You are on page 1of 26

1

JUDUL PERCOBAAN : Koefisien Distribusi Iod


TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 02 April 2013 pukul 10.00 WIB
SELESAI PERCOBAAN : Selasa, 02 April 2013 pukul 12.30 WIB
TUJUAN PERCOBAAN :
- mengekstraksi iodium ke dalam pelarut organik
- menghitung koefisien distribusi (KD) iodium
DASAR TEORI :
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Pada proses ekstraksi
tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak),
melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu
proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap seperti : mencanpur bahan
ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling kontak. Dalam hal ini terjadi
perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan
pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut dalam proses
ekstraksi :
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Pada ekstraksi bahan-bahan
alami, sering terjadi bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-
sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar,
larutan ekstrak tersebut harus dibersihkan, misalnya diekstrak lagi dengan
menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan


2
Pelarut hendaknya memilikinya kemampuan melarutkan ekstrak yang
besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling tercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Untuk ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua
fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan
dengan gaya berat).
5. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Seringkali ekstraksi juga disertai
dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus
berada dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Pemisahan ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka kedua bahan itu tidak boleh terlalu
dekat dan keduanya tidak membentuk aseotrop.
Faktor-faktor yang lain :
Pelarut sedapat mungkin harus :
- murah
- tersedia dalam jumlah besar
- tidak beracun
- tidak dapat terbakar
- tidak eksplosif bila bercampur dengan udara


3
- tidak korosif
- tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
- stabil secara kimia dan termis
Setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai. Beberapa
pelarut yang penting adalah air, asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon
jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung klor,
isopropanol, etanol.
Dengan satu tahap ekstraksi tunggal, yaitu mencampur bahan ekstraksi
dengan pelarut satu kali, umumnya tidak seluruh ekstrak terlarutkan. Hal ini
disebabkan adanya kesetimbangan antara ekstrak yang terlarut dan ekstrak yang
masih tertinggal dalam bahan ekstraksi (hukum distribusi). Pelarutan lebih lanjut
hanya mungkin dengan cara memisahkan larutan ekstrak dari bahan ekstraksi dan
mencampur bahan ekstraksi tersebut dengan pelarut baru. Proses ini dilakukan
berulang-ulang hingga derajat ekstraksi yang diharapkan tercapai.
Ekstraksi akan lebih efisien jika dilakukan dalam jumlah tahap yang
banyak. Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah
konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah dan jumlah total pelarut
yang dibutuhkan menjadi besar.
Efisien ekstraksi juga dapat menggunakan proses aliran yang berlawanan.
Bahan-bahan ekstraksi mula-mula dikontakkan dengan pelarut yang sudah
mengandung ekstrak (larutan ekstrak) dan pada tahap akhir proses dikontakkan
dengan pelarut yang segar. Metode ini, pelarut dapat dihemat dan konsentrasi
larutan ekstrak yang lebih tinggi dapat diperoleh.
Permukaan, yaitu bidang antar muka untuk perpindahan massa antara
bahan ekstraksi dengan pelarut harus besar pada ekstraksi padat-cair. Hal tersebut
harus dicapai dengan memperkeccil ukuran bahan ekstraksi, dan pada ekstraksi
cair-cair dengan mencerai-beraikan salah satu cairan menjadi tetes-tetes.


4
Tahanan yang menghambat pelarut ekstrak seharusnya bernilai kecil.
Tahanan tersebut terutama tergantung pada ukuran dan sifat partikel dari bahan
ekstraksi. Semakin kecil partikel ini, semakin pendek jalan yang harus ditempuh
pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga rendah tekanannya.
Suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil viskositas fasa cair dan semakin
besar kelarutan ekstrak dalam pelarut. Selain itu, kecenderungan pembentukan
emulsi berkurang pada suhu tinggi.
Ekstraksi padat cair
Pada ekstraksi padat cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar dibidang industri bahan alam.
Proses ekstraksi padat cair merupakan ekstraksi yang digabungkan
dengan reaksi kimia. Dalam hal ini ekstrak, dengan bantuan suatu asam anorganik
misalnya, dikonversikan terlebih dahulu ke dalam bentuk yang larut.
Pada ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut,
maka pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan
melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi tinggi terbentuk dibagian
dalam bahan ekstrak. Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi pada tiap tahap
ekstraksi, perlu diusahakan agar kuantitas cairan yang tertinggal sekecil mungkin.
Untuk mencapai kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat
cair, syarat-syarat yang harus dipenuhi.
1. memperluas permukaan tahan
Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa
padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas
mungkin. Ini dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan ekstraksi.
2. kecepatan alir pelarut


5
Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibanding dengan laju alir
bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera diangkut keluar dari
permukaan padat.
3. suhu
Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak
lebih besar) pada umumnya menguntungkan kerja ekstraksi.
Ekstraksi cair cair
Pada ekstraksi cair cair, suatu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak
bumi, dan garam-garam logam. Ekstraksi cair cair terutama digunakan bila
pemisahan campuran dengan cara distilasi tidak mungkin dilakukan. Ekstraksi
cair cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap yaitu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu
sempurna.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam
pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan
pelarut tidak saling melarut. Agar terjadi performansi ekstraksi yang besar
(pemisahan massa yang baik) diharuskan agar bidang kontak yang seluas mungkin
diantara kedua cairan.
Pada saat pemisahan cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes
harus menyatu kembali menjadi fasa homogen dan berdasarkan kerapatan cukup
besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kuantitas pemisahan per satuan
waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa semakin
luas.
Ekstraktor Cair Cair Tak Kontinu


6
Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi yang cair dicampur
berulang kali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan
ekstrak yang dihasilkan tiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan. Untuk
konstruksi yang lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan pemisahan
adalah tangki yang bagian bawahnya runcing (yang dilengkapi dengan perkakas
pengaduk, penyalur ke bawah, maupun kaca intip yang tersebar pada seluruh
ketinggiannya. Alat tak kontinu yang sederhana itu digunakan untuk mengelola
bahan dalam jumlah kecil atau sekali-kali dilakukan ekstraksi.
Ekstraktor Cair Cair Kontinu
Operasi kontinu pada ekstraksi cair cair dapat dilakasanakan dengan
sederhana, karena tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara
mudah dapat dialirkan. Bahan ekstraksi berulang kali dicampurkan dengan pelarut
atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya semakin
meningkat. Setiap kali kedua fasa dipisahkan dengan cara penjernihan. Bahan
ekstraksi dan pelarut terus menerus diumpankan ke dalam alat. Sedangkan refinat
dan larutan ekstrak dikeluarkan secara kontinu. Ekstraktor yang sering digunakan
adalah kolom-kolom ekstraksi. Alat ini, disamping digunakan sebagai perangkat
pencampur pemisah, juga digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan
berada dalam kuantitas besar atau bahan tersebut diperoleh dari proses-proses
sebelumnya secara terus-menerus.
Koefisien Distribusi (KD)
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling tercampur dimasukkan solut yang dapat larut ke dalam kedua pelarut
tersebut, maka akan terjadi pembagian solutedengan perbandingan tertentu. Kedua
pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Perbandingan konsentrasi
solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada
suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi.
Co atau C
A
..(1)
Co = konsentrasi fase organik


7
C
A
= konsentrasi fase air
Jika harga KD besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi
lebih banyak ke dalam pelarut organik. Jika harga KD kecil, solut secara
kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih sedikit ke dalam pelarut organik.
Besarnya KD yang dihitung berdasarkan persamaan (1) hanya berlaku bila :
1. Solut tidak terionisasi dalam satu pelarut.
2. Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut.
3. Zat terlarut tidak bereaksi dengan salah satu pelarut atau reaksi-reaksi lain.
Angka Banding Distribusi (D)
Jika solut terionisasi, berasosiasi dan bereaksi dengan salah satu pelarut
maka kondisi demikian harga KD tidak dapat lagi menggambarkan distribusi
solute diantara kedua fasa pelarut. Karena solute tidak berada dalam rumus
molekul yang sama didalam kedua fasa pelarut. Oleh karena itu, perlu
didefnisikan suatu besaran baru, yang dinamakan angka banding distribusi (D).
Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut
dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut itu
adalah senyawa (X), maka rumus angka banding distribusi dapat ditulis :
D = konsentrasi total senyawa X dalam fasa organik
Konsentrasi total senyawa X dalam fasa air
Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerasi, maka
KD=D. Harga D tidak konstan Karena tergantung dari reaksi antara lain pH fasa
air, konsentrasi pengompleks. Harga D semakin kecil dengan berkurangnya
keasaman larutan. Berdasarkan definisi harga D diatas, dapat didimpulkan bahwa
jumlah total solute dalam pelarut organik semakin berkurang dengan
berkurangnya keasaman larutan.
ALAT DAN BAHAN :


8
A. Alat :
1. Gelas ukur 10 ml
2. Corong pisah
3. Pipet gondok
4. Pipet tetes
5. Erlenmeyer
6. Pipet tetes
7. Corong gelas
8. Labu ukur
9. Buret
10. Statif
11. Klem
B. Bahan :
1. Akuades
2. Larutan iod
3. Larutan kanji
4. Kloroform
5. H
2
SO
4

6. Na
2
S
2
O
3


ALUR KERJA :
1. Pengenceran iodium 0,1 M








10 ml iodium 0,1 M
Dimasukkan kedalam
labu ukur 100 ml
Diencerkan dengan air
sampai volume 100 ml
Larutan iod encer


9
2. Ekstraksi iodium 0,01 M




















3. Larutan awal





10 ml larutan iodium 0,01 M
encer
Dimasukkan kedalam corong
pisah
Ditambah 5 ml kloroform
Dikocok beberapa kali (2-5 kali)
sampai kedua lapisan terpisah
dengan baik
Lapisan air Lapisan organik
Ditampung dalam erlenmeyer
Diasamkan dengan 2ml H
2
SO
4

2M
Ditambah 3 tetes larutan kanji 0,2
%
Dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3

0,0001M sampai warna biru
hilang
Dikeluarkan dari corong
pisah
Volume Na
2
S
2
O
3

10 ml larutan iod
Ditampung dalam erlenmeyer
Diasamkan dengan 2ml H
2
SO
4

2M
Ditambah 3 tetes larutan kanji 0,2
%
Dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3

0,0001M sampai warna biru
hilang
Volume Na
2
S
2
O
3



10
HASIL PENGAMATAN :
No Alur kerja Hasil pengamatan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Pengenceran iodin 0,1M













11
2. Ekstraksi iodium 0,01M

Larutan iod
:merah
kecoklatan
Kloroform :
larutan
tidak
berwarna
Setelah
dikocok
terbentuk 2
lapisan :
Lapisan
atas
(lapisan air)
: larutan
berwarna
kuning
Lapisan
bawah
(lapisan
organik) :
larutan
berwarna
ungu

2S
2
O
32-

S
4
O
6
2-
+ 2e
I
2
+ 2e 2I
-

Jadi, K
D
yang
diperoleh
adalah 9,3125
Lapisan air
: larutan
setelah
ditambah
2S
2
O
32-

S
4
O
6
2-
+ 2e



12
kuning (+)
H
2
SO
4
:
larutan
tidak
berwarna
Kanji :
larutan
keruh
H
2
SO
4
:
larutan
kuning (++)
setelah
ditambah
larutan
kanji :
kuning
kehitaman
dititrasi
dengan
Na
2
S
2
O
3
:
larutan
tidak
berwarna
volume
Na
2
S
2
O
3
:
- V
1
= 3,4 ml
- V
2
= 3,1 ml
- V
3
= 3,1 ml
I
2
+ 2e 2I
-



13
Larutan awal

Larutan iod
:merah
kecoklatan
H
2
SO
4
:
larutan
tidak
berwarna
Kanji :
larutan
keruh
Larutan
Na
2
S
2
O
3
:
tidak
berwarna
Larutan
iod +
H
2
SO
4
:
larutan
berwarna
kuning (+)
Setelah
ditambah
larutan
kanji :
kuning
kehitaman
Dititrasi
dengan
Na
2
S
2
O
3
:
larutan
biru
larutan
tidak
berwarna



14
Volume
Na
2
S
2
O
3
:
- V
1
= 18 ml
- V
2
= 18,3
ml
V
3
= 18 ml












15
ANALISIS DAN PEMBAHASAN :
Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mengekstrak iod ke
dalam pelarut organik dan menghitung harga K
D
dari iod. Langkah
-
langkah
percobaan terbagi menjadi 4 yaitu pembuatan larutan iod, menentukan konsentrasi
iod awal, mengekstrak iod dan menentukan konsentrasi iod sisa. Pembuatan
larutan iod diawali dengan cara memipet iod kemudian mengencerkannya dengan
aquades sampai volum 100 ml. Langkah berikutnya yaitu menentukan konsentrasi
iod awal dengan cara menitrasinya dengan larutan Na
2
S
2
O
3
. 10 ml larutan iod
0,01M (yang telah diencerkan sebelumnya) diambil dengan pipet gondok dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Larutan tersebut ditambahkan dengan 2 ml
H
2
SO
4
2M. Larutan iod yang semula berwarna merah kecokelatan, setelah
ditambah H
2
SO
4
menjadi berwarna kuning (+). Tujuannya penambahan H
2
SO
4

ini adalah memberi suasana asam. Selanjutnya ditambahkan dengan 3 tetes larutan
kanji 2%. Larutan kanji berfungsi sebagai indikator perubahan warna. Setelah
ditambahkan larutan kanji, warna larutan berubah menjadi kuning kehitaman.
Setelah itu dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,01 M. Terjadi 2 kali perubahan warna pada
saat titrasi berlangsung. Pertama terjadi perubahan warna menjadi biru yang
kemudian warna biru itu memudar menjadi biru kehijauan, dan akhirnya menjadi
tidak berwarna. Didapatkan volum dari tiga kali titrasi yaitu sebesar 18mL;
18,3mL; 18mL. Dari hasil titrasi diketahui mmol iod awal sebesar 0,0905 mmol.
Setelah diketahui konsentrasi iod awal, langkah selanjutnya adalah
mengekstraksi iod. Mula-mula merangkai alat yang terdiri dari corong pisah dan
statif. Larutan iod dimasukkan ke dalam corong pisah lalu ditambahkan 5mL
kloroform. Setiap penambahan 1 mL kloroform. Larutan dikocok sambil sesekali
corong pisah dibuka. Tujuan dari pembukaan corong pisah adalah untuk
membuang gas yang timbul. Gas yang timbul selama proses pengkocokan adalah
uap kloroform. Larutan terus dikocok sampai warna iod memudar. Warna iod
yang pudar menandakan bahwa telah terjadi proses ekstraksi larutan iod oleh
kloroform (pelarut organik). Langkah selanjutnya adalah memisahkan pelarut
organik dari larutan iod. Pelarut organik yang sudah tercampur iod warnanya
berubah menjadi ungu selanjutnya disebut fase organik.


16
Larutan iod hasil ekstraksi (fase air) kemudian dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3

untuk menentukan konsentrasinya. Sebelum dititrasi larutan hasil ekstraksi juga
ditambahkan dengan 2 ml H
2
SO
4
2M serta 3tetes larutan kanji 2% dengan tujuan
sama seperti yang telah disebutkan di atas. Diperoleh volum Na
2
S
2
O
3
yang
dibutuhkan untuk titrasi sebanyak 3kali yaitu 3,4mL; 3,1mL; 3,1mL. Dari hasil
titrasi diketahui konsentrasi larutan iod fase air sebesar 1,6 x 10
-3
M (perhitungan
terlampir) .
Setelah diperoleh mmol Iod awal kemudian menghitung konsentrasi dalam
fase air, dapat dihitung konsentrasi fase organik. Dari hasil perhitungan diketahui
konsentrasi fase organik sebesar 0,0149 M. Sehingga harga K
D
bisa dihitung
menggunakan persamaan:
K
D
=
I
2

o

I
2

a

Setelah dimasukkan nilai fase organik 0,0149 M dan fase air 1,6 x 10
-3
M,
maka diketahui harga K
D
iod 9,3125.

DISKUSI :
Dari hasil percobaan, ternyata diperoleh harga K
D
tidak 10 melainkan
9,3125. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, dalam mengocok
larutan pada corong pisah kurang benar sehingga hanya sedikit kloroform yang
terekstrak dan menyebabkan larutan fase air masih mengandung kloroform
sehingga diperoleh harga K
D
hanya 9,3125. Kedua, setelah ekstraksi, larutan iod
tidak didiamkan sebentar tetapi langsung ditambahkan H
2
SO
4
dan larutan kanji.
Dengan demikian, warna larutan setelah ditambahkan larutan kanji menjadi
berwarna hijau kehitaman bukan berwarna biru dan berpengaruh pada volume
Na
2
S
2
O
3
yang mengakibatkan harga K
D
yang diperoleh kecil.

KESIMPULAN :
Berdasarkan percobaan koefisien distribusi iod yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan:


17
- Iod telah terekstrak ke dalam pelarut organik ditandai dengan memudarnya
warna larutan iod.
- Koefisien distribusi iod (KDI) yang diperoleh berdasarkan hasil praktikum
adalah 9,3125.

DAFTAR PUSTAKA :
JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-enam).
Jakarta: Erlangga.
Oxtoby , David. 2001. Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I. Jakarta: Erlangga
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sri Mulyani. 2005. Kimia Fisika II. Malang: UM Press
Tim Dosen. 2013. Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Pemisahan
Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia UNESA.












18
JAWABAN PERTANYAAN :
1. Apa perbedaan K
D
dan D?
Koefisien Distribusi (K
D
) menyatakan perbandingan konsentrasi zat terlarut
dalam fase air dan fase organik saat tidak ada interaksi antara zat terlarut dan
pelarutnya. Sedangkan angka banding distribusi (D) adalah perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam fase air dan organic saat zat terlarut berinteraksi
dengan pelarutnya.
Secara matematis K
D
dinyatakan dengan:
K
D
=
I
2

o

I
2

a


untuk D dinyatakan dengan :
D =
jumlah dalam fase organik
jumlah dalam fase air

2. Bila mana harga K
D
sama dengan D?
Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi, maka
harga K
D
sama dengan D
3. Bagaimana mencari harga hubungan antara K
D
dan D untuk asam lemah HB?
Asam lemah HB yang mengalami dimerisasi dalam suatu pelarut organik?
harga KD tidak digunakan untuk mencari efektivitas ekstraksi tetapi
menggunakan harga banding, D yang dirumuskan:
KD =



D =



Angka banding Ddisebut rasio distribusi.Jelas bahwa D tak akan tetap
konstan sepanjang jangka kondisi eksperimen. Misalnya, dengan naiknya
pHfase berair Dakan turun karena asam benzoat diubah menjadi ion benzoat,
yang tak terekstrak ke dalam bezena. Penambahan elektrolit apa saja dapat
mempengaruhi D dengan mengubah koefesien aktivitas. Tetapi, rasio
distribusi berguna bila nilainya diketahui untuk seperangkat tertentu kondisi.
4. Bagaimana mencari hubungan antara K
D
dan D untuk basa lemah yang
terionisasi dalam pelarut air dan tidak bereaksi dalam pelarut organik?


19
5. Untuk suatu asam lemah, HB. Seandainya asam itu monomerik dalam kedua fase itu,
dan anion asam itu tidak tembus fase organik, maka berlaku rumus kesetimbangan:
| |
| | | |
| |
| |
| | | |
| |
| |
| |
| |
a 3
a
a
a a
a
o
HB
a a
o
O H
HB
B
HB
B H3O
HB
HB
B HB
HB
+

= =
=
+
=
a a
D
K K
K
D

maka,
| |
| |
| |
| |
|
|
.
|

\
|
+
=
+
a 3
a
a
o
O H
HB
HB
HB
a
K
D
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
a 3
HB
a 3
HB
a 3
HB
a 3
HB
a 3
HB
HB
a 3
HB
a 3
a
o
O H
O H
O H
O H
O H
1
O H
1
O H
1 HB
HB
+
+
+
+
+
+
+
+
=
|
|
.
|

\
| +
=
|
|
.
|

\
|
+
=
|
|
.
|

\
|
+
=
|
|
.
|

\
|
+
=
a
D
a
D
a
D
a
D
a
K
K
K
K
K
K
K
K
K


6. Buktikan bahwa dengan ekstraksi berganda akan dihasilkan persen terekstrak
lebih besar dari pada satu kali ekstraksi ?
Ekstraksi ganda akan menghasilkan persen terekstrak lebih besar, hal itu dapat
dibuktikan melalui praktikum maupun perhitungan. Misalnya pada praktikum


20
kali ini, perbandingan antara penggunaan kloroform sekaligus 5 ml, dan
penggunaan kloroform dibagi menjadi 5 = @ 1 ml kloroform.
Perbandingannya, dapat diketahui dari hitungan dengan menggunakan rumus
f
aq
=
n






















21
LAMPIRAN
Perhitungan
A. Larutan standar
Diketahui : M Na
2
S
2
O
3
= 0,01 M
2S
2
O
3
2-
S
4
O
6
2-
+ 2e
Ekivalen S
2
O
3
2-
= 1 ek
V
1
titrasi Na
2
S
2
O
3
= 18 ml
V
2
titrasi Na
2
S
2
O
3
= 18,3 ml
V
3
titrasi Na
2
S
2
O
3
= 18 ml
Reaksi pada larutan standart :
I
2
+ 2e 2I
-

2S
2
O
3
2-

S
4
O
6
2-
+ 2e
I
2
+ 2S
2
O
3
2-
2I
-
+ S
4
O
6
2-

Ditanya : mmol I
2
?
Jawab : mmek Na
2
S
2
O
3
= mmek I
2

1

1
2
= mmek I
2


0,01 18
2
= mmol I
2

0,09 = mmol I
2

mmek Na
2
S
2
O
3
= mmek I
2

1

1
2
= mmek I
2



22

0,01 18,3
2
= mmol I
2

0,0915 = mmol I
2

mmek Na
2
S
2
O
3
= mmek I
2

1

1
2
= mmek I
2


0,01 18
2
= mmol I
2

0,09 = mmol I
2

Jadi, mmol I
2
rata-rata =
0,09+0,0915+0,09
3
=
0,2775
3
= 0,0905 mmol

B. Setelah diekstraksi dengan kloroform :
Reaksi : I
2
+ 2e 2I
-

2S
2
O
3
2-

S
4
O
6
2-
+ 2e
I
2
+ 2S
2
O
3
2-
2I
-
+ S
4
O
6
2-

Hasil ekstraksi pertama yang selanjutnya dititrasi.
Diketahui : M Na
2
S
2
O
3
= 0,01 M
V
1
titrasi Na
2
S
2
O
3
= 3,4 ml
V
2
titrasi Na
2
S
2
O
3
= 3,1 ml
V
3
titrasi Na
2
S
2
O
3
= 3,1 ml
Ditanya : mmol I
2
dalam fasa air ?
Jawab : mmek Na
2
S
2
O
3
= mmek I
2(a)



23

1

1
2
= mmek I
2


0,01 3,4
2
= mmol I
2

0,017 = mmol I
2

mmek Na
2
S
2
O
3
= mmek I
2(a)

1

1
2
= mmek I
2


0,01 3,1
2
= mmol I
2

0,0155 = mmol I
2

mmek Na
2
S
2
O
3
= mmek I
2(a)

1

1
2
= mmek I
2


0,01 3,1
2
= mmol I
2

0,0155 = mmol I
2

Jadi, mmol I
2
rata-rata dalam fasa air =
0,017+0,0155+0,0155
3
=
0,048
3
=0,016
Maka, mmol I
2
dalam fasa organik = mmol I
2
mula-mula mmol I
2
dalam fasa
air
= (0,0905 0,016) mmol
= 0,0745 mmol
[I
2
]
o
=
0,0745
5
= 0,0149 M
[I
2
]
a
=
0,016
10
= 1,6 x 10
-3
M


24
K
D
=
I
2

o

I
2

a
=
0,0149
1,6 10
3
= 9,3125

Dokumentasi


















Larutan Iodium Larutan Iodium +
H
2
SO
4

Hasil titrasi larutan
iodium
Larutan Iodium +
Kloroform
Larutan Iodium +
Kloroform setelah
dilakukan pengocokan
Iodium dalam fase air


25






















Larutan Iodium dalam
fase air sebelum
ditambah H
2
SO
4

Larutan Iodium dalam
fase air setelah
ditambah H
2
SO
4

Larutan Iodium dalam
fase air saat awal
titrasi
Fasa Organik
Larutan Iodium dalam
fase air setelah dititrasi


26

You might also like