Professional Documents
Culture Documents
I. A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
Pasal 58 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan: ayat (1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Ayat (2) Sistem pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan perturan pemerintah. Kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagai peraturan pelaksana dari UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah suatu proses yang integral pada tindakan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai, untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan instansi melalui kegiatan yang efektif, dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam rangka pengendalian pelaksanaan program/kegiatan untuk mewujudkan penyelenggaraan pembangunan pertanian dan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan Hal 1
guna mendukung pelaksanaan sistem pengendalian intern, diperlukan kerjasama yang sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagaimana yang diamanatkan Pasal 47 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing. Untuk itu, diperlukan Petunjuk Teknis sebagai bahan acuan pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan program/kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga mengurangi kesalahan/ penyimpangan. B. Dasar Hukum Dasar hukum yang terkait dengan penyusunan petunjuk teknis Sistem Pengendalian Intern (SPI) Badan Ketahanan Pangan antara lain: 1. UndangUndang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 2. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);
Hal 2
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 23/ Permentan/OT.140/ 5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern Departemen Peranian. 7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/ Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 8. Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 03.1/KPTS/OT.140/K/01/2010 tentang Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern Badan Ketahanan Pangan C. Tujuan Tujuan disusunnya Petunjuk Teknis Sistem Pengendalian Intern adalah sebagai petunjuk pengendalian program/kegiatan dan pengelolaan Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN), Dana Dekonsentrasi, maupun Dana Tugas Pembantuan yang efektif, dan efisien serta taat asas guna terciptanya keandalan pelaporan keuangan dan pengamanan aset negara. Selain itu, juga untuk melengkapi hal-hal yang belum dijelaskan dalam Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern Badan Ketahanan Pangan. Petunjuk Teknis ini juga dapat digunakan bagi propinsi dan kabupaten/kota dalam melakukan pengendalian intern pada unit kerjanya. Hal 3
D. Sasaran Sasaran dari pengguna Petunjuk Teknis Sistem Pengendalian Intern Badan Ketahanan Pangan adalah: (a) Pimpinan Eselon I, II, III, IV, Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Keuangan, Pejabat Pembuat Komitmen, Tim Satlak PI; (b) Aparat Provinsi dan Kabupaten/Kota, Tim Satlak PI Provinsi, Tim Satlak PI Kabupaten/Kota yang akan melaksanakan Sistem Pengendalian Intern pada unit kerjanya.
Hal 4
II. ORGANISASI DAN TATA KERJA A. Pengorganisasian Dalam rangka pelaksanaan sistem pengendalian intern, perlu dibangun lingkungann pengendalian yang baik, salah satunya dengan membentuk organisasi pelaksana kegiatan SPI Badan Ketahanan Pangan yang mengacu pada Pedoman Umum (Pedum) Sistem Pengendalian Intern Badan Ketahanan Pangan. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh Tim Satuan Pelaksana (Satlak) Pengendalian Intern Badan/ Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani Ketahanan Pangan di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Apabila dipandang perlu Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat menguraikan lebih rinci kedalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) maupun Petunjuk Teknis (Juknis). B. Tata Kerja Pelaksanaan SPI dilakukan secara berjenjang mulai dari Tim Satlak Pengendalian Intern Kabupaten/Kota, hingga Provinsi, dan Pusat seperti dijelaskan berikut ini: 1. Tingkat Pusat a. Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian selaku Pembina SPI Kementerian Pertanian;
Hal 5
b. Kepala Badan Ketahanan Pangan selaku penanggung jawab SPI lingkup Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian; c. Sekretaris Badan Ketahanan Pangan selaku Ketua Tim Satlak Pengendalian Intern Badan Ketahanan Pangan; d. Pejabat Eselon III (Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian) yang menangani Monitoring dan Evaluasi (MONEV) selaku sekretariat pengendalian intern Badan Ketahanan Pangan; e. Anggota Tim Satlak Pengendalian Intern selaku pelaksana harian SPI. 2. Tingkat Provinsi a. Gubernur selaku penanggung jawab, atas keberhasilan penerapan dan pelaksanaan SPI, guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan di wilayahnya. b. Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani Ketahanan Pangan selaku pelaksana harian SPI, guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan di wilayahnya.
Hal 6
3. Tingkat Kabupaten/Kota a. Bupati/Walikota selaku penanggung jawab, atas keberhasilan penerapan dan pelaksanaan SPI, guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan di wilayahnya. b. Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani Ketahanan Pangan selaku pelaksana harian SPI, guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan di wilayahnya. C. Kewenangan dan Uraian Tugas 1. Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian Inspektorat Jenderal, Kementerian Pertanian sebagai Pembina Sistem Pengendalian Intern di lingkungan Kementerian Pertanian mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun Pedoman Umum dan Modul SPI Kementerian Pertanian; b. Menunjuk dan menetapkan organisasi satuan pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian; c. Melakukan sosialisasi dan penerapan SPI Kemeterian Pertanian; Hal 7
d. Pembinaan penerapan/pelaksanaan SPI Kementerian Pertanian, dalam bentuk: memberikan bimbingan, supervisi, dan pelatihan. 2. Badan Ketahanan Pertanian Pangan Kementerian
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bertanggung jawab atas pelaksanaan SPI di lingkungan unit kerjanya. Pelaksanaan pengendalian didelegasikan kepada pimpinan Eselon II, dalam hal ini Sekretaris Badan Ketahanan Pangan selaku Ketua Tim Satlak Pengendalian Intern, bersama anggota Tim Satlak untuk melakukan pengendalian secara berkala, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun. Tugas dan tanggung jawabnya antara lain: a. Menunjuk dan menetapkan Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) di unit kerja; b. Menyusun triwulan; Program Kerja Tahunan dan
c. Menyusun Pedoman Umum SPI; d. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) SPI e. Menyusun (SOP); Standar Operating Prosedure
Hal 8
f. Sosialisasi Penerapan Pedoman SPI; g. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan SPI; h. Review SPI; i. Supervisi tentang efektivitas penerapan pedoman, membina, mengarahkan, dan pelatihan diberikan kepada pelaksana SPI di daerah. Supervisi dapat dilakukan dengan cara pemantauan terhadap pelaksanaan SPI, melalui kunjungan dan sistem pelaporan. Kerja Ketahanan
Gubernur menunjuk SKPD yang menangani Ketahanan Pangan sebagai pelaksana harian SPI untuk melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, meliputi: a. Pengendalian terhadap penerapan SPI; penyusunan dan
b. Menunjuk dan menetapkan satuan pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) unit kerjanya; c. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) SPI yang mengacu pada Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern Badan Ketahanan Pangan sebagai acuan pelaksanaan SPI diunit kerjanya, dan mendistribusikan ke Kabupaten/Kota;
Hal 9
d. Melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan SPI secara berkala sekurangkurangnya 1 (satu) kali setahun pada masing-masing unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya; e. Menyusun dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan SPI dilingkungan unit kerjanya kepada Gubernur selaku atasan langsungnya, dengan tembusan kepada Menteri Pertanian c.q. Badan Ketahanan Pangan, dan kepada Inspektorat Jenderal selaku Pembina SPI Kementerian Pertanian. 4. Badan/Kantor/Dinas/Unit Pangan Kabupaten/Kota. Kerja Ketahanan
Bupati/walikota menunjuk SKPD yang menangani Badan Ketahanan Pangan sebagai pelaksana harian Sistem Pengendalian Intern untuk melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) untuk program/kegiatan atau dengan sumber pendanaan dari tugas pembantuan, meliputi: a. Pengendalian terhadap penyusunan dan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI); b. Menunjuk dan menetapkan Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) di unit kerjanya;
Hal 10
c. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang mengacu pada Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang dikeluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan; d. Melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun pada masing-masing unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya;
Hal 11
3.
4.
6. 7. 8. 9.
10.
Hal 12
PENGENDALIAN
INTERN
Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggungjawaban kegiatan Instansi Pemerintah, pimpinan Instansi Pemerintah wajib menerapkan unsur Sistem Pengendalian Intern. Untuk memastikan, bahwa Sistem Pengendalian Intern sudah dirancang dan diimplementasikan dengan baik, perlu diperbaharui keadaan yang terus berubah dengan melakukan pemantauan secara terus-menerus. Secara khusus, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 43 Peraturan Pemerintah ini, pimpinan Instansi Pemerintah melakukan pemantauan antara lain melalui evaluasi terpisah atas Sistem Pengendalian Internnya masingmasing untuk mengetahui kinerja dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern serta cara meningkatkannya. Pemantauan juga berguna untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko utama seperti penggelapan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah kelola (mismanagement). Daftar Uji Pengendalian Intern Pemerintah dimaksudkan untuk membantu pimpinan Instansi Pemerintah dan evaluator dalam menentukan sampai seberapa jauh pengendalian intern suatu Instansi Pemerintah dan kegiatan yang dirancang dan berfungsi serta, jika perlu, untuk membantu menentukan apa, bagian mana, dan bagaimana penyempurnaan dilakukan.
Hal 13
Daftar Uji Pengendalian Intern Pemerintah terdiri dari lima bagian sesuai dengan unsur Sistem Pengendalian Intern: (1) lingkungan pengendalian; (2) penilaian risiko; (3) kegiatan pengendalian; (4) informasi dan komunikasi; (5) serta pemantauan. Masing-masing bagian berisi suatu daftar faktor utama yang harus dipertimbangkan saat mengevaluasi Sistem Pengendalian Intern terkait dengan masing-masing unsurnya. Faktor-faktor ini menggambarkan isu atau hal penting dari setiap unsur Sistem Pengendalian Intern. Termasuk dalam masing-masing faktor tersebut adalah butirbutir yang harus dipertimbangkan oleh pengguna pada saat melakukan evaluasi. Butir-butir tersebut dimaksudkan untuk membantu pengguna mempertimbangkan hal-hal spesifik yang menunjukkan seberapa jauh Sistem Pengendalian Intern berfungsi. Pengguna harus mempertimbangkan butir-butir tersebut untuk menentukan: (1) kesesuaian penerapan butir tersebut dalam situasi tertentu; (2) kemampuan Instansi Pemerintah dalam menerapkan butir tersebut; (3) kelemahan pengendalian yang mungkin terjadi; dan (4) pengaruh butir tersebut terhadap kemampuan Instansi Pemerintah dalam mencapai visi, misi, dan tujuannya.
Hal 14
Pada setiap butir diberikan ruang kosong untuk mencatat komentar atau catatan mengenai situasi terkait butir tersebut. Komentar dan catatan tidak berupa ya atau tidak, tetapi meliputi informasi mengenai bagaimana Instansi Pemerintah menangani masalah tersebut. Pengguna juga boleh menggunakan ruang kosong ini untuk mengindikasikan masalah yang ditemukan sebagai kelemahan pengendalian. Daftar uji ini juga dimaksudkan untuk membantu pengguna mengambil kesimpulan mengenai implementasi unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Instansi Pemerintah. Untuk itu, ruang kosong disediakan pada akhir setiap bagian untuk mencatat penilaian keseluruhan dan mengidentifikasi tindakan yang harus diambil atau dipertimbangkan. Ruang kosong tambahan juga disediakan untuk penilaian ringkas keseluruhan pada akhir daftar uji ini. Daftar Uji Pengendalian Intern Pemerintah dapat dijadikan panduan bagi pimpinan Instansi Pemerintah dan evaluator. Daftar uji ini hanya merupakan referensi awal serta dapat disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan risiko masing-masing Instansi Pemerintah. Dalam menerapkan daftar uji ini perlu dipertimbangkan tujuan Instansi Pemerintah dan aspek biaya-manfaat. Pengguna harus mempertimbangkan butir-butir yang relevan serta menghilangkan atau menambah butir lainnya jika perlu sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Instansi Pemerintah. Selain itu, pengguna
Hal 15
dapat mengatur ulang atau menyusun kembali butir-butir tersebut untuk memenuhi kebutuhannya dengan tetap mengikuti format unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern. A. LINGKUNGAN PENGENDALIAN Unsur sistem pengendalian intern yang pertama adalah lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian diwujudkan melalui: a. penegakan integritas dan nilai etika; b. komitmen terhadap kompetensi; c. kepemimpinan yang kondusif; d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia; g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait. Daftar uji berikut ini dimaksudkan untuk menilai tercapai tidaknya suatu lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dan manajemen yang sehat. Hal 16
2.
Instansi Pemerintah telah menyusun dan menerapkan aturan perilaku serta kebijakan lain yang berisi tentang standar perilaku etis, praktik yang dapat diterima, dan praktik yang tidak dapat diterima termasuk benturan kepentingan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut: a. Aturan perilaku tersebut sifatnya menyeluruh dan langsung berkenaan dengan hal-hal seperti pembayaran yang tidak wajar, kelayakan penggunaan sumber daya, benturan kepentingan, kegiatan politik pegawai, gratifikasi, dan penerapan kecermatan profesional. b. Secara berkala pegawai menandatangani pernyataan komitmen untuk menerapkan aturan perilaku tersebut. c. Pegawai memperlihatkan bahwa yang bersangkutan mengetahui perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, hukuman yang akan dikenakan terhadap perilaku yang tidak dapat diterima dan tindakan yang harus dilakukan jika yang bersangkutan mengetahui adanya sikap perilaku yang tidak dapat diterima. Suasana etis dibangun pada setiap tingkat pimpinan Instansi Pemerintah dan dikomunikasikan di lingkungan Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut: a. Pimpinan Instansi Pemerinta membina serta mendorong terciptanya budaya yang menekankan pentingnya nilai-nilai integritas dan etika. Hal ini bisa dicapai melalui komunikasi lisan dalam rapat, diskusi, dan melalui keteladanan dalam kegiatan sehari- hari. b. Pegawai memperlihatkan adanya dorongan sejawat untuk menerapkan sikap perilaku dan etika yang baik.
Hal 17
3.
4.
B. 1.
Hal 18
2.
3.
Hal 19
4.
C. 1.
2. 3.
Hal 20
4. 5. 6.
Hal 21
D. 1.
2.
Hal 22
3.
4.
E.
Hal 23
2.
3.
F. 1.
Hal 24
2.
3.
Hal 25
2.
3.
Hal 26
B. PENILAIAN RISIKO Unsur pengendalian intern yang kedua adalah penilaian risiko. Penilaian risiko diawali dengan penetapan maksud dan tujuan Instansi Pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan. Selanjutnya Instansi Pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun luar instansi. Terhadap risiko yang telah diidentifikasi dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan.
Hal 27
Pimpinan Instansi Pemerintah merumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan pengendalian risiko yang diperlukan untuk memperkecil risiko. Pimpinan Instansi Pemerintah atau evaluator harus berkonsentrasi pada penetapan tujuan instansi, pengidentifikasian dan analisis risiko serta pengelolaan risiko pada saat terjadi perubahan. Daftar uji berikut ini dimaksudkan untuk menilai efektivitas penilaian risiko yang dilaksanakan oleh pimpinan Instansi Pemerintah dalam rangka penerapan Sistem Pengendalian Intern.
No.
A. 1.
Komentar
Pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dengan berpedoman pada peraturan perundangundangan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a. Pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan tujuan Instansi Pemerintah secara keseluruhan dalam bentuk misi, tujuan dan sasaran, sebagaimana dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kinerja tahunan. b. Tujuan Instansi Pemerintah secara keseluruhan disusun sesuai dengan persyaratan program yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. c. Tujuan Instansi Pemerintah secara keseluruhan harus cukup spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu.
Hal 28
Komentar
3.
4.
B. 1.
Hal 29
Komentar
3.
4. 5.
6.
Hal 30
Komentar
C. 1.
2.
Hal 31
Komentar
Hal 32
Komentar
3.
4.
D. 1.
Hal 33
Komentar
2.
C. KEGIATAN PENGENDALIAN Unsur sistem pengendalian intern yang ketiga adalah kegiatan pengendalian. Kegiatan pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko.
Hal 34
Daftar uji berikut ini dimaksudkan untuk menilai tercapai tidaknya suatu lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dan manajemen yang sehat. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu Instansi Pemerintah dapat berbeda dengan yang diterapkan pada Instansi Pemerintah lain. Perbedaan penerapan disebabkan oleh perbedaan: (1) (2) (3) (4) (5) ini antara lain
visi, misi, dan tujuan; lingkungan dan cara beroperasi; tingkat kerumitan organisasi; sejarah atau latar belakang serta budaya; dan risiko yang dihadapi.
Kegiatan pengendalian terdiri atas: a. reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; b. pembinaan sumber daya manusia; c. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; d. pengendalian fisik atas aset; e. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; f. pemisahan fungsi; g. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
Hal 35
pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; j. akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan k. dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting. Daftar uji berikut ini dimaksudkan untuk menilai apakah kegiatan pengendalian intern pada suatu Instansi Pemerintah sudah memadai.
No.
A. 1.
i.
Komentar
2.
Hal 36
Komentar
3.
B. 1.
2.
Hal 37
Komentar
c.
C. 1.
PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA Pemahaman bersama atas visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi Instansi Pemerintah telah tercermin dalam rencana strategis, rencana kerja tahunan, dan pedoman panduan kerja lainnya dan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten kepada seluruh pegawai. Instansi Pemerintah memiliki strategi pembinaan sumber daya manusia yang utuh dalam bentuk rencana strategis, rencana kerja tahunan, dan dokumen perencanaan sumber daya manusia lainnya yang meliputi kebijakan, program, dan praktek pengelolaan pegawai yang akan menjadi panduan bagi Instansi Pemerintah tersebut. Instansi Pemerintah memiliki strategi perencanaan sumber daya manusia yang spesifik dan eksplisit, yang dikaitkan dengan keseluruhan rencana strategis, dan yang memungkinkan dilakukannya identifikasi kebutuhan pegawai baik pada saat ini maupun di masa mendatang. Instansi Pemerintah telah memiliki persyaratan jabatan dan menetapkan kinerja yang diharapkan untuk setiap posisi pimpinan. Pimpinan Instansi Pemerintah membangun kerja sama tim, mendorong penerapan visi Instansi Pemerintah, dan mendorong adanya umpan balik dari pegawai. Sistem manajemen kinerja Instansi Pemerintah mendapat prioritas tertinggi dari pimpinan Instansi Pemerintah yang dirancang sebagai panduan bagi pegawai dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.
2.
3.
4.
5.
6.
Hal 38
Komentar
8.
9.
10.
11.
12.
13.
D. 1.
Hal 39
Komentar
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Hal 40
Komentar
c.
Hal 41
Komentar
d.
e.
(2)
(3)
f.
Hal 42
Komentar
(3)
(4)
2.
Pengendalian Aplikasi a. Pengendalian Otorisasi (1) Instansi Pemerintah mengendalikan dokumen sumber. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut: (i) Akses ke dokumen sumber yang masih kosong dibatasi. (ii) Dokumen sumber diberikan nomor urut tercetak (prenumbered). (2) Atas dokumen sumber dilakukan pengesahan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut: (i) Dokumen sumber yang penting memerlukan tanda tangan otorisasi. (ii) Untuk sistem aplikasi batch,harus digunakan lembar kendali batch yang menyediakan informasi seperti tanggal, nomor kendali, jumlah dokumen, dan jumlah
Hal 43
Komentar
e.
Hal 44
Komentar
Hal 45
Komentar
2.
F. 1.
2.
3.
4.
G.
Hal 46
Komentar
H.
Hal 47
Komentar
I. 1.
2.
J.
Hal 48
Komentar
L.
Hal 49
Komentar
d.
e.
f.
g.
D. INFORMASI DAN KOMUNIKASI Unsur pengendalian intern keempat adalah informasi dan komunikasi. Instansi Pemerintah harus memiliki informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik informasi keuangan maupun nonkeuangan, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa eksternal serta internal. Hal 50
Informasi tersebut harus direkam dan dikomunikasikan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan lainnya di seluruh Instansi Pemerintah yang memerlukannya dalam bentuk serta dalam kerangka waktu, yang memungkinkan yang bersangkutan melaksanakan pengendalian intern dan tanggung jawab operasional. Daftar uji berikut ini dimaksudkan untuk menilai apakah InstansiPemerintah telah menerapkan unsur informasi yang tepat dan komunikasi secara baik sehingga menunjang Sistem Pengendalian Intern dan manajemen yang sehat.
No.
A. 1.
Komentar
Hal 51
Komentar
2.
Hal 52
Komentar
Hal 53
Komentar
2.
Hal 54
Komentar
Hal 55
Komentar
3.
Hal 56
E. PEMANTAUAN Pemantauan merupakan unsur pengendalian intern yang kelima atau terakhir. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern yang dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan. Daftar uji berikut ini dimaksudkan untuk menilai apakah Instansi Pemerintah telah menerapkan unsur pemantauan secara baik sehingga dapat menunjang Sistem Pengendalian Intern dan manajemen yang sehat.
Hal 57
Tanggapan
Hal 58
Tanggapan
3.
4.
Hal 59
Tanggapan
5.
6.
7.
Hal 60
Tanggapan
8.
B. 1.
Hal 61
Tanggapan
2.
Hal 62
Tanggapan
3.
4.
C. 1.
Hal 63
Tanggapan
2.
Hal 64
Tanggapan
Hal 65
Tanggapan
B.
PENILAIAN RISIKO Pimpinan Instansi Pemerintah sudah menetapkan tujuan keseluruhan Instansi Pemerintah yang jelas dan konsisten serta tujuan tingkatan kegiatan yang mendukungnya. Pimpinan Instansi Pemerintah sudah melakukan identifikasi risiko secara menyeluruh, mulai dari sumber internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi kemampuan Instansi Pemerintah dalam mencapai tujuannya. Analisis risiko sudah dilaksanakan, dan Instansi Pemerintah sudah mengembangkan
Hal 66
Tanggapan
Hal 67
Tanggapan
Hal 68