You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN DEMAM THYPOID Tugas mata kuliah : Keperawatan Anak II Dosen

Pengampu : Titis Sensussiana,S.Kep.,Ns.

DISUSUN OLEH : ASEP AMINUDDIN IKA ARIYATININGSIH MIATUN KHIKMAH RATIH KARTIKAWATI EKA ANGUDI UTAMI K.004.008.002 K.004.008.008 K.004.008.009 K.004.008.010 K.005.009.023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DUTA GAMA KLATEN 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. 10 April 2011

Penyusun

DAFTAR ISI Halaman judul................................................................................................................. Kata Pengantar...................................................................................................................2 Daftar isi............................................................................................................................3 Bab I Pendahuluan.............................................................................................................4 A. Latar belakang........................................................................................................4 B. Tujuan penulisan....................................................................................................4 Bab II Tinjauan Teori.........................................................................................................5 a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Definisi.......................................................................................................5 Etiologi........................................................................................................5 Tanda dan Gejala.........................................................................................6 Manifestasi klinis.........................................................................................7 Patofisiologi.................................................................................................7 Pathway........................................................................................................8 Pemeriksaan penunjang...............................................................................8 Asuhan keperawatan....................................................................................9 Komplikasi.................................................................................................14 Diet makanan.............................................................................................15 Terapy obat-obatan....................................................................................15 Cara pencegahan........................................................................................15

Bab III Penutup..................................................................................................................17 A. Kesimpulan............................................................................................................17 B. Saran......................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang kurang baik. Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemic, tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Demam tifoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata anatra insidensi demam tifoid pada wanita dan pria. Tifoid Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Gejala kilnis pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10 sampai 20 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Relaps dapat terjadi pada minggu ke-2 setelah suhu badan normal kembali. Komplikasi pada usus halus jarang terjadi,akan tetapi sering fatal, yaitu perdarahan usus, perforasi usus dan peritonitis. Komplikasi diluar usus dapat terjadi oleh karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, terjadinya infeksi sekunder, masukan makanan yang kurang atau suhu tubuh yang tinggi. B. Tujuan penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada anak dengan Demam Thypoid ini adalah : 1. Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dari demam typhoid. 2. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Demam typhoid dan dapat melaksanakannya dengan baik.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi 1. Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). 2. Tifoid adalah penyakit infeksi usus halus, Tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996). 3. Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypi dan Salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ). 4. Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ). 5. Tifoid adalah suatu penyakit usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhosa, Salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999). 6. Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002). 7. Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa, hati atau kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

B. Etiologi Penyebab tifoid dan paratifoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997) ada dua sumber penularan Salmonella typhi yaitu pasien dengan tifoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari tifoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. C. Tanda dan gejala Gejala klinis Pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat. Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001). Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997) Gambaran Klinik

D. Manifestasi klinis Masa tunas typhoid 10 14 hari a. Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut. b. Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), penurunan kesadaran. E. Patofisiologi Penularan Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang hepatomegali, meteorismus,

tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002) F. Pathway

G. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap. Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. 2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT. SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus 3. Pemeriksaan Uji Widal. Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

a.

Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri

b.

Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri

c.

Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakteri.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001) H. Asuhan keperawatan a. Pengkajian pada anak dengan demam Tifoid 1. Riwayat keperawatan 2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama

pada malam hari,nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran b. Diagnosa Keperawatan demam Tifoid 1. Salmonella thypi 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung 3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat c. Intervensi Keperawatan Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

10

1.

Hipertermia

berhubungan

dengan

proses

infeksi

Salmonella

thypi

Tujuan : Hipertermi teratasi Kriteria hasil : Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid. Intervensi : a. Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas b. Anjurkan pada keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung. Tujuan : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi Kriteria hasil : Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat. Intervensi: a. Kaji pola nutrisi klien b. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien c. Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut d. Timbang berat badan tiap hari

11

e. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering f. Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine). 3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat Tujuan: Pengetahuan keluarga meningkat Kriteria hasil: Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan. Intervensinya: a. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, b. c. d. e. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien Beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien f. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

d.Evaluasi Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi

12

hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya Perencanaan Keperawatan anak dengan demam Tifoid 1. Mempertahankan suhu dalam batas normal a. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan c. Beri minum yang cukup d. Berikan kompres air hangat e. Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat f. Pemberian obat antipireksia g. Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat 2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan a. Menilai status nutrisi anak b. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi anak saat selera makan anak meningkat. c. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi d. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering e. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama f. Mempertahankan kebersihan mulut anak

13

g. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit h. Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak. 3. Mencegah kurangnya volume cairan a. Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa kering, bibir pecah-pecah c. Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama d. e. Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin. f. Memberikan antibiotik sesuai program (Suriadi & Rita Y, 2001)

Rencana keperawatan 1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi 2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan

3. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman. 4. Penderita memerlukan istirahat 5. Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat (Samsuridjal D dan Heru S, 2003)

14

6. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak. 7. 8. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut 9. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan. (Suriadi & Rita Y, 2001) 10. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. 11. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada I. Komplikasi a. Komplikasi intestinal 1) Perdarahan usus 2) Perforasi usus 3) Ilius paralitik b. Komplikasi extra intestinal 1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis. 2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik. 3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis. 4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis. 5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis. 6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

15

7) Komplikasi neuropsikiatrik :delirium,meningitis, polineuritis perifer,sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia. c. Komplikasi perdarahan. J. Diet makanan yang diberikan untuk pasien anak-anak : 1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein. 2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. 3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. 4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari. K. Terapy Obat-obatan. 1) Klorampenikol 2) Tiampenikol 3) Kotrimoxazol 4) Amoxilin dan ampicillin L. Cara pencegahan Pencegahan dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Suatu infeksi yang menyerang di sistem pencernaan pada anak salah satunya adalah Demam Thypoid. Infeksi ini disebabkan oleh Salmonella thyposa yang menginfeksi pada bagian usus halus anak. Tindakan Keperawatan yang dapat kita lakukan antara lain : memantau suhu tubuh pasien, mempertahankan intake makanan yang masuk, dan menjelaskan proses penyakit yang terjadi pada pasien tersebut. B. Saran Makalah ini kami tujukan untuk mahasiswa keperawatan sekalian agar : 1. Menambah wawasan mahasiswa keperawatan tentang penyakit demam typhoid 2. Mengetahui cara penatalaksanaan yang dilakukan untuk membuat asuhan keperawatan yang baik. 3. Dan terakhir semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:n41HUkL_Pk4J:www.medicaljournal.co.cc/2010/03/askep-pada-anak-dgnthypoid.html+askep+demam+thypoid+pada+anak&cd=35&hl=id&ct=clnk&gl=id&sourc e=www.google.co.id Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000. Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997. Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992. Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997. Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001. Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.

18

Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawata pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001. Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

19

You might also like