You are on page 1of 9

TUGAS DASAR KONVERSI ENERGI Untuk memenuhi tugas dari Bapak Bambang Winarto, ST.

MT

Energi Listrik dengan Tenaga Panas Bumi

Disusun Oleh: Uways Al Qurni Hot Asi Yohanes Yoga Pragiwaksana Agung Tryono Lisa Amalina Andy Saputra Hilman Pambudiyono Catur Panuntun Jati Syahrizal Yudha Rizky Maulana Cesilia Batsyua (21060112120004) (21060112140039) (21060112130041) (21060112130052) (21060112130053) (21060112130054) (21060112140057) (21060112140060) (21060112140063) (21060112130064) (21060112130065)

UNIVERSITAS DIPONEGORO TEKNIK ELEKTRO SEMARANG 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME) karena atas rahmat dan kasih karuniaNya yang telah dilimpahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang yang berjudul Sumber dan Pengembangan Energi Listrik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Energi Listrik yang merupakan salah satu tugas terstruktur Dasar Konversi Energi pada semester dua ini. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada pihak artikel yang tulisannya telah digunakan sebagai sumber referensi. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kelengkapan makalah ini. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Semarang, 20 Maret 2013

Penulis

1. PENDAHULUAN
Semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, mengakibatkan konsumsi energi juga semakin meningkat. Indonesia sebagai Negara agraris besar , sampai saat ini masih mengandalkan pasokan energi nasionalnya dari sektor energi fosil, seperti minyak bumi, batu bara dan gas. Sebagaimana kita ketahui bahwa cadangan energi fosil, terutama minyak bumi semakin menipis, berbanding terbalik dengan pertumbuhan jumlah penduduk, tentu hal ini akan sangat mengkhawatirkan ketahanan energi bangsa Indonesia di masa datang. Sudah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk segera memperdayakan

penganekaragaman energi, terutama dari sector energi non fosil terbaharukan. Indonesia memiliki potensi yang besar akan energi nonfosil terbaharukan, seperti panas bumi, tenaga air, angin, matahari dan biomassa. Diantara energi nonfosil , sebagai negera agraris yang besar Indonesia menyimpan potensi luar biasa dari sektor energi biomassa. Energi Biomassa dapat kita artikan sebagai energi yang berasal dari aktifitas mahkluk hidup, seperti seperti tumbuhan maupun hewan. Dan yang lebih di tekankan di sini bahwa energi biomassa adalah energi yang dihasilkan dari limbah sisa atau hasil samping yang selama ini kurang digunakan baik dari pertanian seperti jerami dan sekam padi, perkebunan seperti sisa-sisa tandan kosong kelapa sawit, kehutanan seperti kayu atau serbuk sisa penggergajian ataupun peternakan seperti kotoran sapi maupun kerbau. Penekanan sumber biomassa berasal dari limbah / hasil samping, di karenakan jangan sampai dalam pemenuhan akan sumber energi berbenturan dengan pemenuhan sumber pangan bagi kehidupan manusia. Sesungguhnya penggunaan biomassa sebagai sumber energi telah berlangsung jauh sebelum di temukannya energi fosil, seperti penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk berbagai keperluan, tetapi karena tergeser oleh penggunaan bahan bakar minyak, akhirnya biomassa menjadi tersingkirkan. Tetapi melihat kondisi saat ini, dengan semakin mahalnya bahan bakar minyak, semoga bisa membuat energi biomassa untuk semakin dikembangkan sebagai energi alternatif dan dalam rangka penganekaragaman energi.

2. BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGI


Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan. Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit, jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung, sorghum, sago merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan sebagai bahan pembuatan bioethanol.

3. PRINSIP PEMBAKARAN BAHAN BAKAR


Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia bahan bakar dengan oksigen (O). Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Belerang (S). Akan tetapi yang memiliki kontribusi yang penting terhadap energi yang dilepaskan adalah C dan H. Masing-masing bahan bakar mempunyai kandungan unsur C dan H yang berbeda-beda. Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap (complete combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete combustion). Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang bereaksi dengan oksigen hanya akan menghasilkan CO2, seluruh unsur H menghasilkan H2O dan seluruh S menghasilkan SO2. Sedangkan pembakaran tak sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang dikandung dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan gas yang dihasilkan tidak seluruhnya CO2. Keberadaan CO pada hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung secara tidak lengkap. Jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran dinyatakan sebagai entalpi pembakaran yang merupakan beda entalpi antara produk dan reaktan dari proses pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini dapat dinyatakan sebagai Higher Heating Value (HHV) atau Lower Heating Value (LHV). HHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam wujud cair sedangkan LHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam bentuk uap. Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni melainkan

memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum yang diperlukan untuk menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah udara teoritis (atau stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya untuk pembakaran lengkap udara yang dibutuhkan melebihi jumlah udara teoritis. Kelebihan udara dari jumlah udara teoritis disebut sebagai excess air yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang sering digunakan untuk mengkuantifikasi jumlah udara dan bahan bakar pada proses pembakaran tertentu adalah rasio udara-bahan bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika jumlah udara sama dengan jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut sebagai pembakaran sempurna.

4. TEKNOLOGI UNTUK MENGKONVERSI ENERGI BIOMASSA


Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan teknologi mengkonversinya. Terdapat beberapa untuk

teknologi untuk konversi biomassa, pada dijelaskan Gambar 2.

Teknologi biomassa

konversi tentu saja

membutuhkan perbedaa n pada alat yang untuk

digunakan

mengkonversi biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan. Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam

penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal bakar. untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan konversi bahan yang

Sedangkan

konversi

biokimiawi

merupakan

teknologi

menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.

5. PEMANFAATAN ENERGI BIOMASSA


5.1. Biobriket Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan yang memakai mesin. Adapun cara untuk membuat biobriket secara semi mekanis disajikan dalam bentuk video. 5.2. Gasifikasi Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses

konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan

generator pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.

5.3. Pirolisa Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.

5.4. Liquification Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan dalam pemanfaatan. 5.5. Biokimia Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia. Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan an8

aerobic digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia. Adapun tahapan proses anaerobik digestion adalah diperlihatkan pada Gambar . Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas 99.5%.

You might also like