You are on page 1of 11

Antopologi Kebudayaan Indonesia Tugas 1 1.

Konsep Plural Society dan Masyarakat Multikultural Jawab Masyarakat Majemuk (Plural Society) Struktur masyarakat indonesia di tandai oleh dua ciri-cirinya yang bersifat unik, secara horizontal ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan, secara vertikal, struktur masyarakat indonesia di tandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antar lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam, kesemua perbedaan-perbedaan tersebut seringkali dikatakan sebagai ciri masyarakat indonesia yang bersifat majemuk. Suatu masyarakat, adalah bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktural memiliki sub-subkebudayaan yang bersifat diverse, yang ditandai dengan kurang berkembangnya konsesus yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat. Masyarakat indonesia pada masa Hindia-Belanda, demikian menurut Furnivall merupakan suatu masyarakat majemuk (plural societies), yakni suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan sistem politik. Secara keseluruhan, masyrakat indonesia pada masa Hindia-Belanda merupakan suatu masyarakat yang tumbuh di atas dasar sistem kasta tanpa ikatan agama. Orang-orang belanda, orang-orang tiongha, dan orang-orang indonesia pribumi, melalui agama, kebudayaan, dan bahasa mereka masing-masing, mempertahankan atau memelihara pola pikiran dan cara-cara hidup mereka masing-masing dan menghasilkan masyarakat indonesia yang tidak memiliki kehendak bersama (common will). Menurut Clifford Geertz, maka masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing subsistem terkait kedalam oleh ikatan-ikatan primodial. Beberapa karakteristik atau sifat-sifat dasar dari suatu masyarakat majemuk menurut Pierre L. Van dan Berghe yakni: (1) terjadinya segmentasi kedalam bentuk kelompokkelompok yang sering kali memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain, (2) memiliki struktur sosial yang terbagi kedalam lembaga-lembaga yng bersifat non komplementer, (3) kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar, (4) sering kali mengalami konflik-konflik, (5) secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi, (6) adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas dasar kelompokkelompok yang lain. Masyarakat Multikultural Masyararakat indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan

dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Fay 1996, Jary dan Jary 1991, Watson 2000). Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakatmasyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik tersebut (Reed, ed. 1997). Model multikulturalisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: "kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah". multikulturalisme akan harus mau tidak mau akan juga mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakkan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas. Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri terpisah dari ideologiideologi lainnya, dan multikulturalisme membutuhkan seperangkat konsep-konsep yang merupakan bangunan konsep-konsep untuk dijadikan acuan bagi memahaminya dan mengembang-luaskannya dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah, demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa, kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya komuniti, dan konsep-konsep lainnya yang relevan (Fay 1996, Rex 1985, Suparlan 2002). 2. Konsekuensi Bangsa Indonesia dengan adanya Masyarakat Majemuk Jawab Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial ini memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Perjalanan sejarah bangsa Indonesia mendemonstrasikan hubungan antar etnik dan agama telah berulangkali mengalami pasang surut yang memprihatinkan. Bahkan dalam banyak kasus, kerusuhan atau peperangan antarsuku dan agama, sering membawa korban yang tidak sedikit dan sulit untuk diatasi. Konflik antar suku dayak dan madura merupakan salah satu konsekuensi dari kemajemukan masyarakat indonesia, kedua sukubangsa dipersatukan dalam suatu wilayah yang sama, yang memberikan sumbangsi konflik di antara keduanya yang saling menghina, dan menjelekkan (stereotype) diantara mereka. Konflik-konflik kekerasan yang terjadi antara Suku Dayak dan Suku Madura disebabkan oleh faktor-faktor struktural yang dilandasi oleh faktor faktor kultural; apabila faktorfaktor struktural dan kultural ini tidak diatasi dengan tuntas dan sepanjang resoluasi konflik tidak mengedepankan resolusi yang berbasis pada budaya dan kepercayaan masyarakat maka konflik kekerasan diperkirakan akan terus berulang.

Jadi kesimpulannya didalam konflik ini tidak ada yang dapat disalahkan, walaupun cenderung madura lah yang salah. Pada intinya didalam konflik ini hanya tidak ada jiwa pancasilanya. Karena konflik ini tidak akan bisa besar kalau seandainya ada jiwa pancasila sesuai dengan sila-sila dinegara ini. Dilihat dari kerasnya watak-watak suku dayak dan madura dan tidak ada jiwa kemanusiaannya. Perbedaan adat istiadat di suatu daerah sangat berbeda-beda harusnya sebagai perantau dapat beradaptasi sesuai dengan adat disekitarnya, dan bisa bisa bersosialisasi dengan suku didaerah tersebut. 3. Prospek Masyarakat Multikultural di Indonesia Jawab Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perom-bakan tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah "masyarakat multikultural Indonesia" dari puing-puing tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak "masyarakat majemuk" (plural society). Sehingga, corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika bukan lagi keanekaragaman sukubangsaa dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat indonesia yang multikultural adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagunkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kelompok (fay 1996, jary dan jary 1991, waston 2000). Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat. Model multikulturalisme ini sebenarnya telah digunakan sebgai acuan oleh para pendiri bangsa indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa sebagai mana yang terungkap dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945 yang berbunyi kebudayaan bangsa (indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah. upaya membangun Indonesia yang multikultural hanya mungkin dapat terwujud bila: (1) Konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya; (2) Kesamaan pemahaman diantara para ahli mengenai makna multikulturalisme dan bagunan konsep-konsep yang mendukungnya, dan (3) Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini seperti menanamkan atau mengajarkan pendidikan multikulturalisme di tingkat-tingkat pendidikan sekolalah. 4. Konsep Negara Bangsa(Nation-State) dan Hubungan Nation State dengan Nasionalisme Jawab Negara bangsa adalah suatu gagasan tentang negara yang di dirikan untuk seluruh bangsa atau untuk seluruh umat, berdasarkan kesepakatan bersama yang menghasilkan hubungan kontraktual dan transaksional terbuka antara pihak-pihak yang mengadakan kesepakatan itu. Nasionalisme dapat dikatakakan sebagai sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah

bangsa. Dalam situasi perjuangan kemerdekaan, di butuhkan suatu konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntunan terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat ke-ikutsertaan semua orang atas nama sebuah bangsa. Dasar pembenaran tersebut, selanjutnya mengkristal dalam konsep paham ideologi kebangsaan yang biasa disebut dengan nasionalisme. Dari sinilah kemudian lahir konsep-konsep turunannya seperti bangsa (nation), negara (state) dan gabungan keduanya menjadi konsep negara bangsa (nation state) sebagai komponen-komponen yang membentuk identitas nasional atau ke-bangsaan. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat (Budiardjo 2008). Sementera menurut Jutmini dkk (2007), negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara merupakan bentuk organisasi dari masyarakat atau kelompok orang yang mem-punyai kekuasaan mengatur hubungan, menyelenggarakan ketertiban dan menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama. Bangsa Menurut Jutmini dkk (2007), kelompok manusia yang besar adalah bangsa. Istilah bang-sa merupakan terjemahan dari kata nation (bahasa Inggris). Kata nation berasal dari bahasa La-tin, natio, yang artinya sesuatu telah lahir. Kata itu bermakna keturunan, yaitu kelompok orang yang berada dalam satu garis keturunan. Menurutnya, bangsa dalam arti sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan tiap-tiap anggota persekutuan hidup tersebut terikat oleh satu kesatuan ras, ba-hasa, agama, dan adat istiadat. Bangsa dalam arti sosiologis antropologis diikat oleh ikatan-ikatan, seperti kesatuan ras, tradisi, sejarah, adat istiadat, bahasa, agama atau kepercayaan, dan daerah. Sementara dalam arti politis, bangsa adalah suatu masyarakat da-lam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu ke-kuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa dalam arti politik diikat oleh sebuah organisasi kekuasaan/politik, yaitu negara beserta pemrintahnya. Mereka diikat oleh satu kesatuan wilayah nasional, hukum, dan perundang-undangan yang berlaku. Bahwa setiap orang dalam negaranya masing-masing memiliki nasionalitas yang sama, dan demikian juga bahasa yang sama, dan dapat berperan serta dalam perdebatan yang bermakna mengenai kebudayaan, akan tetapi kebanyakan negara adalah multikebangsaan yang terdiri dari dua atau lebih komunitas bahasa. Dengan demikian bangsa (nation) merupakan suatu badan atau wadah yang didalamnya terhimpun orang-orang yang memiliki persamaan keyakinan yang mereka miliki seperti ras, etnis, agama, bahasa dan budaya. Dan gabungan dari dua ide tentang bangsa (nation) dan negara (state) tersebut terwujud dalam sebuah konsep tentang negara bangsa atau lebih dikenal dengan Nation-State dengan pengertian yang lebih luas dari sekedar sebuah negara dalam pengertian state. Tugas 2 1. Latar Belakang terjadinya keanekaragaman Masyarakat Indonesia. Jawab Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari

kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam. Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat. Latar belakang keanekaragaman masyarakat atau bangsa Indonesia adalah: 1. Keadaan geografis Keadaan geografis Indonesia yang dikenal sebagai zamrud khatulistiwa ikut memberi kontribusi dalam terciptanya masyarakat multikultural. Letak Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudra mengakibatkan banyak disinggahi berbagai suku bangsa dari seluruh dunia. 2. Pengaruh budaya asing atau sejarah kedatangan nenek moyang yang berbeda Pengaruh dari luar wilayah Nusantara banyak memengaruhi keberagaman budaya dan agama. Di mana pengaruh tersebut di antaranya dibawa oleh para pedagang asing, penjajah, serta imigran lainnya. 3. Kondisi iklim yang berbeda Kondisi lingkungan pun memengaruhi keberagaman kehidupan masyarakat di Nusantara. Hal ini disebabkan perbedaan pola penghidupan, mata pencaharian, tatanan sosial, dan tipe kemasyarakatan. 4. Integrasi suku bangsa yang berbeda Secara politis, integrasi nasional paling tidak dipelopori 4 peristiwa penting, yaitu a. Kejayaan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. b. Kekuasaan colonial Belanda yang menyadarkan semangat persatuan dan kesatuan agar terbebas dari penjajahan. c. Peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928. d. Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945. 5. Pembangunan. Pembangunan di berbagai sekktor juga memberi andil bagi keragaman masyarakat Indonesia, khususnya secara vertical. Kemajuan dan industrialisasi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia menghasilkan kelas-kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi. Kelas-kelas sosial tersebut adalah kelas atas yang terdiri dari para pengusaha dan pemilik modal, kelas menengah yang terdiri dari eksekutif muda, serta kelas bawah yang terdiri dari pekerja dan buruh. 2. Realitas keberagaman masyarakat indonesi dari segi etnik dan kebudayaan Jawab Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas.

Keragaman ini diakui atau tidak akan dapat menimbulkan berbagai persoalan, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan, separatisme, dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk menghormati hak-hak orang lain, merupakan bentuk nyata sebagai bagian dari multikulturalisme tersebut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilayahnya dihuni oleh berbagai etnis dengan adat istiadat yang beragam. Karakteristik budaya tiap etnis tersebut pun sangat unik. Hildred Geertz menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa yang berbeda-beda. Skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa. Sementara itu, Sutan Takdir Alisyahbana memperkirakan bahwa ada sekitar 200-250 suku bangsa. Keberagaman masyarakat Indonesia dapat dilihat dari banyaknya etnik dan budaya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Dimana etnik dan budaya tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri dan memiliki kekhasan tersendiri pula. Ciri-ciri dan kekhasan ini dijadikan identitas diri bagi setiap daerah di Indonesia. 3. Realitas kemajemukan masyarakat dari segi agama dan kepercayaan Jawab Realitas agama terlihat dari berbagai kepercayaan (agama) yang dimiliki oleh masyarakat. Diluar jawa timbulnya golongan islam modernis di jalur perdagangan yakni di pantai utara jawa tengah dan sebagian besar jawa barat. Golongan islam konservatif di daerah jawa tengah, dan jawa timur. Golongan islam abangan di daerah jawa tengh dan timur. Golongn kristen di daerah maluku, nusatenggara timur, sulawesi utara, tapanuli dan sedikit daereh kalimantan tengah serta hidu-budha di pulau bali. Dan kepercayaan suku pedalaman yang animisme dan dinamisme. Di indonesia sekarang terdapat enam agama yang di akui oleh masyarakat di antaranya agama islam, kristen protestan, kristen katolik, hindu, budha, kong hu chu. 4. Realitas kejemukan dari segi social ekonomi Jawab Dari segi ekonomi terdapat pelapisan dalam masyarakat lapisan atas dan bawah. Ini tidak terlepasdari pengaruh dul ekonomi yang diterapkan pada masa hindia belanda. Di dalam struktur ekonomi yang demikian, dua macam sector ekonomi yang sanga berbeda di satukan. Sector pertama berupa strktur ekonomi modren yang secara komersial lebih canggih, pada masa kolonial banyak dikuasi oleh asing. Sector kedua berupa struktur ekonomi tradisional. Tugas 3 1. Identitas Suku Bangsa Jawab A. Identitas (Jati Diri) Suku Bangsa Identitas suku bangsa terkait dengan jati diri suku bangsa. Jati diri suku bangsa adalah pengenalan atau pengakuan terhadap seseorang termasuk sebagai dalam Suatu golongan, berdasar atas ciri-ciri tertentu yang bulat dan menyeluruh. Ciri ciri sukubangsa: a) Sebuah satuan hidup yang secara biologi mampu berkembang biak dan lestari b) Mempunyai kebudayaan, pranata yg merupakan pedoman bagi kehidupan mereka. Masing-masing Suku bangsa berbeda dengan yang lain.

c) Keanggotaan bersifat ASKRIPTIF . Keanggotaan yang didapat secara otomatis, berdasar atas asal usul kelahirannya. d) Keberadaan suku bangsa ini exis karena ada interaksi dengan engaruhi keberadaan sebuah suku bangsa. e) Pembedaan yang lebih pokok antara Suku Bangsa / Golongan yang satu dengan yang lain adalah cirri-cirinya yang Askriptif. Ada beberapa hal yang dapat membedakan suku bangsa: a) Pengakuan masing-masing dua Suku Bangsa yang berbeda mengenai Identitas, atau jatidiri Suku Bangsa mereka. b) Bahasa yg mereka gunakan. c) Kebudayaan atau ungkapan Estetika yang mereka anggap sebagai milik mereka. 2. Stereotip, Atribut dan Hubungan Antar Suku Bangsa Jawab 1.Stereotip Adalah pengetahuan mengenai apa dan siapa serta mengapa yang merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh golongan sosial yang berisi tentang ciri-ciri utama yang dipunyai oleh golongan-golongan sosial yang lainnya. Pengetahuan tentang budaya tergantung dari pemilik budaya itu sendiri (Subyektif) menurut kebudayaan pembuat stereotip. Sebuah stereotip mengenai suku bangsa itu muncul dari pengalaman seseorang atau sejumlah orang yang menjadi anggota sebuah suku bangsa dalam berhubungan dengan para pelaku dari sesuatu suku bangsa tersebut. 2. Atribut Suku Bangsa a) Jati Diri Adalah pengenalan pengenalan atau pengakuan terhadap seseorang termasuk sebagai dalam Suatu golongan, berdasar atas ciri-ciri tertentu yang bulat dan menyeluruh. Contoh: Tentara atau TNI mempunyaio cirri-ciri, yang cirri-ciri tersebut merupakan sebuah satuan yang bulat dan menyeluruh yang menyebabkan seseorang dengan cirriciri tersebut digolongkan sebagai tentara atau TNI. Identitas atau jati diri itu muuncul dalam interaksi. Interaksi adalah kenyataan empiric yang berupa antar tindakan para pelaku yang menandakan adanya hubungan diantara para pelaku tersebut. b) Atribut Jatidiri Atribut adalah segala sesuatu yang terseleksi, baik disengaja maupun tidak untuk kegunaannya bagi mengenali identitas atau jatidiri seseorang atau suatu gejala. Atribut ini berupa ciri-ciri yang menyolok dari benda atau tubuh orang, sifat-sifat seseorang, pola-pola tindakan atau bahasa yang digunakan 3. Hubungan antar suku bangsa Suku bangsa sebagai golongan askriptif yaitu golongan yang dihasilkan dari ciri-cirinya berdasarkan keturunan dan asal telah menghasilkan satuan kehidupan terkecil. Satuan kehidupan terkecil ini adalah keluarga yang menjadi pondasi terbentuknya masyarakat. Keluarga yang merupakan sebuah satuan kehidupan yang terkecil dalam masyarakat adalah juga sebuah kelompok suku bangsa yang terkecil. Keluarga yang suku bangsanya campuran akan menghasilkan kekacauan dalam jati diri anak mereka. Anak

tersebut dapat mengidentifikasikan kekacauan diri sebagai suku bangsa bapak,ibu atau keduanya atau menapikan kedua identitas suku bangsa kedua orang tuanya dan menggunakan lingkungan mereka hidup dan dibesarkan sebagai acuan dari jati diri mereka. Hubungan antar suku bangsa terwujud melalui hubungan-hubungan yang dilakukan oleh para pelaku yang menjadi warga dari suku bangsa-suku bangsa yang berbeda. Suku bangsa tersebut biasanya saling hidup bertetangga atau secara bersama membentuk terwujudnya sebuah masyarakat yang luas dari pada masing-masing masyarakat suku bangsanya. Kalimantan barat misalnya, adalah sebuah masyarakat yang mencakup sejumlah suku bangsa yang masing-masing suku bangsa tersebut mewujudkan dirinya dalam sebuah masyarakat suku bangsa yang berbeda dengan yang lainnya. Satuan kehidupan yang terkecil yang dipunyai oleh seorang warga suku bangsa adalah keluarganya dan kelompok kerabatnya. Dalam hubungan antar suku bangsa masing-masing suku bangsa menciptakan dan memantapkan batas-batas sosial dan budaya, batas-batas suku bangsa artinya berdasarkan atas batas suku bangsa tersebut mereka membedakan diri sebagai saya dari dia yang berbeda, dan menggolongkan sejumlah orang yang tergolong bukan dari suku bangsa yang sama. Dalam hubungan diantara warga yang berbeda suku bangsanya, yang terjalin sebagai hubungan yang saling menguntungkan, mereka telah membuat jembatan penghubung diatas batas-batas suku bangsa tersebut. jembatan ini berupa hubungan pribadi yang terwujud sebagai persahabatan ataupun perkawinan atau terwujud sebagai hubungan sosial,hubungan kerja, ekonomi,dan hubungan politik. Dalam kasus hubungan perkawinan antar anggota suku bangsa yang berbeda, masingmasing pelaku dari pasangan suami istri tersebut tetap mempertahankan jati diri atau identitas bangsanya dan begitu juga dalam kasus persahabatan atau pengangkatan saudara, masing-masing pelaku tetap mempertahankan kesuku bangsaannya. Kesukubangsaan dari sipelaku lainnya itu secara implicit adalah sama dengan golongan suku bangsanya, walaupun secara exsplisit bukan golongan suku bangsanya. 3. Masalah Hubungan Antar Suku Bangsa 1) Mayoritas-Minoritas a) Mayoritas adalah sesuatu golongan social dengan jumlah populasi yang besar dibandingkan dengan minoritas atau sesuatu golongan social lainnya yang kecil jumlah populasinya. b) Minoritas adalah sebuah golongan social yang lemah kekuatan sosialnya, mencakup cirri-ciri golongan social lainnya yang lemah muatan kekuatan sosialnya. 2) Superior-Inferior Masalah ini terlihat ketika dominasi suatu sukubangsa dalam bidang-bidang tertentu baik itu ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya. Jelas, sukubangsa superior akan menguasai sukubangsa inferior atas penguasaan bidang-bidang tertentu 3) Pusat Pinggiran Hal ini berhubungan dengan kondisi geografis tempat di mana masyarakat tinggal yang menjadi pendukung sukubangsa. Masyarakat (sukubangsa) yang tinggal di daerah atau

terpusat pada kawasan pinggiran akan mendapat perhatian yang kurang dan sentuhan pembangunan yang tidak terlalu diutamakan dibandingkan dengan daerah kota atau pusat kota. Sumber Rujukan: Suparlan, Parsudi. 2005. Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta: YPTK. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan, dari pernyataan diatas dapat diabagi menjadi dua yaitu dinamika masyarakat dan dinamika kebudayaan. Sedangkan pengertian dari Dinamika ialah pergerakan atau pergeseran. Jadi yang dimaksud dengan Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan adalah proses-proses pergeseran kebudayaan masyarakat. Banyak cara dalam mempelajari pergeseran-pergeseran masyarakat dan kebudayaan. Ada banyak cara untuk mempelajari pergeseran masyarakat dan kebudayaan tapi konsep yang paling penting adalah konsep dinamika sosial (social Dinamics), dimana konsep ini termasuk dalam lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi. Dari konsep dinamika sosial dapat ditarik beberapa konsep yang lebih sederhana, yaitu: (1) Konsep Proses belajar kebudayaan oleh masyarakat itu sendiri, biasanya kita kenal dengan internalisasi, sosialisasi, dan enkulturisasi. (2) Konsep proses perubahan bentuk-bentuk budaya yang sederhana sehingga menjadi lebih kompleks, atau kita sebut evolusi kebudayaan. (3) Konsep proses penyebaran kebudayaan secara geografi biasanya dibawa oleh perpindahan bangsa-bangsa, disebut proses difusi. (4) Konsep proses mempelajari budaya asing oleh warga masyarakat, proses ini terbagi dua menjadi asimilasi dan akulturasi. (5) Konsep proses pembaruan atau inovasi yang berkaitan dengan penemuan baru di bidang kebudayaan. Proses Belajar Kebudayaan Oleh Masyarakat: 1. Proses Internalisasi Pengertian dari proses ini adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai individu tersebut hampir meninggal. Pembelajaran tersebut termasuk hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya. Proses ini tergantung dari bakat yang dipunyai dalam gen manusia untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, dan emosinya. Tetapi semua itu juga tergantung dengan pengaruh dari berbagai macam lingkungan sosial dan budayanya. Contoh: bayi yang lahir terus belajar bagaimana mendapatkan perasaan puas dan tidak puas. 2. Proses Sosialisasi Pengertian dari proses ini adalah proses seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya mempelajari pola-pola interaksi sosial dengan segala macam individu dari dalam kehidupannya sehari-hari. Contoh: dimana seorang anak yang mulai bersekolah ia mulai mempelajari perbedaan antara jenis kelamin pria dan wanita. Untuk itu anak tersebut harus menyesuaikan diri terhadap situasi yang sedang dihadapinya sekarang. 3. Proses Enkulturasi Proses ini disebut juga dengan Pembudayaan. Proses ini adalah proses dimana seseorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Contoh:

seseorang individu yang mulai meniru berbagai macam kebiasaan yang sudah disaring oleh kepribadiannya sendiri, dari sini individu tersebut mulai termotivasi untuk dapat meniru dari berbagai macam tindakan dari lingkungan sosial tersebut dan ini dilakukan berkali-kali. Konflik dan integrasi Pengertian Integrasi Sosial Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan lain sebagainya. Syarat terjadinya Integrasi Menurut William F. Ogburn dan Meyer Nimkoff, syarat terjadinya integrasi sosial adalah : 1. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhankebutuhan mereka, 2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai nilai dan norma, 3. Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten Pengertian Konflik Pengertian Konflik menurut Ahli : Soerjono Soekanto : Suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan /atau kekerasan. Gillin and Gillin : konflik adalah bagian dari sebuah proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi , kebudayaan dan perilaku. Faktor-faktor Penyebab Konflik Soejono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflik yaitu : perbedaan antarindividu, perbedaan kebudayaan , perbedaan kepentingan dan perubahan sosial. Problematika integritas sosial Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Disintegrasi bangsa dapat terjadi karena adanya konflik vertikal dan horizontal sebagai akibat tuntutan demokrasi yang melampaui batas, konflik antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah. Problematika dalam integrasi nasional dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut : a) Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah. b) Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi

bangsa, selain masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM. c) Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan. d) Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan. e) Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum. f) Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN. g) Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang. h) Pertahanan Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya

You might also like