You are on page 1of 10

ANOREXIA NERVOSA A.

Dasar Teori Anoreksia Nervosa adalah gangguan makan yang ditandai oleh penolakan makanan yang mengakibatkan berat badan berkurang sampai ke tingkat yang membahayakan. Para penderita anoreksia sedemikian suksesnya dalam mengurangi berat badannya hingga membahayakan keselamatan jiwanya. Namun, gejala anoreksia mengidentifikasi dalam diri sendiri atau orang lain adalah jauh lebih sederhana daripada mencoba untuk mengidentifikasi gangguan makan lainnya. Hal ini karena dampak anoreksia cukup drastis dan mereka mengubah kesehatan emosional penderita dan citra fisik secara menyeluruh. Anoreksia ditandai oleh ketakutan yang tidak wajar terhadap kemungkinan mengalami kenaikan berat badan dan kehilangan kemampuan mengontrol makan. Para penderita anoreksia bangga akan diet dan kontrol ekstra keras yang dilakukannya. Berbeda dengan penderita bulimia yang makan dalam jumlah berlebihan kemudian berusaha membuangnya, penderita anorexia nervosa makan dalam jumlah sangat sedikit dan berolahraga berlebihan untuk menjaga berat badan. Meskipun berkurangnya berat badan adalah ciri yang paling jelas terlihat pada anoreksia nervosa, tetapi sesungguhnya hal itu bukan inti gangguannya. Banyak orang kehilangan berat badan akibat kondisi medis tertentu, tetapi penderita anoreksia memiliki ketakutan yang intens terhadap obesitas dan berusaha keras untuk menjadi kurus. Gangguan ini paling sering muncul pada remaja yang memang kegemukan atau mempersepsi bahwa dirinya terlalu gemuk. Ia lalu mulai berdiet keras, yang terus membua dia sampai ke titik di mana ia terjebak secara obsesif untuk menjadi kurus. Olah raga berat, yang nyaris seperti menghukum diri sendiri, juga lazim dilakukan. Berkurangnya berat badan secara dramatis diperoleh dengan

membatasi asupan kalori. Seorang penderita anoreksia tidak pernah puas dengan penurunan berat badannya. Berat badan yang tetap antara hari ini dan keesokan harinya atau setiap penambahan berat badan dapat mengakibatkan kepanikan, kecemasan dan depresi. Ketika memandangi tubuhnya di cermin, ia melihat sosok yang sangat berbeda dengan apa yang dilihat oleh orang lain. Orang lain melihatnya sebagai gadis yang kurus kering dan lemah, seperti seorang penderita kelaparan, sedang yang bersangkutan melihatnya sebagai gadis yang perlu mengurangi berat badannya. Biasanya mereka pintar memilih ucapan yang ingin di dengar orang lain. Mereka mungkin mengatakan setuju bahwa berat badannya memang kurang dan perlu menambah, tetapi sesungguhnya ia tidak mempercayainya. Mungkin untuk menunjukkan bahwa dirinya mampu mengontrol makanannya, sebagian penderita anoreksia menunjukkan minat yang besar pada masak memasak dan makanan. Sebagian menjadi juru masak yang handal, yang menyiapkan makanan untuk seluruh keluarganya. Sebagian lainnya menimbun makanan di kamarnya dan memandanginya dari waktu ke waktu. Tanda dan gejala medis anoreksia lainnya termasuk kulit kering, rambut dan kuku yang rapuh dan sensitif terhadap dingin. B. Epidemiologi Terjadinya anoreksia nervosa (AN) meningkat sejak 2 dekade terakhir. Diperkirakan ada satu setiap 100 wanita usia 16 18 tahun, menderita anoreksia nervosa. Distribusinya merupakan distribusi bimodal, puncak pertama pada 14,5 tahun dan puncak yang lain pada 18 tahun; 25 % lebih muda dari 13 tahun . Peningkatan telah dilaporkan disemua Negara barat, sedangkan Negara lain ada beberapa laporan yang sporadic. Perbandingan penderita wanita dengan pria adalha 10 : 1. Pada mulanya dilaporkan hanya ada pada kelompok sosioekonomi menengah keatas, namun sekarang AN juga ada pada golongan sosioekonomi yang lebih rendah. AN telah didiagnosis pada berbagai etnik dan ras. Bulimia lebih umum terjadi

daripada AN. Meningkatnya insidens gangguan makan yang berhubungan dengan AN dan bulimia berkaitan dengan latar belakang keluarga. C. Klasifikasi Klasifikasi Anoreksi nervosa menurut DSM : 1. Restricting type, yaitu selama periode anoreksia nervosa, penderita tidak secara reguler melakukan praktek binge-eating atau purging behaviour (contoh, muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema) 2. Binge eating/purging type, yaitu selama periode anoreksia nervosa, penderita secara reguler melakukan praktek binge-eating atau purging behaviour (contoh, muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema) D. Faktor-Faktor Resiko Anorexia Faktor biologi Opiat endogen mungkin memberikan konstribusi pada penyangkaan dan keadaan lapar pasien anoreksia nervosa. Penelitian sebelumnya menunjukkan peningkatan berat badan yang berarti pada beberapa pasien yang diberi opiat antagonis. Kelaparan menghasilkan beberapa perubahan biokimia, yang sebagian juga ada pada pasien depresi, seperti hiperkortikolemia dan non supresi dari dexamethason. Fungsi tiroid juga tertekan, kelainan ini hanya bisa dikoreksi dengan kaliminasi. Kelaparan juga menyebabkan amenorrhea yang menunjukkan kadar hormon (luitenizing hormon, FSH, gonadotropin, realising hormon). Meskipun begitu, beberapa pasien anoreksia nervosa menderita amenorrhea sebelum kehilangan berat badan yang signifikan. 1. Faktor social Pasien anoreksia nervosa menemukan dukungan atas perilaku mereka dan pandangan masyarakat akan kekurusan tubuh dan olah raga. Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik untuk anoreksia nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang menunjukkan pasien-pasien anoreksia

nervosa mempunyai masalah hubungannya dengan keluarga dan penyakit mereka. Pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah keluarga yang depresi, ketergantungan alkohol, atau gangguan makan. 2. Faktor psikososial dan psikodinamik Anoreksia nervosa adalah sebagai suatu reaksi dari tuntutan remaja untuk kebebasan yang lebih dan peningkatan fungsi sosial dan sexual mereka. Pasien anoreksia nervosa umumnya kurang percaya diri, banyak dari mereka merasa tubuh mereka dibawah kontrol orang tua mereka. Gangguan Kesehatan Bagi Pengidap Anorexia Lima gangguan kesehatan bagi pengidap anoreksia: 1. Kesuburan Memiliki berat badan yang kurang bisa menyebabkan kemandulan atau gangguan kesuburan. Sedangkan terlalu gemuk bisa menyebabkan hormon kesuburan bekerja lambat. Namun kabar baiknya, kesuburan akan kembali datang jika tubuh kita kembali sehat. Saat tubuh tidak mengalami gangguan kesehatan, hormon kesuburan akan kembali normal. 2. Gangguan pada jantung Penyakit anoreksia akan membuat jantung tidak berfungsi dengan baik, melemah, dan membuat tubuh jadi dehidrasi. Cairan dalam tubuh menjadi tidak seimbang, dan akhirnya menyebabkan serangan jantung. Namun kerusakan ini bisa kembali pulih saat tubuh kita kembali ke berat normal. 3. Gigi tanggal Mereka yang kekurangan berat badan memang seringkali memiliki gangguan pada gigi mereka. Gigi jadi mudah tanggal dan rapuh. Hal ini disebabkan asam dari lambung akan naik ke tenggorokan, dan dilanjutkan ke mulut. Akibatnya mulut memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan menyebabkan gigi rusak, berlubang, bahkan tanggal. Kalau hal ini terjadi di usia 30-an, tentunya Anda akan terlihat aneh dengan gigi yang ompong.

4.

Perut kembung atau membuncit Gangguan makanan bisa menyebabkan juga penyakit di saluran pencernaan, mulai gangguan lambung atau maag, hingga kesulitan untuk buang air besar. Pengidapnya juga mengalami kesulitan untuk menelan. Wajah mereka akan terlihat amat pucat. Penyakit ini juga bisa membuat kelenjar liru berproduksi lebih banyak, dan membuat mulut menjadi bau. Muka terlihat membengkak, dan bagian pipi terlihat kembung.

5.

Overdosis Sejumlah obat diracik dan ditakar sesuai dengan berat badan orang normal, sehingga ketika penderita anoreksia menelan obat-obatan itu secara tidak langsung menjadi overdosis. Setiap orang harus membedakan antara berada dalam keadaan yang menarik ataukah sedang mengalami suatu penyakit.

E. Patofisiologi F. Etiologi Terdapat komponen pisikologis yang jelas,dan diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku. Namun demikian, manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada kemungkinan faktor-faktor organic pada etiologi. Faktor predisposisi anoreksia adalah : 1. Biologis Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan pertama wanita pada orang yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi daripada populasi umum. Model biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur nafsu makan di hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk makan dan kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun model biologis ini masih dalam tahap perkembangan.

2. Perkembangan Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa penyebabnya berhubungan dengan antara perkembangan pada tahap kehidupan ini. 3. Lingkungan Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami gangguan makan. Riwayat terdahulu pasien mengalami gangguan makan sering dipersulit oleh penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan lingkungan keluarga dengan konflik. 4. Psikologis Aspek psikologis anoreksia nervosa yang mendominansi adalah keinginan yang kuat untuk menguruskan berat badan dan takut gemuk, biasanya didahului oleh periode 1 atau 2 tahun gangguan mood dan perubahan perilaku. Penurunan berat badan biasanya dipicu oleh krisis yang khas pada remaja seperti awitan menstruasi atau kecelakaan interpersonal traumatic yang memicu perilaku diet yang serius dan berlanjut sampai tidak terkontrol. Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah seperti perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya remaja mengalami kehilangan kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak makan menjadi sebuah area yang dapat melatih kontrol individu. 5. Sosio cultural Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang terjadi gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita muda di Amerika Serikat juga sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap tubuh seseorang menjadi indicator untuk evaluasi diri. Di Amerika serikat kelebihan berat badan dianggap sebagai tanda kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh yang sempurna disamakan dengan cantik. Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih dari 500 700 kalori dalam sehari dan mungkin mencerna sebanyak 200

kalori, namun mereka merasa yang dimakan sudah cukup memadai untuk kebutuhan hidup mereka . G. Gejala Anorexia 1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan kenaikan berat badan, sampai terjadi phobia terhadap makanan. Ketakutan terhadap makanan disertai dengan penyalahartian dari body image; banyak pasien merasa diri mereka sangat gendut, walaupun sebenarnya mereka sangat kurus. 2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive compulsive behavior, misalnya mereka sering sekali mencuci tangan berulang-ulang, pasien cenderung kaku dan perfeksionis yang mengarahkan pada diagnosis gangguan kepribadian, seperti narcissisme, atau riwayat gangguan kepribadian. 3. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku yang aneh tentang makanan, seperti menyembunyikan makanan, membawa makanan dalam kantong, saat makan mereka membuang makanan, memotong makanan menjadi potongan kecil-kecil. 4. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya. 5. Muntah yang dipaksakan. 6. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan. H. Manifestasi Klinis 1. Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas. 2. Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subcutan 3. Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim 4. Latihan dan aktivitas fisik yang berlebihan 5. Amenorea 6. Kulit kering bersisik 7. Lanugo pada ekstremitas, punggung dan wajah 8. Kulit berubah kekuningan

9. Gangguan tidur 10. Konstipasi 11. Erosi eosopagus 12. Alam perasaan depresi 13. Fokus yang berlebihan pada pencapaian hasil yang tinggi 14. Perhatian berlebihan terhadap makanan dan penampilan tubuh 15. Erosi email dan dentin tinggi I. Diagnosis 1. Menolak mempertahankan berat badan pada atau di atas berat badan normal minimal sesuai umur dan tinggi badan. 2. Ketakutan yang hebat tentang naiknya berat badan atau menjadi gemuk meski sebenarnya berat badannya kurang. 3. Gangguan pada cara seseorang menerima berat badan atau bentuk tubuhnya. 4. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang mengandung lemak dan salah merangsang muntah oleh diri sendiri menggunakan pencahar olahraga berlebihan memakai obat penekan nafsu makan atau diuretika 5. Adanya gangguan endokrin yang meluas dengan manifestasi pada wanita sebagai aminore dan pada pria kehilangan minat dan potensi seksual. J. Penatalaksanaan Pengobatan diberikan dengan rawat jalan, kecuali muncul masalah medis yang berat. Pengobatan rawat jalan ini mencakup: Pemantauan medis Rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya Psikoterapi jangka panjang untuk mengatasi penyebab dasarnya Pengobatan psikofarmaka untuk mengatasi gejala depresi, kegelisahan dan perilaku kompulsif obsesif

Obat-obat yang dapat digunakan : o Antidepresan, juga dipakai SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors), terutama bila salah satu komponen penyakitnya adalah latihan yang dipaksakan (Imipramin, Desipramin, Fluoksetin, Sertralin). o Penggantian estrogen untuk amenore

DAFTAR PUSTAKA

Chandrasoma,Parakrama.2005.Ringkasan Patologi Anatomi edisi 2. Jakarta: EGC Sherwood, lauralee.2001.Fisiologi Manusia.Jakarta :EGC PPGDJ III Munoz M T., Argente J., 2002. Anorexia Nervosa in Female Adolescent: Endrocine and Bone Mineral Density Disturbance. European Journal of Endocrinology (2002) 147 275286. www.eje.org. Attia E., Walsh B T. 2005. Behavioral Managemant of Anorexia Nervosa. National England Medical Journal 360;5 (29 Januari 2009). www.nejm.org. Mittche J., Crow S. 2006. Medical Complicaion of Anorexa Nervosa and Bulimia Nervosa. Current Opinion in Psychiatry 2006. pp. 438-443

You might also like