You are on page 1of 38

REFERAT

MATA MERAH VISUS TIDAK TURUN

Oleh : Miss Nurul Affizah bt Mat Kiah (03007298) Periode 8 Oktober 2012 10 November 2012 Pembimbing : Dr. Endang Riadiwati, SpM

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN MATA PERIODE 8 OKTOBER 2012 10 NOVEMBER 2012

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul MATA MERAH VISUS TIDAK TURUN. Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini, terutama kepada : 1. Dr. Endang R. Sp.M selaku pembimbing referat 2. Dr. Syamsurizal Sp.M 3. Rekan-rekan koasisten Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata RSUD Koja, periode 8 Oktober 10 November 2012 Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih ditemui banyak kekurangan , baik isi maupun format penyusunan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, saya selaku penyusun berharap referat mengenai Mata Merah Visus Tidak Turun ini dapat berguna bagi rekan-rekan sekalian.

Jakarta, Oktober 2012 Penyusun

Miss Nurul Affizah, 030.07.298

DAFTAR ISI

Halaman KATAPENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II PEMBAHASAN 3 Episkleritis 4 Skleritis 5 Perdarahan konjungtiva 5 Pterigium 6

Pinguekula 7 Konjungtivitis 8 Hordeolum 19 Kalazion 22 Entropion 24 Ektropion 26 Blefaritis 27 Sellulitis orbita 32 DAFTAR PUSTAKA 35 BAB I Pendahuluan1 Mata merah merupakan keluhan utama yang paling sering muncul pada penderita penyakit mata. Keluhan mata merah ini bervariasi dari yang ringan sampai yang disertai penurunan visus. Di sini, kita akan membahaskan tentang penyakit mata merah visus tidak turun.

Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Pada konjungtiva terdapat dua pembuluh darah yaitu arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi dan arteri siliar anterior atau episklera. Arteri siliar anterior/episklera memberikan tiga cabang yaitu arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan bergabung dengan arteri siliar posterior longus membentuk arteri sirkular mayor/pleksus siliar yang memperdarahi iris dan badan siliar,arteri perikornea memperdarahi kornea dan arteri episklera yang terletak dia atas sklera dan merupakan bagian arteri siliar anterior yang memberikan perdarahan ke dalam bola mata. Mata merah disebabkan pelebaran pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan akut. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah juga dapat terjadi akibat pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah di konjungtiva, sehingga darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva. Meskipun mata merah biasanya hasil dari kelainan yang tidak berarti, dalam beberapa kasus mungkin merupakan tanda serius dari kemungkinan kondisi yang mengancam penglihatan. Penegakan diagnosis yang tepat dan evaluasi dini merupakan hal yang sangat penting pada keluhan mata merah agar pegangan yang diberikan efektif, tepat dan efisien. BAB III Mata merah dengan visus normal 1. Episkleritis1,2 Merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera

Gejala Tanda

: mata merah, nyeri ringan, mata terasa kering, mengganjal, : Hiperemia terbatas (mata merah satu sektor), benjolan

silau, pedih dan berair, umumnya mengenai satu mata. setempat, batas tegas sehingga mata berwarna merah muda atau ungu. Infiltrasi, kongesti dan kemotik pada episklera, konjungtiva yang ada diatasnya dan kapsul tenon yang terletak di bawahnya, nyeri tekan pada benjolan yang menjalar ke sekitar mata, fotofobia, lakrimasi, penglihatan masih normal.

Penatalaksanaan: Biasanya sembuh sendiri dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Namun sering kambuh Keadaannya sampai betahun-tahun, membaik dengan sehingga mengganggu. kortikosteroid topical akan

(deksametasone 0,1%) dalam 3-4 hari, dapat diberikan fenilefrin 2.5% topical yang berfungsi mengecilkan pembuluh darah yang melebar dan dapat diberikan salisilat. 2. Skleritis1,2 Merupakan reaksi peradangan dari sclera, biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis dan gout.

Gejala : mata merah, nyeri hebat (lebih hebat daripada episkleritis) yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu. Dapat disertai silau, pedih dan mata berair,penglihatan buram. Tanda : Hiperemis terbatas, benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga, konjungtiva kemotik, fotofobia, lakrimasi, tajam penglihatan menurun, biasanya disertai uveitis/keratitis sklerotikans.

Penatalaksanaan: o NSAID: Indomethacin 100mg/hari o Ibuprofen 300mg/hari : Setelah 1-2 minggu tidak ada respon, berikan Prednisolone 80 mg/hari, tapering off. 3. Perdarahan subkonjungtiva1,3

Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosclerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan). Dapat juga terjadi akibat trauma. Gejala : Mata merah spontan, biasanya monokuler. Kadang didahului serangan batuk berat atau bersin yang terlalu kuat, warna merah pada konjungtiva akan berubah jadi hitam setelah beberapa lama. Tanda : Perdarahan subkonjungtiva dan hematoma kaca mata hasil daripada fraktur basis crania.

Penatalaksanaan: Tidak diperlukan pengobatan, perdarahan akan hilang terserap dalam waktu 2-3 minggu. 4. Pterigium1,2,3 Merupakan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Gejala : terdapat selaput pada mata berbentuk segitiga, biasanya di sisi nasal, yang meluas ke arah kornea dengan puncaknya di bagian sentral/kornea, timbul semacam garis besi dan penglihatan menurun. Tanda : Pada konjungtiva bulbi tampak pterigium yang tumbuh menyebar kea rah kornea dan sedang mengalami peradangan (sebabkan mata merah),

timbul iron line dari Stocker yang terletak di hujung pterigium, dapat disertai keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering) dan dapat muncul astigmatisme irregular.

Penatalaksanaan: Steroid atau tetes mata dekongestan apabila meradang dan air mata buatan dalam bentuk salep bila terdapat dellen. Jika mencapai pupil dan menghalang penglihatan : operatif Pencegahan rekurensi: penderita menggunakan kacamata untuk mengurangi paparan. 5. Pseudopterigium1,2 Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Gejala : terdapat kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea. Tanda : Perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat, sering terjadi pada proses penyembuhan ulkus kornea. Letak pseudopterigium pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya. Pada pseudopterigium dapat diselipkan sonde dibawahnya.

6. Pinguekula iritans (pinguekulitis)1,2

Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua terutama yang matanya sering mendapat rangsang sinar matahari, debu, dan angin. Patofisiologi : Degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Gejala : Benjolan kecil kuning pada kedua sisi kornea di daerah fissure palpebra yang ukurannya tetap dan mengalami iritasi. Tanda : Konjungtiva bulbi banyak pinguekula disertai injeksi konjungtiva.

Penatalaksanaan: Steroid lemah topikal (Prednisolon 0,12% ) 7. Konjungtivitis1,2 a. konjungtivitis akut konjungtivitis bakterial konjungtivitis blenore konjungtivitis gonore konjungtivitis akut viral keratokonjungtivitis epidemic demam faringokonjungtiva keratokonjungtivitis herpetic keratokonjungtivitis New Castle

10

konjungtivitis hemoragik akut konjungtivitis jamur konjungtivitis alergi konjungtivitis vernal konjungtivitis flikten 2. Konjungtivitis kronis - trachoma Gejala : - Mata merah - Perasaan seperti ada benda asing - Pedih dan panas - Gatal-gatal - Banyak keluar air mata dan eksudasi - Fotofobia (jika kornea ikut terkena) Tanda : palpebra superior : pseudoptosis (pada trachoma, keratokonjungtivitis epidemik) Konjungtiva tarsalis superior/inferior : hiperemis, hipertrofi papil, folikel Apparatus lakrimalis : lakrimasi (+) Adenopati preaurikuler

A. Konjungtivitis Bakteri1,5 a. Etiologi Stafilokok, Streptokok, Corynebacterium diphtheriae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria gonorrhoea, dan Haemophilus injluenzae. b. Manifestasi Klinis Konjungtiva bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret mukopurulen

11

terutama di pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata terasa seperti ada benda asing, dan limfadenopati preaurikular. Kadang disertai keratitis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata menjalar ke rilata yang lain dan dapat menjadi kronik. Pada konjungtivitis gonore, terjadi sekret yang purulen padat dengan masa inkubasi 12 jam-5 hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan kemosis. Terdapat tiga bentuk, oftalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (lebih dari 10 hari), dan konjungtivitis gonore adultorum. Pada orang dewasa terdapat kelopak mata bengkak sukar dibuka dan konjungtiva yang kaku disertai sakit pada perabaan; pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior; konjungtiva bulbi merah, kemosis, dan menebal; gambaran hipertrofi papilar besar; juga tanda-tanda infeksi umum. Biasanya berawal dari satu mata kemudian menjalar ke mata sebelahnya. Tidak jarang ditemukan pembesaran dan rasa nyeri kelenjar preaurikular. Sekret semula serosa kemudian menjadi kuning kental, tapi dibandingkan pada bayi maka pada dewasa sekret tidak kental sekali.

c. Pemeriksaan penunjang Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan Gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewamaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di dalam selleukosit. Dengan pewamaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif intra dan

12

ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. d. Komplikasi Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Gonokok menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan Meningokok dapat menyebabkan septikemia atau meningitis. e. Penatalaksanaan Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan pengobatan topikal dengan sulfonamid dan antibiotik tunggal, seperti gentarnisin, kloramfenikol, polimiksin, dan sebagainya, selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotik spektrum luas tiap jam disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari. Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat serta diberi penisilin salep dan suntikan. Untuk bayi dosisnya 50.000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15 menit dan diberi salep penisilin. Dapat diberikan penisilin tetes mata dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap menit selama 30 men it, dilanjutkan setiap 5 menit selama 30 menit berikut, kemudian diberikan setiap I jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Terapi dihentikan setelah pemeriksaan mikroskopik menunjukkan hasil negatif selama 3 hari berturutturut. untuk mencegah penularan, diberi penyuluhan higienis perorangan pada penderita dan keluarga f. Prognosis Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti Haemophilus influenzae, adalah penyakit swasima. Bila tidak diobati akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1-3 hari.

13

g. Pencegahan Untuk mencegah oftalmia neonatorum dapat dilakukan pembersihan mata bayi dengan larutan borisi dan diberikan salep kloramfenikol. Konjungtivitis bakteri yang paling banyak adalah kojungtivitis gonore yang akan dijelaskan lebih lanjut berikut ini Konjungtivitis gonore1 Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit kelamin sendiri. penyakit ini didapatkan dari penularan

Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit infiltratif, supuratif dan penyembuhan. Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku. Disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran spesifik gonore dewasa. Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pad a mata yang dapat disertai

14

dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasa kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental. Kadang kadang bila sangat dini sekret dapat sereus yang kemudian menjadi kental den purulen. Berbeda dengan oftalmia neonatorum, pada orang dewasa sekret tidak kental sekali. Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dim ana akan terlihat diplokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram akan terdapat sel intraselular atau ekstra selular dengan sifat Gram negatif. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. Pengobatan segera dimulai bila terlihat pad a pewarnaan Gram positif diplokok batang intraselular dan sangat dieurigai konjungtivitis gonore. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik setiap 1,4 jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap 1,4 jam. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 20.000 uniUml setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit. Disusul pe mberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturutturut negatif. B. Konjungtivitis Viral1,5 a. Etiologi Biasanya disebabkan Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus, dan sebagainya. b. Manifestasi Klinis Terdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul

15

preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorok dan demam. Terdapat folikel atau papil, sekret yang serous atau mukoserous, perdarahan subkonjungtiva (small and scattered), limadenopati preaurikuler dan infiltrat kornea. Konjungtivitis viral yang disebabkan Adenovirus biasanya berjalan akut, terutama mengenai anak-anak dan disebarkan melalui droplet atau kolam renang. Konjungtivitis herpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, memberikan gejala injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Terjadi pada infeksi primer herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler.

c. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan Giemsa, kultur virus, dan sel inklusi intranuklear. d. Komplikasi Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak; neuralgia; katarak; glaukoma; kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan kebutaan. e. Penatalaksanaan Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.

16

Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik sembuh sendiri. Penatalaksanaannya dengan debriment kornea atau salep mata idosuridin 4x/hari selama 7-10 hari atau salep Acyclovir 3% 5x/hari selama 10 hari dan diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24 jam. Demam faringokonjungtiva biasanya sembuh sendiri dalam 10 hari. Untuk pasien keratokonjungtivitis epidemika , pencegahan penularan saat pemeriksaan adalah penting. Penyakit ini berlangsung 3-4 minggu.Konjungtivitis New Castle sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 7 hari. Konjungtivitis hemoragik akut sembuh dalam 5-7 hari C. Konjungtivitis Jamur1,5 Konjungtivitis yang disebabkan oleh Candida spp (biasanya Candida albicans) adalah infeksi yang jarang terjadi; umumnya tampak sebagai bercak putih. Keadaan ini dapat timbul pada pasien diabetes atau pasien yang terganggu sistem imunnya, sebagai konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa. Kerokan menunjukkan reaksi radang sel polimorfonuklear. Organisme mudah tumbuh pada agar darah atau media Saboraud dan mudah diidentifikasi sebagai ragi bertunas (budding yeast) atau sebagai pseudohifa (jarang). Infeksi ini berespons terhadap amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam larutan air (bukan garam) atau terhadap krim kulit nystatin (100.000 U/g) empat sampai enam kali sehari. Obat ini harus diberikan secara hati-hati agar benar-benar

17

masuk dalam saccus conjunctivalis dan tidak hanya menumpuk di tepian palpebra. D. Konjungtivitis Alergi1,2,5 Konjungtivitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi. a. Etiologi Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe I) atau lambat (tipe IV), atau reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari sindrom Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan predisposisi alergi obatobatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontakjuga dapat terjadi reaksi alergi. . b. Manifestasi Klinis Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan menahun bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva palpebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan komplikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.

c. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan sekret ditemukan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan darah

18

ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE. d. Penatalaksanaan Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk menghindarkan penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya vasokonstriktor lokal pada keadaan akut (epinefrin 1: 1.000), astringen, steroid topikal dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahan diberikan natrium kromoglikat 2% topikal 4 kali sehari untuk mencegah degranulasi sel mast. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Penggunaan steroid berkepanjangan harus dihindari karena bisa terjadi infeksi virus, katarak, hingga ulkus kornea oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit bermanfaat. Pada sindrom Steven Johnson, pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatan umum. Pada mata dilakukan pembersihan sekret, midriatik, steroid topikal, dan pencegahan simblefaron. Perbedaan jenis-jenis konjungtivitis : Penemuan Virus klinis dan sitologis Gatal-gatal Minimal Hiperemia Menyeluruh Lakrimasi amat banyak Eksudasi Minimal Adenopati biasanya ada aurikuler pewarnaan Monosit kerokan konjungtiva dan eksudat kaitan dengan kadang ada sakit kerongkongan Bakteri minimal menyeluruh sedang amat banyak langka Klamidia minimal menyeluruh sedang amat banyak biasanya hanya ada pada konjungtivitis inklusi sel PMN, plasma, badan inklusi tidak ada Alergi berat menyeluruh sedang minimal tidak ada

bakteri PMN

eosinofil

kadang ada

pernah tidak ada

pernah

19

dan demam E. Trakoma1,6 Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh Chlamydia trachromatis. Penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih banyak ditemukan pada orang muda dan anak-anak. Daerah yang banyak terkena adalah di Semenanjung Balkan. Ras yang banyak terkena ditemukan pada ras yahudi, penduduk asli Australia dan Indian Amerika atau daerah dengan higiene yang kurang. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alatalat kecantikan dan lain-lain. Masa inkubasi rata-rata 7 hari (berkisar dari 5 sampai 14 hari). Secara histopatologik pada pemeriksaan kerokan konjungtivitis dengan pewamaan Giemsa terutama terlihat reaksi sel-sel polimorfonuklear, tetapi sel plasma, sel leber dan sel folikel (limfoblas) dapat juga ditemukan. Sel leber menyokong suatu diagnosis trakoma tetapi sel Limfoblas adalah tanda diagnostik yang penting bagi trakoma. Terdapat badan inklusi Halber StatlerProwazeck di dalam sel epitel konjungtiva yang bersifat basofil berupa granul, biasanya berbentuk cungkup seakan-akan menggenggam nukleus. Kadang-kadang ditemukan lebih dari satu badan inklusi dalam satu sel. Keluhan pasien adalah fotofobia, mata gatal, dan mata berair. Menurut klasifikasi Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui empat stadium: 1. Stadium insipien 2. Stadium established (dibedakan atas dua bentuk) 3. Stadium parut 4. Stadium sembuh. Stadium 1 (hiperplasi limfoid): Terdapat hipertrofi papil dengan folikel yang kecil-kecil pada konjungtiva tarsus superior, yang memperlihatkan penebalan dan kongesti pada pembuluh darah konjungtiva. Sekret yang sedikit dan jernih bila tidak .

20

ada infeksi sekunder. Kelainan kornea sukar ditemukan tetapi kadang-kadang dapat ditemukan neovaskularisasi dan keratitis epitelial ringan. Stadium 2: Terdapat hipertrofi papilar dan folikel yang matang (besar) pada konjungtiva tarsus superior. Pada stadium ini dapat ditemukan pannus trakoma yang jelas. Terdapat hipertrofi papil yang berat yang seolah-olah mengalahkan gambaran folikel pad a konjungtiva superior. Pannus adalah pembuluh darah yang terletak di daerah limbus atas dengan infiltrat. Stadium 3 : Terdapat parut pad a konjungtiva tarsus superior yang terlihat sebagai garis putih yang halus sejajar dengan margo palpebra. Parut folikel pad a limbus kornea disebut cekungan Herbert. Gambaran papil mulai berkurang. . Stadium 4 : Suatu pembentukan parut yang sempurna pada konjungtiva tarsus superior hingga menyebabkan perubahan bentuk pada tarsus yang dapat menyebabkan enteropion dan trikiasis. Diagnosis banding adalah konjungtivitis inklusi. Pengobatan trakoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4 minggu, sulfonamid diberikan bila ada penyulit. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan makanan yang bergizi dan higiene yang baik mencegah penyebaran.

Penyulit trakoma adalah enteropion, trikiasis, simblefaron, kekeruhan kornea, dan xerosis/keratitis sika. Pasien trachoma bisa diobati dengan Tetrasiklin 1-1,5 gr/hari, peroral dalam 4 takaran yang sama selama 3-4 mingu, Doksisiklin 100 mg, 2 x/hari p.o selama 3

21

minggu, Eritromisin 1 gr/hari p.o dibagi dalam 4 takaran selama 3-4 minggu, dan salep mata atau tetes mata termasuk sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin dan rifampisin 4x/hari selama 6 minggu. 8. Hordeolum1,4 Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.

Hordeolum externum

Hordeolum Internum

Etiologi : Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. Faktor resiko o Penyakit kronik. o Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk. o Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis. o Diabetes o Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia. o Riwayat hordeolum sebelumnya o Higiene dan lingkungan yang tidak bersih o Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

22

Patofisiologi : Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak didalam tarsus.Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Gejala : Pembengkakan kelopak mata, mata merah, Rasa nyeri pada kelopak mata, Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata, mata jadi sipit, Riwayat penyakit yang sama sebelumnya. Tanda : injeksi konjungtiva, Edema, Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata, Seperti gambaran absces kecil, pseudoptosis/ptosis. Bagi hordeolum externum, penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak manakala bagi hordeolum internum, penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsalis. Penatalaksanaan Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari. o Umum 1.Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. 2.Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampoyang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup. 3.Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. 4.Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi. 5.Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea. o Obat

23

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum. 1.Antibiotik topikal : Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan. 2. Antibiotik sistemik : Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesarankelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. o Pembedahan Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokaintetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila: -Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus padamargo palpebra. -Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik. 9. Kalazion1,2

24

Kalazion adalah suatu lipogranuloma yang terjadi akibat sumbatan pada kelenjar Meibom, menyebabkan terbentuknya suatu nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri. Patofisiologi Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzimenzim bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk kalazion. Hal ini dapat membedakan kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang terdapat di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan. Etiologi Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium kelenjar atau karena adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea. Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion. Gejala : Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada

25

palpebra inferior.Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi,yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi dikulit (seperti komedo, wajah berminyak). Kalazion tidak menyebabkan nyeri, mata bisa sipit dan dapat timbul keluhan mata buram akibat.kelainan refraksi. Tanda : injeksi konjungtiva, pseudoptosis, nyeri tekan tidak ada tapi bisa nyeri bila meradang akut, kelainan refraksi bisa terjadi akibat perubahan bentuk bola mata karena penekanan dari benjolan. Penatalaksanaan Kalazion yang kecil dan tanpa disertai nyeri dapat diabaikan. Pengobatan secara konservatif seperti pemijatan pada palpebra, kompres hangat, dan steroid topikal ringan biasanya dapat berhasil dengan baik. Pada sebagian besar kasus, pembedahan hanya dilakukan bila pengobatan selama berminggu-minggu tidak membuahkan hasil. Sebagian besar kalazion berhubungan dengan kalazion lain yang berlokasi di bagian yang lebih dalam dari palpebra. Isi dari kalazion marginalis murni akan menyatu bila 2 buah kapas didorong ke arah tepi palpebra dari kedua sisinya. Jika isi kalazion tidak dapat dikeluarkan, lakukan insisi distal kalazion dan isinya dikerok. Penatalaksanaan dari kalazion terinfeksi (misalnya hordeolum interna) meliputi pemanasan, serta antibiotik topikal dan atau sistemik. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan insisi dan drainase. Yang dikeluarkan hanyalah pus, kuretase atau kerokan yang berlebihan dapat memperluas infeksi dengan rusaknya jaringan (ekskokleasi/ekstirpasi). Steriod topikal diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi peradangan kronis yang dapat menimbulkan sikatrik.

26

10. Entropion1,2,7 Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra kearah dalam. Klasifikasi Entropion berdasakan penyebab dibagi atas : Involusi : Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada kelopak bawah dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas. Sikatrik : Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti trakoma. Kongenital : Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan. Entropion kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasm. Dapat terjadi trauma pada kornea yang menyebabkan terbentuknya ulkus pada bayi. o Pada entropion kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea,sementara pada epiblefaron kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulumata memutari tepi tarsus. o Entropion kongenital sering sering juga terdapat kelainan pada system kardiovaskular, musculoskeletal, dan systemsaraf pusat. Entropion kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan. . Gejala : Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman, mata berair, mata merah, iritasi mata, gatal dan silau. Entropion kronis dapat menyebabkan

27

sensitifitas terhadap cahaya dan angin, dapat menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea. Tanda : injeksi konjungtiva, lakrimasi, fotofobia, trikiasis.

. Pengobatan Pengobatan entropion adalah operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya dengan tape ke pipi; tegangannya mengarah ketemporal dan inferior. Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan lebih efisien pada entropion involusi. Pada entropion sikatrik dilakukan tarsotomi dari Wheeler dengan modifikasi dari DR.Sie Boen Lian. 11. Ektropion1,2,7 Kelainan posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata mengarah ke luar sehingga bagian dalam kelopak(konjungtiva tarsal) berhubungan langsung dengan dunia luar. Etiologi : bisa kelainan bawaan (konginetal), paralisis nervusfasialis (suatu kelumpuhan nervus fasialis yang dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada akson, sel-sel schwan dan selubung mielin yangdapat mengakibatkan kerusakan saraf otak), senil (katarak yang berkaitan dengan usia), spastik (kekejangan otot).

28

o Kebanyakan kasus ektropion terjadi akibat pengenduran jaringan kelopak mata akibat penuaan. o Beberapa kasus terjadi karena adanya jaringan parut pada kelopak mata akibat luka bakar kimia maupun panas, truma, kanker kulit atau pembedahan kelopak mata. o Kadang ektropion merupakan bawaan lahir akibat pembentukan kelopak mata yang tidak sempurna. Gejala : Kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke dalam ke arah bolamata, dimana kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke arah luar, mata merah, kelopak jadi bengkak, mata berair. Tanda : hiperemis palpebra, injeksi konjungtiva, edema palpebra, epifora, lagoftalmos yang bisa menyebabkan konjungtivitis dan keratitis.

Penatalaksanaan o Ektropion harus diperbaiki melalui pembedahan sebelum gesekan kelopak dan bulu mata menyebabkan kerusakan kornea. o Pembedahan biasanya dilakukan dengan bius lokal dan penderita tidak perlu dirawat. o Dilakukan pengencangan kelopak mata. Setelah pembedahan, mata ditutup selama 24 jam dan diberi salep antibiotik selama sekitar 1 minggu.

29

12. Blefaritis1,5,8 Blefaritis adalah radang pada kelopak mata, sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata, biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis adalah peradangan bilateral sub akut/menahun pada tepi kelopak mata (margopalpebra).Blefaritis adalah inflamasi pada pinggir kelopak mata biasanya disebabkan oleh sthapilokokus. Patofisiologi o Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom. Etiologi o Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu : 1. Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat melekatnya bulumata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan seborrheik. Blefaritis aureus, stafilokok yang dapat disebabkan atau infeksi dengan Staphylococcus sering ulseratif, Staphylococcus

epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik(nonulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale. 2. Blefaritis posterior : mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak mata yanglembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis seboreik). Klasifikasi

30

1. Blefaritis superfisial Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yangterbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertai. 2. Blefaritis Seboroik Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meiborn,air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dar ikotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum danmadarosis. 3. Blefaritis Skuamosa Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkalbulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudahdikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan

31

membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis. 4. Blefaritis Ulseratif Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan dfarah di sekitarbulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis. 5. Blefaritis angularis Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus daninternus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaririsangularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal. 6. Meibomianitis

32

Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda peradangan lokalpada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal. Gejala : Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya.Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng dilepaskan,bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.

Blefaritis seboroika Tanda : injeksi konjungtiva, Skuama pada tepi kelopak , Jumlah bulu mata berkurang, Obstruksi dan sumbatan duktus meibom, Sekresi Meibom keruh, Injeksi pada tepi kelopak , Abnormalitas film air mata, fotofobia, krusta (+). Diagnosa : Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.

33

Penatalaksanaan Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan sampo bayi atau pembersih khusus.Untuk membantu membasmi bakteri kadang diberikan salep antibiotik (misalnyaerythromycin atau sulfacetamide) atau antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jikaterdapat dermatitis seboroik, harus diobati. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan denganmengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata. 13. Selulitis Orbita1,9 Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di belakang septum orbita. Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Selulitis orbita dapat mengakibatkan kebutaan, sehingga diperlukan pengobatan segera. Pada anak-anak, selulitis orbitalis biasanya berasal dari infeksi sinus dan disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae. Bayi dan anak-anak yang berumur dibawah 6-7 tahun tampaknya sangat rentan terhadap infeksi oleh Haemophilus influenzae. Etiologi dan Patofisiologi Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang jaringan ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis bakteri normal yang hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari wajah secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan atau serangga, konjungtivitis, kalazion serta sinusitis paranasal yang penyebarannya melalui pembuluh darah (bakteremia) dan bersamaan dengan trauma yang kotor.Pada anak-anak infeksi selulitis sering disebabkan oleh karena sinusitis etmoidalis yang mengenai anak antara umur 2-10 tahun. Ada beberapa bakteri penyebab, diantaranya Haemophilus Influenza, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae.

34

Gejala : Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Gejalanya berupa: - Demam, biasanya sampai 38,9 Celsius atau lebih - Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri - Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu - Bayi atau anak tampak sakit - Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri - Penglihatan menurun (karena kelopak mata membengkak menutupi mata) - Mata menonjol - Merasa tidak enak badan - Gerakan mata menjadi terbatas

Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah : Pemeriksaan darah lengkap Pembiakan dan tes sensitivitias darah Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat) Rontgen sinus dan orbita CT scan atau MRI sinus dan orbita Pembiakan kotoran mata

35

Pembiakan lendir hidung Pembiakan lendir tenggorokan.

Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata.Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah: 1.Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit. 2.Diberikan cairan melalui infus dan antibiotik. 3.Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan untuk membuang nanahnya. 4.Infeksi ini perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara ketat. Jika segera diobati, akan terjadi pemulihan sempurna. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya : abses orbita, abses subperiosteal, trombosis sinus kavernosus, gangguan pendengaran, septikemia, meningitis dan kerusakan saraf optic dan gangguan penglihatan.

Gambar komplikasi dari selulitis.

36

BAB IV DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI . 2. Vaughan, Daniel G., et al. 2000.Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika 3. PINK EYE. Accessed on 2012, 16 th October. Available at : http://ehealthforum.com/health/what_is_pink_eye_-e205.html 4. HORDEOLUM. Accessed on 2012, 16th October. Available http://www.scribd.com/doc/33262622/Referat-Hordeolum 5. ACUTE CONJUNCTIVITIS. Accessed on 2012, 16 th October. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/797874-overview at :

37

6. WHAT IS TRACHOMA? Accessed on 2012, 16th October. Avaiable at : http://www.who.int/topics/trachoma/en/ 7. ENTROPION AND ECTROPION. Accessed on 2012, 16th October. Avaiable at : http://emedicine.medscape.com/article/1844045-overview 8. BLEPHARITIS. Accessed on 2012, 16th Oktober. Avaiable at : http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/blepharitis.cfm 9. ORBITAL CELLULITIS. Accessed on 2012, 16th Oktober. Avaiable at : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001012.htm

38

You might also like