You are on page 1of 5

3 LANGKAH TERPADU ANTISIPASI KASUS GIZI BURUK

Tanggal : 8 March 2010 | Oleh : Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

Salah satu tujuan program Millenium Development Goals (MDG) adalah penanggulangan kasus gizi buruk. Selain kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, faktor kepedulian orangtua, penyakit infeksi, cacad bawaan juga merupakan faktor penyebab anak penderita gizi buruk, sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh bahkan menyebabkan kematian. Sehubungan dengan hal tersebut, upaya antisipasi dilakukan melalui langkah terpadu dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kasus gizi buruk. 1. Kunjungan Aktif Ibu Bayi/Balita ke Posyandu Menghimbau kepada ibu yang mempunyai bayi dan balita agar aktif menimbang anaknya setiap bulan di posyandu/fasiltias kesehatan. Bagi yang tidak berkunjung ke posyandu, sebaiknya diadakan kunjungan langsung (sweeping) oleh kader posyandu bersama petugas kesehatan untuk menimbang bayi dan balita yang belum diperiksa di posyandu 2. Pelacakan Dini Kasus Gizi Buruk Melakukan pelacakan/survey kasus gizi buruk bekerja sama dengan instansi lintas sektoral, kader posyandu serta kelompok dasa wisma/PKK, RT/RW, tokoh masyarakat untuk mencari dan melaporkan kalau ada kasus gizi buruk ke puskesmas setempat. 3. Intervensi Terpadu Kasus Gizi Buruk Melakukan intervensi penanganan kasus gizi buruk secara lintas program antara dokter, ahli gizi, perawat, bidan serta petugas kesehatan lainnya dengan menerapkan Standar Tata laksana Gizi Buruk (Asuhan Gizi) dan Asuhan Keperawatan dan hasilnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan, dalam waktu 124 jam. Uraian langkah terpadu antisipasi kasus gizi buruk ini dikembangkan dari surat edaran, pada awal bulan Maret ini, dari Dinas Kesehatan Kota Kendari, No.441.1/3010, yang ditujukan kepada para Kepala Puskesmas se-Kota Kendari, untuk dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Pentingnya upaya keterpaduan penanganan penderita gizi buruk, khususnya yang ada di wilayah kerja puskesmas. (TuSuda)
http://www.puskel.com/3-langkah-terpadu-antisipasi-kasus-gizi-buruk/

4 MANFAAT BUDIDAYA TANAMAN OBAT KELUARGA DI PUSKESMAS


Tanggal : 21 January 2010 | Oleh : Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |

TANAMAN obat keluarga, sering disingkat Toga, pada awalnya dimanfaatkan sebagai rempah-rempah bumbu pelengkap masakan tradisional terutama pada kehidupan keluarga di daerah pedesaan. Kini Toga telah dibudidayakan secara khusus sesuai lingkungannya, untuk pilihan pertolongan pertama metoda pengobatan tradisional sebagai salah satu cara terapi alternatif. Budidaya Toga juga dilakukan didaerah perkotaan dengan memanfaatkan halaman disekitar pekarangan rumah masyarakat. Biasanya dikaitkan dengan kegiatan program pokok PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) pada setiap kelompok dasa wisma di lingkungan RT/RW per kelurahan. TERKAIT dengan cara pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga pada setiap halaman rumah tangga masyarakat, sangat tepat juga bisa dikembangkan pada halaman puskesmas. Ada beberapa manfaat bila Toga telah dibudidayakan disekitar halaman puskesmas, sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat. 1. Menjadi Ajang Promosi Kesehatan Lingkungan Mengajak kesadaran masyarakat menanam tanaman yang bernilai guna. 2. Melengkapi Informasi Pilihan Pengobatan Alternatif Tampilan Toga dilengkapi dengan papan nama jenis tanaman dan manfaatnya 3. Memberi Contoh Cara Pemanfaatan Lingkungan Pekarangan Menunjukkan langsung bagaiamana cara memanfaatkan areal pekarangan rumah 4. Menambah Nilai Keasrian dan Kesejukan Halaman Puskesmas Tanaman yang tumbuh segar menambah kesejukan dan keasrian halaman puskesmas

TANAMLAH apa yang bisa ditanam di sekitar halaman rumah atau perkantoran, apalagi tanaman obat keluarga, yang sangat bermanfaat sebagai tempat apotek hidup dan pelengkap keperluan bumbu masakan keluarga. Seperti halnya bagaimana nilai tambah yang bisa dirasakan saat penataan halaman perkantoran khususnya puskesmas. Melalui budidaya Toga, diharapkan bisa berguna sebagai pilihan alternatif pertolongan pertama, menjaga kesehatan keluarga. (created by TuSuda)
http://www.puskel.com/4-manfaat-budidaya-tanaman-obat-keluarga-di-puskesmas/

Pelatihan Selfcare Ramuan dan Pemanfaatan TOGA


Tanggal : 24 April 2012 | Oleh : Putu Sudayasa | Skip ke Komentar | 1. Latar Belakang Saat ini pelayanan kesehatan tradisional semakin diminati masyarakat dan menjadi salah satu pilihan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional telah berkembang dengan pesat, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri meskipun belum mempunyai cukup bukti ilmiah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010, persentase penduduk Inonesia yang pernah mengkonsumsi jamu/obat tradisional pada semua kelompok umur laki-laki dan perempuan, baik di pedesaan maupun perkotaan adalah sebanyak 59,12 %. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pengembangan dan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional mengarahkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional harus aman, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009, tentang kesehatan pada pasal 48 dikatakan bahwa Upaya Kesehatan harus diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan, salah satunya melalui kegiatan pelayanan kesehatan tradisional. 2. Maksud dan Tujuan Melihat pentingnya pengembangan pelayanan kesehatan tradisional tersebut, maka Kementerian Kesehatan telah melaksanakan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan tentang Self Care Ramuan dan Pemanfaatan TOGA, dengan melatih tenaga kesehatan medis puskesmas dari 20 Provinsi se Indonesia. Kegiatan tersebut bertujuan agar setiap peserta pelatihan mampu memahami Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional dan menjelaskan konsep dasar integrasi pelayanan kesehatan tradisional ramuan di puskesmas. PELAKSANAAN PELATIHAN

1. Tempat : Hotel Marina Aston, Jakarta 2. Waktu : selama 8 hari, dari tanggal 11-18 April 2012 (70 jam) 3. Peserta : sebanyak 68 orang tenaga kesehatan 4. Materi : Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional Kebijakan Pengembangan Tanaman Obat Revitalisasi Kebijakan Dasar Puskesmas, Konsep TOGA, Pengenalan tanaman obat yang ada dalam TOGA, Diagnostik dan Penatalaksanaan, Teknik Budidaya dan Pasca Panen Primer Tanaman Obat, Konsep Selfcare, Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Manajemen Program Pelayanan Kesehatan di Puskesamas, Keamanan dan Khasiat Jamu dari sisi pandang Farmakologi, Teknik Meramu Obat Tradisional, Tatalaksana Pemberiaan Pelayanan Kesehatan Tradisional Manfaat Tanaman Obat bagi Kesehatan, Pembinaan Pengobat Tradisional di wilayah kerja Puskesamas, Praktek Kerja Lapangan di BaliTRO dan Taman Sringanis Bogor. 5. Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek Lapangan, Bermain Peran, Penugasan 6. Tindak Lanjut : Telah disusun rumusan tindak lanjut (RTL) secara personal, seperti : sosialisasi hasil pelatihan, pembuatan TOGA di puskesmas, pendataan dan pembinaan pengobat tradisional di wilayah kerja puskesmas.

Melalui hasil pelatihan tersebut, setiap peserta pasca latih dapat menerapkan pelayanan kesehatan tadisional di tempat tugas masing-masing, dengan upaya promotif dan preventif. Kondisi ini memerlukan dukungan kebijakan dari dinas kesehatan setempat, organisasi profesi kedokteran serta koordinasi dengan lembaga lintas sektoral terkait, untuk tindak lanjut pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan taman obat keluarga. (Dirangkum dari Laporan dr. Putu Agustin Kusumawati,SKed., Kepala Puskesmas Lepo-lepo, Kota Kendari)
http://www.puskel.com/pelatihan-selfcare-ramuan-dan-pemanfaatan-toga/

http://www.fik.ui.ac.id/pkko/?page=proses_cari_artikel_riset

You might also like