You are on page 1of 9

HUBUNGAN DOKTER PASIEN Pendahuluan Perlindungan masyarakat yang menggunakan pelayanan medis oleh dokter, selain dipedomani oleh

etika universal, saat ini dijamin oleh undang-undang. Segala tindakan yang dilakukan oleh dokter dalam rangka pengobatan mengikuti prosedur sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang dalam hal ini diatur oleh disiplin ilmu masing-masing. Masyarakat pengguna pelayanan medis, dalam batasan tertentu, perlu mengetahui alasan tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya. Hal ini menyiratkan perlunya mengembangkan hubungan dokter pasien sebagai hubungan penuh kepercayaan dalam wujud komunikasi dua arah yang memberikan peluang bagi masing-masing pihak untuk menyampaikan pendapatnya. Disadari bahwa masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk secara aktif mendapatkan informasi dalam rangka penggunaan pelayanan medis. Umumnya mereka menyerahkan sepenuhnya kepada dokter tentang pelayanan medis yang diberikan kepadanya. Masyarakat pengguna pelayanan medis belum banyak yang mengetahui bahwa mereka punya hak dan kewajiban sebgai pasien. Di dalam hak pasien, antara lain disebutkan bahwa ia berhak mengetahui hak-haknya sebelum mendapat pelayanan medis. Jadi, pasien bisa meminta informasi tentang pelayanan medis yang akan diterimanya. Berdasarkan informasi yang diperolehnya, pasien berhak menerima atau menolak tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya. Memilih dokter dan rumah sakit juga merupakan hak pasien. Ia juga berhak mendapatkan informasi/penjelasan mengenai biaya yang harus dibayarkannya. Ketidak puasan dalam menerima pelayanan medis bisa diajukan pasien sesuai mekanisme yang berlaku. Esensi Hubungan Dokter Pasien Dokter adalah pihak yang mempunyai keahlian di bidang kedokteran, sedangkan pasien adalah orang sakit yang membutuhkan bantuan dokter untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Pada kedudukan ini, dokter adalah orang yang dianggap pakar dalam bidang kedokteran dan pasien adalah orang sakit yang awam akan penyakitnya dan mempercayakan dirinya untuk disembuhkan oleh dokter. Hubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif yang yang disebut juga hubungan medik. Dalam hubungan demikian superioritas dokter terhadap pasien dalam bidang ilmu biomedis jelas terlihat, yaitu hanya ada kegiatan pihak dokter, sedangkan pasien tetap pasif. Hubungan ini tampak berat sebelah dan tidak sempurna, karena merupakan suatu pelaksanaan wewenang oleh yang satu terhadap yang lainnya. Oleh karena hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antar manusia, seyogyanya hubungan itu merupakan hubungan yang mendekati persamaan hak antar manusia. Selain itu dalam hubungan medik dasar dari hubungan antara dokter-pasien adalah atas dasar kepercayaan terhadap kemampuan dokter untuk berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pertolongan dalam menyembuhkan penyakit yang dideritanya, pasien percaya bahwa dokter akan berupaya semaksimal mungkin menyembuhkan penyakitnya. Tanpa adanya kepercayaan dari pasien yang melandasi hubungan medik, maka upaya penyembuhan dari dokter akan sia-sia sehingga hubungan medik dikatakan sebagai hubungan atas dasar kepercayaan.

Pertolongan itu menjadi sangat penting karena menyangkut keselamatan jiwa dan tubuh si pasien. Apa yang diderita oleh pasien seringkali menimbulkan aib tertentu bila diketahui oleh orang lain, khususnya penyakit-penyakit yang dicitrakan negatif oleh masyarakat. Disinilah dokter memainkan peranan penting sebagai sosok yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi. Kredibilitas memiliki dua komponen yaitu keahlian (expertness) dan kepercayaan (trustworthiness). Keahlian adalah kesan yang dibentuk oleh dokter tentang kemampuan dokter dalam hubungannya dengan menangani penyakit yang diderita pasien. Dokter yang dinilai memiliki keahlian tinggi dianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman atau terlatih. Kepercayaan adalah kesan yang diciptakan oleh dokter yang berkaitan dengan wataknya. Dalam posisi sebagai penolong terpercaya, dokter harus dapat meyakinkan pasien bahwa dirinya tidak akan merugikan pasien, senantiasa berbuat baik, menghargai kepentingan pasien, dan berlaku adil. Atas dasar uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan dokter-pasien merupakan hubungan yang unik, karena di satu sisi pola yang berlangsung adalah hubungan biomedis aktif-pasif, sedangkan di sisi lain adalah adanya tuntutan hubungan yang setara dengan dasar kepercayaan. Sebenarnya pola dasar hubungan dokter dan pasien, terutama berdasarkan keadaan sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola hubungan, yaitu : 1. Activity passivity Pola hubungan ini seperti hubungan antara orang tua-anak yang merupakan pola hubungan klasik sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik pada abad ke 5 sebelum masehi. Disini dokter seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa campur tangan pasien, dengan suatu motivasi altruistis. Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang tidak sadar, atau menderita gangguan mental berat. 2. Guidance Cooperation Hubungan yang berupa membimbing kerjasama seperti halnya orang tua dan remaja. Pola ini diketemukan apabila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit infeksi baru atau penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta kemauan sendiri. Ia berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia bekerjasama. Walaupun dokter mengetahui lebih banyak, ia tidak semata-mata menjalankan kekuasaan, namun mengharapkan kerjasama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasehat atau anjuran dokter. 3. Mutual Participation Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara kesehatannya seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien secara sadar aktif dan berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latarbelakang pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.

Saat seseorang menderita sakit, baik fisik, mental, maupun sosialnya, sejumlah perilaku tertentu dapat muncul, seperti : a. kehilangan kepercayaan diri b. kehilangan lingkungan sosial dan fisik c. gegar budaya ( culture shock ) d. mengalami kepasifan e. mengalami ketegangan jiwa berbagai perasaan yang dialami pasien ini meneguhkan suatu komitmen bagi para dokter sebagai kelompok profesi yang luhur, senantiasa berperan sebagai dewa penolong bagi pasien. Hal ini kemudian mengarah pada profesionalisme dokter. Diharapkan ada beberapa ciri profesionalisme yang melekat pada sosok dokter, yaitu : - kejujuran - integritas - kepedulian terhadap pasien (duty of care) - menghormati pasien - belas kasih (compassion) kepada pasien - sopan santun kepada pasien - pengabdian yang berkelanjutan untuk mempertahankan kompetensi pengetahuan dan keterampilan teknis medis profesionalisme merupakan janji publik bahwa dokter akan terus dapat dipercaya sebagai penolong pasien. Didalamnya terdapat kontrak sosial untuk memegang teguh komitmen terhadap kepentingan terbaik pasien, jujur, dan menghormati hak-hak pasien dalam menjalankan praktiknya sebagai upaya altruistik (tanpa pamrih). Profesionalisme memperhatikan keseimbangan antara harapan kesembuhan pasien, yang merupakan kuasa Tuhan, dengan upaya maksimal yang dilakukan dokter (sebagai hamba Tuhan) dengan keluhuran budi pekertinya sebagai penolong pasien. Dengan demikian, profesionalisme adalah pupuk upaya kerjasama antara pasien-dokter menuju kesembuhan pasien. 2. Aspek hukum hubungan dokter-pasien Dokter dan pasien adalah dua subjek hukum yang terkait dalam hukum kedokteran. Keduanya membentuk baik hubungan medik maupun hubungan hukum. Hubungan medik dan hubungan hukum antara dokter dan pasien adalah hubungan yang obyeknya pemeliharaan kesehatan pada umumnya dan pelayanan kesehatan pada khususnya. Dalam melaksanakan hubungan antara dokter dan pasien, pelaksanaan hubungan antara keduanya selalu diatur dengan peraturan-peraturan tertentu agar terjadi keharmonisan dalam pelaksanaannya. Seperti diketahui hubungan tanpa peraturan akan menyebabkan ketidakharmonisan dan kesimpangsiuran. Dalam pekembangannya, hubungan hukum antara dokter dan pasien ada dua macam, yaitu : a. hubungan karena kontrak (transaksi terapeutik) karena adanya perkembangan yang menuntut hubungan dokter-pasien bukan lagi merupakan hubungan yang bersifat paternalistik tetapi menjadi hubungan yang didasari pada kedudukan yang seimbang/partner, maka hubungan itu menjadi

hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual terjadi karena para pihak yaitu dokter dan pasien masing-masing diyakini mempunyai kebebasan dan mempunyai kedudukan yang setara. Kedua belah pihak lalu mengadakan suatu perikatan atau perjanjian dimana masing-masing pihak harus melaksanakan peranan atau fungsinya satu terhadap yang lain. Peranan tersebut bisa berupa hak dan kewajiban. Hubungan karena kontrak umumnya terjadi melalui suatu perjanjian.Dalam kontrak terapeutik, hubungan itu dimulai dengan tanya jawab (anamnesis) antara dokter dengan pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik, kadang-kadang dokter membutuhkan pemeriksaan diagnostik untuk memunjang dan membantu menegakkan diagnosisnya yang antara lain berupa pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan laboratorium sebelum akhirnya dokter menegakkan suatu diagnosis. Diagnosis ini dapat merupakan suatu working diagnosis atau diagnosis sementara, bisa juga merupakan diagnosis yang difinitif. Setelah itu dokter biasanya merencanakan suatu terapi dengan memberikan resep obat atau suntikan atau operasi atau tindakan lain dan disertai dengan nasihat-nasihat yang perlu diikuti agar kesembuhan dapat segera dicapai oleh pasien. Dalam proses pelaksanaan hubungan dokter-pasien tersebut, sejak tanya jawab sampai dengan perencanaan terapi, dokter melakukan pencatatan dalam suatu medical record (rekam medis). Pembuatan rekam medis ini merupakan kewajiban dokter sesuai dengan standar profesi dokter. Dalam upaya menegakkan diagnosis atau melaksanakan terapi, dokter biasanya melakukan suatu tindakan medik. Tindakan medik tersebut ada kalanya atau sering dirasa menyakitkan atau menimbulkan rasa tidak menyenangkan. Secara material, suatu tindakan medik itu sifatnya tidak bertentangan dengan hukum apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yang konkret dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu kedokteran. Kedua syarat ini dapat juga disebut sebagai bertindak secara lege artis harus sudah mendapat persetujuan dulu dari pasien Dalam ilmu hukum dikenal dua jenis perjanjian, yaitu : resultaatverbintenis, yang berdasarkan hasil kerja inspanningverbintenis, yang berdasarkan usaha yang maksimal.

Pada umumnya secara hukum, hubungan dokter-pasien merupakan suatu hubungan ikhtiar atau usaha maksimal. Dokter tidak menjanjikan kesembuhan, akan tetapi berikhtiar sekuatnya agar pasien sembuh. Meskipun demikian mungkin ada hubungan hasil kerja pada keadaan-keadaan tertentu seperti pembuatan gigi palsu atau anggota badan palsu, oleh dokter gigi, ahli ortopedi atau ahli bedah kosmetik. Apabila objek perjanjian medis ditinjau dari sudut pandang ilmu kedokteran, maka kita dapat merincinya melalui upaya yang umum dilakukan dalam suatu pelayanan kesehatan bisa dimulai dari usaha promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Jadi variasi objek perjanjian medis dapat merupakan : a. Medical Check up

b. c. d. e. f.

Imunisasi Keluarga Berencana Usaha penyembuhan penyakit Memperpanjang hidup Rehabilitasi

b. Hubungan Karena Undang-Undang (Zaakwarneming) Apabila pasien dalam keadaan tidak sadar sehingga dokter tidak mungkin memberikan informasi, maka dokter dapat bertindak atau melakukan upaya medis tanpa seizin pasien sebagai tindakan berdasarkan perwakilan sukarela atau menurut ketentuan pasal 1354 KUH Perdata disebut Zaakwarneming (mengambil alih tanggungjawab dari seseorang sampai yang bersangkutan sanggup lagi untuk mengurus dirinya sendiri). 4. Kesetaraan dalam hubungan dokter-pasien Demi mewujudkan keseimbangan dalam membina hubungan dokter-pasien maka diperlukan komunikasi yang setara dari kedua belah pihak. Artinya baik dokter maupun pasien memiliki hak yang sama untuk mengutarakan maksud dan harapannya. Hubungan dokter-pasien bukanlah merupakan hubungan atasan-bawahan. Tidak ada yang superior dan inferior diantaranya. Oleh karena itu dokter tidak boleh memperlakukan pasien sebagai objek dari pekerjaannya. Kesetaraan hubungan ini berpengaruh terhadap proses pertukaran informasi antara dokter-pasien . dokter diharapkan memberikan peluang kepada pasien untuk mengutarakan dan menerima informasi dengan jelas dan bebas sehingga terbinalah komunikasi yang efektif dan efisien. Selain mengubah paradigma para dokter, perlu dilakukan juga penyuluhan atau edukasi pada masyarakat agar menjadi pasien yang cerdas. Hal ini diharapkan nantinya dapat mengangkat posisi pasien setara dengan dokter. Ada beberapa tipe dokter yang berkaitan dengan pemberian pelayanan medis, khususnya yang berpengaruh terhadap komunikasinya dengan pasien, antara lain : 1. dokter yang enggan menjawab walaupun pasien bertanya 2. dokter yang bersedia menjawab apabila ditanya dan hanya menjawab sebatas pertanyaan pasien 3. dokter yang bersedia menjawab pertanyaan pasien, mau bertanya serta menambahkan informasi-informasi lain yang sesuai dengan tujuan kesehatan pasien. BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Hak pasien sebenarnya merupakan hak asasi yang bersumber dari hak dasar individual dalam bidang kesehatan, The Right of Self Determination. Selanjutnya, di dalam praktik kedokteran terjadilah hubungannya adalah saling mempercayai. Tetapi, hubungan ini, tidak seimbang. Secara relatif pasien berada pada

posisi yang lebih lemah. Kekurangmampuan pasien untuk membela kepentingannya, yang dalam hal ini disebabkan ketidaktahuan pasien pada masalah pengobatan, menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk mempermasalahkan hak-hak pasien dalam menghadapi para profesional kesehatan. Hubungan yang terjadi biasanya lebih bersifat paternalistik, dimana pasien selalu mengikuti apa yang dikatakan dokter, tanpa bertanya apapun. Sebenarnya dokter adalah partner pasien dalam hal mencari kesembuhan penyakitnya dan kedudukan keduanya sama secara hukum. Pasien dan dokter sama-sama mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Dahulu, sewaktu hubungan dokter dengan pasiennya masih sangat dekat, karena belum banyak masyarakat yang berobat ke dokter, belum terjadi hal-hal yang merugikan pasien. Dokter masih punya banyak waktu, dan dengan sepenuh hati merawat pasien. Bila ada hal-hal yang tidak diketahui oleh pasien, mereka masih bisa bertanya secara langsung kepada dokter. Zaman berubah, penduduk bertambah banyak, masyarakat yang pergi berobat ke rumah sakit atau dokter menjadi semakin banyak. Di lain pihak, jumlah dokter yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, sehingga dokter harus melayani banyak pasien, maka waktu yang disediakan untuk pasien mungkin hanya beberapa menit. Kondisi ini dapat memunculkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, baik secara disengaja maupun tidak. Di Indonesia, semula baru sebagian kecil masyarakat yang mengetahui haknya sebagai pasien dan hanya diberlakukan secara voluntary sebagai kode etik dokter dan belum ada jaminan hukumnya. Kemudian pada tahun 1992, hak-hak pasien dimasukkan dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Hal ini dirasakan perlu karena selama ini, pasien bila berhubungan dengan dokter, benar-benar harus mempercayakan seluruh nasibnya kepada dokter tersebut. Dalam arti bila terjadi suatu kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter, pasien hanya bisa pasrah, tanpa dapat menggugat, karena tidak ada landasan hukumnya. Hak-hak pasien yang diakui oleh hukum ( UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan) meliputi : a. hak atas informasi b. hak atas pendapat kedua c. hak atas rahasia kedokteran d. hak untuk memberikan persetujuan tindakan kedokteran e. hak atas ganti rugi apabila ia dirugikan karena kesalahan atau kealpaan tenaga kesehatan f. hak untuk mendapatkan penjelasan g. hak untuk mendapatkan pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan, standar profesi dan standar prosedur operasional h. hak untuk menolak tindakan medis i. hak untuk mendapatkan isi rekam medis Menurut konsep WHO terdapat tambahan hak pasien yang berupa : a. mendapatkan pelayanan medis tanpa mengalami diskriminasi b. menerima atau menolak untuk dilibatkan dalam penelitian, dan jika bersedia ia berhak memperoleh informasi yang jelas tentang penelitian tersebut c. mendapat penjelasan tentang tagihan biaya yang harus dia bayar

Kewajiban Pasien dalam pelayanan Medis Selain hak, pasien juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhinya. Dokter tidak dapat disalahkan jika pasien tidak bersikap jujur dan mau menceritakan seluruh penyakit dan apa yang dirasakannya. Bila pasien sudah pernah berobat ke dokter lain, misalnya, dia juga harus menceritakan perawatan dan obat apa yang dia dapatkan sebelumnya. Bahkan sebaiknya pasien juga menceritakan sejarah penyakitnya pada dokter (misalnya ibu atau ayahnya berpenyakit darah tinggi, jantung, ginjal, dll) sehingga dokter dapat mendiagnosis penyakit secara lebih tepat. Dalam tinjauan hukum ( Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran), kewajiban pasien meliputi : a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya b. mematuhi nasehat dan petunjuk dokter c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima kecenderungan secara global menunjukkan bahwa hubungan dokter dengan pasien haruslah berupa mitra, keduanya bekerjasama untuk mencari jalan terbaik bagi kesembuhan pasien. Bila dari permulaan hubungan dokter pasien sudah berjalan baik dan terbuka, maka banyak masalah dapat diatasi bersama, karena dokter yang sudah mengetahui semua sejarah penyakit pasien serta keluhannya akan dapat membuat diagnosis yang lebih tepat. Di lain pihak, pasien yang juga sudah mendapat keterangan lengkap tentang penyakitnya, cara pengobatan dan perawatannya, kemungkinan efek samping yang mungkin timbul, serta kemungkinan lain akibat tindakan akibat tindakan medis tertentu, mestinya sudah lebih siap menghadapi segala kemungkinan (yang buruk sekalipun) dan tidak akan begitu saja menyalahkan dokter, tanpa memahami seluruh rangkaian proses yang harus dilalui dalam suatu pengobatan ataupun perawatan medis. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER Dalam melakukan praktik kedokteran, dokter memiliki hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan pasien. Hak dan kewajiban yang esensial diatur dalam UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Suatu tindakan yang dilakukan dokter secara material tidak bersifat melawan hukum apabila memenuhi syarat sebagai berikut secara kumulatif : a. memiliki indikasi medik dengan tujuan perawatan yang sifatnya konkret b. dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku di dalam bidang ilmu kedokteran c. diijinkan oleh pasien 1. Hak dokter a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang ia melakukan praktikkedokteran sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill, dan professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

Standar profesi terdiri dari standar pendidikan, standar kompetensi, standar pelayanan dan pedoman perilaku sesuai dengan kode etik kedokteran. Standar baku operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Standar Prosedur Operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. Dokter yang melakukan praktik sesuai dengan standar tidak dapat disalahkan dan bertanggungjawab secara hukum atas kerugian atau cidera yang diderita pasien, karena cidera dan kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian dokter. Perlu diketahui bahwa cidera atau kerugian yang diderita oleh pasien dapat saja terjadi karena perjalanan penyakitnya sendiri atau karena resiko medis yang dapat diterima (acceptable) dan telah disetujui pasien dalam informed consent. b. Melakukan praktik kedokteran sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Dokter diberi hak untuk menolak permintaan pasien atau keluarganya yang dianggapnya melanggar standar profesi atau standar prosedur operasional. c. Memperoleh informasi yang jujur dan lengkap dari pasien atau keluarganya Dokter tidak hanya mmerlukan informasi kesehatan dari pasien, melainkan juga informasi pendukung yang berkaitan dengan identitas pasien dan faktor-faktor kontribusi yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit dan penyembuhan penyakit. d. Menerima imbalan jasa Hak atas imbalan jasa adalah hak yang tibul sebagai akibat hubungan dokter dengan pasien, yang pemenuhannya merupakan kewajiban pasien. Dalam keadaan darurat atau dalam kondisi tertentu, pasien tetap dapat dilayani dokter tanpa mempertimbangkan aspek finansial. Selain berbagai terkait profesinya diatas, seorang dokter juga memiliki hak-hak yang berasal dari haka asasi manusia, spserti : a. hak atas privasinya b. hak untuk diperlakukan secara layak c. hak untuk beristirahat d. hak untuk secara bebas memilih pekerjaan e. hak untuk terbebas dari ancaman dan kekerasan, dll. 2. Kewajiban dokter dalam memberikan pelayanan medis Kewajiban dokter pada dasarnya terdiri dari : a. kewajiban yang timbul akibat pekerjaan profesinyaatau sifat layanan medisnya yang diatur dalam sumpah dokter, etika kedokteran dan berbagai standar dan pedoman b. kewajiban menghormati hak pasien c. kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan beberapa kewajiban dokter tersebut adalah :

a. memberi pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional, serta kebutuhan pasien. Standar pelayanan adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter dalam menyelengarakan praktik kedokteran, yang dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan. b. Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian dan kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. Merahasiakan keadaan pasien diajibkan dalam sumpah dokter, kode etik kedokteran dan beberapa peraturan perundangan. Sebagian pakar menyatakan bahwa kwajiban tersebut absolut sifatnya, sebagian menyatakan relatif. Paham yang relatif menyatakan bahwa rahasia kedokteran dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintan aparatur penegak hukum dalam rangka menegakkan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan peraturan perundangan. d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.

You might also like