You are on page 1of 10

Laporan Praktikum Anatomi Perkembangan Tumbuhan

PENEBALAN DINDING SEL DAN PEMBELAHAN SEL


Nama : Elya Agustina Nim : 1210702021 Kelompok : 3 Tanggal Praktikum : 23 Maret 2012 Tanggal Pengumpulan : 30 Maret 2012

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2012

PENEBALAN DINDING SEL DAN PEMBELAHAN SEL

1.

Tujuan Melihat dan mengenal adanya penebalan pada dinding sel Mengamati pembelahan sel pada akar Allium cepa

2.

Dasar Teori Dinding sel merupakan bagian sel yang bersifat mati. Dinding sel menentukan bentuk sel serta tekstur jaringan, berfungsi sebagai penguat dan melindungi protoplas. Dinding sel pada tumbuhan mempunyai tebal yang bermacam-macam tergantung pada umur dan tipe sel. Berdasarkan perkembangannya dan strukturnya dibedakan menjadi tiga bagian pokok yaitu lamela tengah, dinding primer dan dinding sekunder. Semua sel mempunyai lamela tengah dan dinding primer sedangkan adanya dinding sekunder hanya terdapat pada sel-sel tertentu (Sitompul, 1995). Penebalan dinding sel dapat dibedakan berdasarkan arah penebalannya, yaitu penebalan sentrifugal (penebalan ke arah luar. dan penebalan sentripetal (penebalan kearah dalam) (Woelaningsih, 1984). Jaringan sklerenkim adalah jaringan yang terjadi dari sel-sel dengan penebalan dinding sekunder, yang berlignin atau tidak berlignin dan bersifat elastis. Sklerenkim merupakan jaringan penguat dengan dinding yang tebal. Umumnya terdiri dari zat lignin. Pada umumnya sel sklerenkim tidak lagi mengandung protoplas atau dengan kata lain sel-selnya telah mati dengan dinding sel yang tebal sehingga jaringan sklerenkim hanya dijumpai pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan

perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri dari serat dan sklereid (sel-sel batu). Bentuk sklereid terbagi menjadi 5 yaitu: 1. Brakisklereid (sel batu); bentuknya isodiometrik atau membulat, biasanya terdapat pada floem, korteks dan kulit batang serta dalam daging buah beberpa jenis tumbuhan seperti Pyrus communis

2.

Makrosklereid, berbentuk seperti batang/tongkat, sering membentuk suatu lapisan kontinyu dalam testa biji Leguminosae yang keras.

3.

Osteosklereid, sklereid berbentuk kumparan atau tulang, ujungnya membesar, bercuping dan kadang-kadang bahkan bercabang, terdapat pada kulit biji dan mesofil daun dikotiledon tertentu

4.

Asterosklereid, mempunyai percabangan beragam dan sering kali berbentuk bintang, terutama terdapat pada daun

5.

Trikosklereid, sklereid ini memanjang, agak seperti rambut dan biasanya berupa sklereid dengan suatu percabangan yang teratur, terdapat di mesofil daun. Proses pembelahan sel terjadi secara mitosis dan meiosis. Tumbuhan

pada masa awal perkembangan mengalami pertumbuhan sangat banyak, tumbuhan mengalami pembelahan sel secara tidak langsung yang disebut juga dengan mitosis (Setjo, 2004). Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan (Hasnunidah, 2009). Terjadi pada ujung akar, yang mengalami pembelahan awal, mitosis terjadi dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang), mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus menerus (Suryo, 2008). Proses mitosis ini terjadi bersama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan menghasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing tetap diploid serta memiliki sifat keturunan yang sama dengan sel induknya (Campbell, 2008).

3.

Alat Dan Bahan

Alat Mikroskop Pipet tetes Kaca objek Kuas halus Kaca objek Kaca penutup Jarum preparat Silet Cutter Beaker glass

Bahan Endokarpium Cocos nucifera (kelapa) Tangkai Solanum nigrum (Leunca) Leunca) Akar Alium cepa Air

4.

Prosedur Kerja a. Penebalan dinding sel Mengamati saluran noktah pada dinding sel dan lumen (ruang sel)

Membuat preparat irisan endokarpium Cocos nucifera

Mengamati noktah buta

a. Pembelahan Sel

Membuat preparat irisan endokarpium Allium sepa

Mengamati dan mencari seerta menggambar semua fase pembelahan mitosis pada preparat tersebut

5.

Hasil Pengamatan

lumen brankhisklereid Saluran noktah

Gambar 1. Sel endokarpium Cocos nucifera Perbesaran 40 x 10

Epidermis korteks

sklerenkim

Gambar 2. Penampang melintang tangkai Solanum nigrum Perbesaran 16 x 10

brankhisklereid

noktah lumen

Gambar 2. Sel tangkai Solanum nigrum Perbesaran 40 x 16

Gambar 2. Akar Allium cepa Perbesaran 16 x 10

kromosom

Gambar 2. Preparat reparat Akar Allium cepa Perbesaran 16 x 10

6.

Pembahasan Pada praktikum mengenai penebalan pada dinding sel bahan spesimen yang diamati menggunakan endokarpium kelapa (Cocos nucifera), tempurung kelapa disayat setipis mungkin agar bentuk selnya terlihat dengan jelas ketika diamati di bawah mikroskop. Perbesaran mikroskop yang digunakan dengan perbesaran 40 x 10, sehingga dapat dapa terlihat jaringan sklerenkim. Menurut Fahn (1991), sklerenkim klerenkim pada tempurung kelapa ini merupakan bentuk sklereid. Sklereidnya berbentuk seperti bulat tidak beraturan dan di dalamnya

terdapat garis-garis. Garis-garis ini disebut noktah. Sklereid juga dapat disebut sel batu. Sklereid pada endokarpium Cocos nucifera (tempurung kelapa) termasuk kedalam tipe Brakisklereid. Brakisklereid ini dimana bentuknya membulat biasanya terdapat di floem, korteks dan kulit batang serta daging buah beberapa jenis tumbuhan. Sel ini dikatakan sel-sel batu karena karena sel-sel sklereid tidak bercabang, tidak mempunyai bentuk yang ekstrim bersifat soliter atau berkumpul. Mempunyai lumen sel yang sangat sempit sehubungan dengan terbentuknya penebalan-penebalan dinding yang bersifat sentrifugal. Sedangkan noktah buta tidak terlihat begitu jelas di perbesaran 40 x 10, noktah buta yaitu noktah yang bermuara pada ruang antar sel. Pengamatan selanjutnya yaitu pada tangkai leunca yang diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 16 x 10. Pada tangkai leunca terlihat bentuk kolenkimnya yaitu segi enam tidak beraturan atau heksagonal. Disudut selnya mengalami penebalan memanjang. Susunan selnya tidak teratur, rapat, dan tanpa ruang antar sel. Bentuk kolenkim ini termasuk tipe anguler. Menurut Woelaningsih (1987), pada kolenkim tipe anguler ini penebalan dinding sel penebalan dinding sel terdapat disudut selsel. Jaringan kolenkim ini terletak langsung dibawah epidermis. Penebalan sudut terlihat ditempat pertemuan tiga sel atau lebih. Penebalan ini terjadi pada saat sel masih tumbuh membesar dan bersifat plastis sehingga mampu meluas. Tetapi penebalan ini tidak meliputi seluruh dinding selnya atau tidak menjadikan keseluruhan dinding selnya ikut menebal. Penebalan pada dinding sel ini memberi kekuatan yang seimbang pada organ-organ tumbuhan yang masih muda dan yang masih mengadakan pertumbuhan dan perkembangan, sehingga tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Jaringan kolenkim ini selnya hidup dan terdapat protoplasma. Pada pengamatan pembelahan sel, spesimen bahan yang digunakan adalah akar dari bawang merah. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 16 x 10 di bawah mikroskop. Akar bawang digunakan untuk mempelajari mitosis dengan alasan karena akar bawang memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak, sehingga lebih memungkinkan

untuk mendapatkan hasil percobaan yang lebih baik , mudah didapatkan , dan mudah dilakukan (membuat preparat dan meneliti jaringannya) dan karena akar merupakan salah satu jaringan yang sel-sel penyusunnya adalah sel-sel somatik, khusus pada ujung akar terdiri dari sel-sel yang bersifat meristematik, yaitu sel-selnya selalu aktif membelah, sehingga diharapkan fase-fase mitosis dapat diamati secara lengkap. Akar bawang yang kami amati tidak terlihat proses pembelahan sel, ini dimungkinkan terjadi karena pada bagian akar yang diamati tidak menggunakan pewarnaan sehingga sulit membedakan proses pembelahan sel dari akar bawang ini. Sehingga spesimen bahan yang digunakan untuk pengamatan menggunakan preparat akar bawang (Allium cepa) yang telah jadi, terlihat kromosom dengan bentuk memanjang berwarna merah. Menurut Campbell, pembelahan sel pada akar bawang mengalami pembelahan mitosis selama 5 fase yaitu: 1) Interfase, Inti sel Nampak keruh dan tampak benang- benang kromatin yang halus, kromosom yang diduplikasi pada fase S belum bisa terlihat secara individual karena belum terkondensasi. 2) Profase, benang- benang kromatin memendek dan menebal, terbentuklah kromosom. Gelendong mitotik mulai terbentuk, setiap kromosom terduplikasi tampak sebagai kromatid identik yang tersambung pada sentromernya dan sepanjang lengannya oleh kohesin (kohesi kromatid saudara). 3) Metaphase, merupakan tahap mitosis yang paling lama, sering kali berlangsung sekitar 20 menit . Kromosom- kromosom menempatkan diri di bidang tengah dari sel. 4) Anafase, merupakan tahap pembelahan yang paling singkat terjadi, biasanya hanya beberapa menit. Sentromer membelah dan kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju kutub dari sel yang berlawanan. Tiap kromatid hasil pembelahan itu memiliki sifat yang sama dengan sel induknya, sejak saat itu kromatid-kromatid tersebut menjadi kromosom baru. 5) Telofase, di tiap kutub sel terbentuk stel kromosom yang identik. Selaput gelendong inti lenyap dan dinding inti terbentuk lagi. Kemudian plasma sel terbagi lagi menjadi dua bagian, proses tersebut dikenal sebagai sitokinesis. Pada sel tumbuhan sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah di tengah- tengah sel.

interfase 7. Kesimpulan

profase

metafase

anafase

telofase

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada endokarpium kelapa dan tangkai leunca terdapat jaringan sklerenkim. Jaringan sklerenkim merupakan jaringan penguat dengan dinding yang tebal.

Jaringan sklerenkim terdiri dari serat dan sklereid (sel-sel batu). Sklereid pada endokarpium Cocos nucifera (tempurung kelapa) termasuk kedalam tipe Brakisklereid, mempunyai lumen sel yang sangat sempit. Sedangkan noktah buta tidak terlihat begitu jelas di perbesaran 40 x 10, noktah buta yaitu noktah yang bermuara pada ruang antar sel. Pada Solanum nigrum (Leunca) kolenkimnya yaitu segi enam tidak beraturan atau heksagonal. Susunan selnya tidak teratur, rapat, dan tanpa ruang antar sel. Bentuk kolenkim ini termasuk tipe anguler. Berdasarkan hasil pengamatan akar Allium cepa pada perbesaran 16 x 10 tidak terlihat pembelahan sel, karena tidak dilakukan pewarnaan pada preparat. Adapun preparat awetan akar Allium cepa yang sudah jadi hanya ditemukan kromosom. Pembelahan sel mitosis pada akar Allium cepa mengalami 5 fase yaitu: interfase, profase, metaphase, anaphase dan telofase.

Daftar Pustaka Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2008. Biologi. Terjemah oleh Damaring Tyas Wulandari S.Si. Jakarta: Erlangga

Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hasnunidah, neni. 2009. Struktur Dan Perkembangan Tumbuhan. Bandar Lampung: Universitas Lampung Kertasapoetra, A. G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel dan Jaringan). Jakarta: Rineka Cipta. Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA. Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Suryo. 2008. Genetika Strata I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Woelaningsih, Sri. 1987. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka.

You might also like