bisa disebrangkan. Potensial aksi timbul bila suatu rangsang yang menyebabkan depolarisasi menapai ambang letup suatu neuron atau sel otot. Pada potensial aksi terjadi peningkatan permeablitas membran secara menyeluruh terhadap ion Na+

Fase fase yang terjadi pada potensial aksi antara lain : Fase depolarisasi. Fase ini adalah fase dimana stimulus menyebabkan perubahan permeabilitas pada membran disini membran lebih permeabel terhadap ion Na+ dan mengakibatkan ion Na+ masuk kedalam akson. Akibat dari Na+ masuk dibagian dalam membran lebih positif dibanding bagian luar membran. Karena dibagian dalam lebih positif terjadi depolarisasi menuju ke ambang letup. Akibat lanjut dari fase ini membran lebih permeabel lagi terhadap ion Na+ sehingga ion Na+ terus menerus masuk. Fase overshoot. Fase ini adalah fase apabila depolarisasi mencapai ke ambang letup. Fase repolarisasi. Disini adalah fase dimana terjadi hiperpolarisasi menuju ke fase istirahat. Di fase ini membran permeabel terhadap ion K+ sehingga ion K+ keluar dari membran. Akibatnya membran didalam menjadi lebih negatif dari pada di luar membran. Fase after hiperpolarisasi. Fase ini adalah dimana fase setelah repolarisasi dimana dapat terjadi depolarisasi selanjutnya. Pada fase ini selanjutnya dapat terjadi masa refrakter relatif Masa refrakter adalah suatu periode didalam suatu potensial aksi dimana kepekaan terhadap rangsang berkurang masa refrakter dibagi dua pertama ialah masa refrakter absolut. Pada masa ini rangsang sebesar apapun tidak akan menimbulkan poternsial aksi baru. Masa ini terjadi pada saat fase overshoot. Kedua adalah masa refrakter relaatif. Pada masa ini dibutuhkan rangsang yang lebih besar untuk dapat menimbulkan potensial aksi baru. Potensial aksi yang tercetus akan dihantarkan ke sepanjang akson untuk kemudian disampaikan ke sel berikutnya. Mekanisme penyampaian terjadi melalui sinaps.

Mekanisme kontraksi otot


Sinaps di otot melepaskan neurotransmitter untuk menempati reseptor di otot

dan membuka chemical gate di otot sehingga ion ion Na+ bisa masuk. Ion ion Na+ yang masuk menuju ke tubulus T. karena ada Na+ terjadi depolarisasi menyebabkan terjadinya potensial aksi. Potensial aksi tersebut menyebabkan Retikulum sarkoplasma melepaskan Ca2+ kemudian ion kalsium ini mengikat triponin C yang menyebabkan molekul tropomiosin bergerak lebih masuk ke dalam alur dari pilinan ganda aktin sehingga membuka bagian filamen aktin yang tadinya tertutup. Jadi Ca2+ membuka tempat ikatan aktif myosin pada ikatan tipis yang memungkinkan kepala-kepala myosin terayun pada leher mereka dan melekat pada aktin dan memulai mekanisme kontraksi.

Dalam keadaan kontraksi serat serat otot menjadi lebih pendek dan lebih tebal. dengan mikroskop kontras fase dan mikroskop interferens ternyata bahwa dalam keadaan kontraksi pita anisotrop (A) tetap panjangnya, sedangkan pita isotrop (I) dan (H) keduanya menyempit, walaupun filamen tebal tidak berubah panjangnya kontraksi ini terjadi oleh mekanisme pergeseran filamen yang meliputi perubahan posisi kedua set miofilamen, filamen tipis bergeser dianatara filamen tebal dan tertarik kearah dalam menuju garis M. hal ini menarik garis garis Z yang berhadapan untuk saling mendekati dengan demikian memendekan sarkomer, pita pita I dan H menyempitkan dan akhirnya hilang pada kontraksi penuh dan ujung ujung filamen tebal mencapai garis.

You might also like