You are on page 1of 30

ATEROSKLEROSIS

(ATHEROSCLEROSIS)

OLEH
NECEL

PUBLICATION OF NECEL

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 1


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Arteri adalah pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi dari
jantung ke anggota tubuh yang lain. Ciri-ciri arteri yang sehat yaitu fleksibel, kuat
dan elastis. Lapisan permukaan dalamnya licin sehingga darah dapat mengalir
tanpa batasan. Tetapi, suatu waktu, terlalu banyak tekanan pada arteri dapat
menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal dan kaku, akhirnya akan
membatasi darah yang mengalir ke organ dan jaringan. Proses ini disebut
arteriosclerosis atau pengerasan pembuluh arteri.1
Aterosklerosis adalah bentuk umum dari ateriosklerosis. Meskipun kedua
istilah tersebut dalam aplikasinya dapat saling menggantikan. Aterosklerosis
merupakan pengerasan pembuluh darah arteri yang disebabkan karena
penumpukkan simpanan lemak (plak) dan substansi lainnya.1
Beberapa penelitian menggambarkan perbedaan antara “ateriosklerosis“,
“atherosclerosis“,and arteriolosklerosis“.Dalam konteks ini, atherosklerosis
digunakan ketika mengacu pada arteri utama yang lebih besar, dan
arteriolosklerosis digunakan ketika mengacu pada arteriol, sedangkan
arteriosklerosis merupakan induk dari kedua terminologi di atas. 2
Arteriosclerosis (pengerasan arteri utama) diakibatkan dari suatu
simpanan yang tidak mudah rusak dan kolagen yang kaku di dalam dinding
pembuluh darah di sekitar ateroma. Hal ini meningkatkan kekakuan dan
menurunkan elastisitas dinding arteri. Arteriolosklerosis (pengerasan arteri kecil,
arteriol)adalah hasil dari penyimpanan kolagen, penebalan dinding otot dan
penyimpanan protein (“hyaline“).3
Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang menyebabkan
mengerasnya pembuluh arteri karena sumbatan oleh kolesterol teroksidasi.
Atherosklerosis ini tidak jarang sudah mulai terjadi sejak usia masih sangat muda.
Proses mengerasnya pembuluh darah merupakan suatu proses yang berjalan
perlahan-lahan namun pasti.4

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 2


Diperkirakan bahwa atherosclerosis berawal sebagai atheroma, yaitu
tumor jinak (nonkanker) sel-sel otot polos di dalam dinding pembuluh darah. Sel-
sel ini bermigrasi dari lapisan otot pada pembuluh darah ke posisi tepat di bawah
lapisan endothel, sel-sel tersebut terus membelah diri dan membesar. Kemudian,
kolesterol dan lemak yang menumpuk di sel-sel otot polos abnormal ini
membentuk plak.4
Plak terbentuk dari simpanan substansi lemak, kolesterol sisa metabolisme
sel, kalsium dan fibrin. Substansi-substansi ini dapat berkembang pada arteri
sedang atau aorta. Kerusakan dinding pembuluh yang parah akibat terkena plak
ini menjadi keras dan kehilangan elastisitasnya. Keadaan seperti ini disebut
“pengerasan arteri“.5
Atherosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah
mummi Mesir, lebih dari 3500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit
ini. Otopsi pertama yang dilakukan pada tahun 1931menunjukkan adanya tanda-
tanda pengapuran pada pembuluh koroner seorang wanita mummi wanita berusia
50 tahun. Otopsi pada 200 serdadu yang mati muda dalam perang Korea
menunjukkan 50 persen serdadu itu menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada
pembuluh koronernya walaupun mereka tidak mempunyai keluhan sama sekali.
Di Amerika Serikat, 46 persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu
lintas ternyata sudah mengidap pengapuran koroner yang nyata, tetapi tetap tanpa
gejala yang nyata.5

Jumlah penderita atherosklerosis di era globalisasi dan industrialisasi


cenderung meningkat. Pada dekade terakhir ini penyakit jantung dan pembuluh
darah yang didasari oleh atherosklerosis berkembang menjadi pembunuh utama di
Indonesia.6 Dari penelitian menunjukkan, penyebab kematian dari penduduk
dunia yang diteliti adalah jantung (42,9 persen), stroke (25,9 persen), penyakit
paru dan asma (12,5 persen), kanker (5,4 persen), dan penyakit lain (kurang dari
empat persen).7Salah satu penyebab fenomena ini adalah pola hidup masyarakat
yang tidak sehat .8

Studi yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)pada tahun


1976 menyimpulkan bahwa progresi pengapuran koroner bertambah sebesar 3
persen per tahun sejak usia seseorang melewai 20 tahun. Kenyataan ini

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 3


membuktikan bahwa progresivitas pengapuran pembuluh koroner sesungguhnya
memang menggulir diam-diam dan senantiasa membawa bahaya laten. Check up
menjadi penting, terutama bagi seseorang yang sudah melewati usia 40 tahun.
Dengan demikian, progresivitas penyakit ini dapat di cegah sedini mungkin.9
Di negara-negara Barat aterosklerosis merupakan sebagian besar bentuk
dari penyakit jantung. Lebih dari 1 1/2 dari semua penderita yang meninggal
merupakan hasil langsung maupun tidak langsung dari aterosklerosis.9

1.2. Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aterosklerosis?
2. Bagaimana mekanisme terbentuknya aterosklerosis?
3. Apa penyebab aterosklerosis?
4. Apa gejala dan tanda dari aterosklerosis?
5. Siapa yang memiliki factor resiko terhadap aterosklerosis?
6. Bagaimana cara mendiagnosis aterosklerosis?
7. Bagaimana perlakuan (treatment) terhadap aterosklerosis?
8. Bagaimana cara mencegah aterosklerosis?

1.1 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian aterosklerosis.
2. Memahami mekanisme terbentuknya aterosklerosis.
3. Mengetahui penyebab aterosklerosis.
4. Menjelaskan gejala dan tanda dari aterosklerosis.
5. Mengetahui faktor resiko terhadap aterosklerosis.
6. Menjelaskan cara mendiagnosis aterosklerosis.
7. Menjelaskan cara perlakuan terhadap aterosklerosis.
8. Mengetahui cara mencegah dan menghindari aterosklerosis.

1.2 Manfaat

1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan kedokteran khususnya tentang


aterosklerosis.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 4


2. Memberikan informasi kepada mahasiswa kedokteran mengenai
atherosklerosis.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Atherosklerosis berasal dari kata athero yang dalam bahasa Yunani
(athera) suatu bentuk gabung yang menunjukan degenerasi lemak atau hubungan
dengan atheroma. Sedangkan sklerosis dalam bahasa Yunani berarti indurasi dan
pengerasan; seperti pengerasan sebagian peradangan, pembentukan jaringan ikat
meningkat atau penyakit zat intersisial.10
Atherosklerosis adalah suatu penyakit yang menyerang pembuluh darah
besar maupun kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler,
dan pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di dalam
dinding pembuluh intima. Pembentukan ini meyebabkan plak, pengubahan bentuk
vaskuler, obstruksi luminal akut dan kronis, kelainan aliran darah, pengurangan
suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. 11
Plak terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium, dan subtansi lain yang di
temukan dalam darah. Ketika itu tumbuh, membentuk plak di bagian dalam arteri,
dan pada saatnya dapat membatasi aliran darah. Ada dua jenis plak:2
 Stabil dan keras
 Tidak stabil dan lembut.

Plak yang keras menyebabkan pengerasan dan penebalan dinding


pembuluh darah. Plak yang lembut lebih memungkinkan untuk pecah dan
terlepas dari dinding pembuluh darah dan masuk aliran da Hal ini dapat
menyebabkan penggumpalan darah yang dapat secara parsial atau total memblok
aliran darah di dalam arteri. Ketika hal ini terjadi, organ yang disuplai oleh arteri
yang terblok akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Aklibatnya sel organ tersebut
akan mati atau menderita kerusakan yang parah.2

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 6


The illustration shows a normal artery with normal blood flow (Figure A) and an artery containing
plaque buildup (Figure B).

Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang dapat dimulai


pada masa kanak-kanak. Aterosklerosis dapat mempengaruhi arteri di otak, hati,
ginjal, lengan dan kaki. Karena terjadi pembentukan plak, hal ini dapat
menyebabkan penyakit yang serius dan komplikasi. Seperti : 2
Penyakit arteri coronaria
o Angina
o Serangan Jantung
o Mati mendadak

Penyakit Cerebro Vaskuler


o Stroke
o Transient ischemic attack (TIA) atau “mini stroke”

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 7


Penyakit arteri perifer.2
2.2 Mekanisme Aterosklerosis
Atherogenesis adalah proses pembentukan dari plak-plak atheroma. Hal
tersebut ditandai dengan remodeling dari arteri yang bersamaan dengan akumulasi
sel (terutama leukosit seperti monosit yang merupakan turunan makrophage) dan
dimodifikasi oleh lipoprotein. Selanjutnya radang memacu ke arah pembentukan
plak artheroma di dalam arteri intima, suatu daerah pada dinding sel yang terletak
antara endothelium, media dan adventitia. Bagian utama dari lesi ini terdiri atas
kelebihan lemak, sel, kolagen dan elastin.3
Terdapat berbagai hipotesis tentang kejadian aterosklerosis, antara lain The
response-to-injury, Monoclonal, Clonal Senescense, lipids and Connective Tissue.
Akhir-akhir ini, telah diajukan peran monosit sebagai awal lesi aterosklerosis.
Penggabungan teori infiltrasi lemak dan kerusakan endotel paling banyak dianut.12
Plak atherosklerosis terdiri dari gabungan lemak intraselullar dan
ekstrasel, sel otot polos, jaringan ikat, dan glikosaminoglikan. Deteksi paling awal
mengenai lesi pada atherosklerosis adalah lapisan lemak ( Terdiri dalam lemak
dimuati sel busa, yang mana makrophage bermigrasi sebagai monocytes dari
sirkulasi kedalam lapisan subendothelial dari intima ), yang kemudian lambat laun
menjadi fibrous plaque ( terdiri dari sel otot polos intima yang di kelilingi
jaringan ikat lemak intraselullar dn ekstraselullar ).14
Pembuluh atherosklerosis mengalami pengurangan tekanan sistolik dan
kecepatan penyebaran gelombang secara tidak normal. Atherosklerosis pembuluh
arteri pada penderita hipertensi juga mengalami pengurangan elastisitas, yang
mana pengurangan akan berlanjut ketika atherosklerosis berlangsung.14
Dua hipotesis yang telah di ajukan untuk menjelaskan mekanisme
patogenesis dari atherosklerosis : hipotesis lemak dan hipotesis kerusakan
endothelial kronik keduanya kemungkinan memiliki keterkaitan.14
Hipotesis Lemak
Dalil yang menyatakan peningkatan nilai dalam LDL plasma merupakan
hasil menembusnya LDL dalam dinding arteri sehingga memicu penambahan
lemak di dalam sel otot polos dan makrophage ( sel busa ). LDL juga
memperbesar sel otot sebagai respon terhadap Growth Factor. LDL di modifikasi

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 8


dan di oksidasi di dalam lingkungan dan mengakibatkan lebih atherogenik.
Partikel kolesterol LDL lebih rentan untuk di modifikasi dan di oksidasi. LDL
dimodifikasi atau dioksidasi mengalami kemotaksis menuju monosit, sebagai
pemacu migrasi monosit kedalam intima, pemunculan awal pada lapisan lemak
dan selanjutnya mengalami transformasi dan mempertahankannya di bagian
subintima sebagai makrophage. Reseptor scavenger di atas permukaan
makrophage memfasilitasi masuknya LDL teroksidasi kedalam semua sel dan
mentransfer ke dalam lemak yang di muati makrophage dan sel busa. LDL
teroksidasi melalui proses sitotoksik menuju ke sel endothelial dan bertanggung
jawab terhadap disfungsi pada endothel.14
Bentuk atherosklerosis telah di pelajari kera yang diberi makan diet kaya
kolesterol. Dalam waktu 1 sampai 2 minggu akan mempengaruhi
hiperkolesterolemia, monosit menjadi terkait dengan permukaan dari endhotelium
arteri melalui induksi dari reseptor yang spesifik, lalu berpindah tempat ke dalam
subendothelium, dan terjadi penambahan lemak (karenanya disebut sel busa).
Proliferasi dari sel otot polos juga menyebabkan penambahan jumlah lemak.
Ketika lapisan lemak dan fibrous plaque membesar dan membengkak/menonjol ke
dalam lumen, subendothelium menjadi terekspos ke darah pada lokasi endothel
yang terluka, sehingga terdapat kumpulan platelets dan bentukan dinding
trombus. Pelepasan growth factor dari yang dikumpulkan platelet dapat
meningkatkan proliferasi otot polos di dalam lapisan intima.14 Alternatif lain,
suatu pecahan atheroma juga dapat menumpahkan kandungan lemaknya dan
mencetuskan pembentukan suatu gumpalan darah (thrombus). Thrombus dapat
menambah penyempitan atau bahkan menghambat arteri, atau mungkin lepas dan
mengapung ke arah muara yang akan menyebabkan sumbatan (embolism).13

Hipotesis endhotelium kronis luka


Dalil yang menyatakan bahwa pada keadaan normal, endotelium menghalangi
penetrasi molekul-molekul besar seperti lipoprotein dengan densitas rendah dan
sangat rendah (LDL, VLDL) ke dalam intima, sedangkan lipoprotein dengan
densitas yang lebih tinggi dengan molekul yang lebih kecil dapat bergerak bebas
ke dalam dan keluar intima. Sel-sel endotelium juga menghasilkan prostasiklin

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 9


(PGI2) dan oksida nitrit yang dapat mencegah penumpukan platelet.14,15
Peninggian permeabilitas endotelium merupakan kelainan pertama akibat
terjadinya jejas arteri yang merupakan suatu respons non-spesifik yang
disebabkan oleh virus, toksin, kompleks imun, produk-produk yang dilepaskan
oleh sel-sel darah putih atau platelet-platelet yang teraktivasi, dan stress fisik yang
tidak lazim. Hal ini juga dapat disebabkan oleh adanya peninggian konsentrasi
lipoprotein dalam darah. Bila lipoprotein memasuki intima akibat peninggian
permeabilitas kapiler, maka senyawa protein utama dari LDL dan VLDL
(apolipoprotein B) berikatan dengan glikosoaminoglikan, terutama dermatan
sulfat sehingga lipoprotein menumpuk di dalam intima. Kemudian, LDL tersebut
diubah oleh sel-sel sekitarnya (teroksidasi) dan ditangkap oleh reseptor yang ada
pada makrofag (scavenger cells). Selanjutnya, terjadi perubahan-perubahan kimia
dari LDL dan menghasilkan monocyte chemotactic factor yang merupakan
sitotoksik terhadap sel-sel endotelium. Monosit tertarik dan melekat ke
endotelium, kemudian melakukan penetrasi ke sub endotelium menjadi makrofag
yang berisi droplet-droplet lipid dan menyebabkan permukaan endotelium
menjadi tidak rata. Selanjutnya, terjadi peninggian permeabilitas endotel terhadap
lipid. Limfosit T juga terlibat (kemotaksis monosit dan penetrasi intima juga
merupakan awal dari abnormalitas). Kerusakan endotel juga merangsang platelet-
platelet untuk bertumpuk, degranulasi, dan menghasilkan adenosin difosfat serta
tromboksan A2. Adenosin difosfat dan tromboksan A2 selanjutnya menyebabkan
penumpukan platelet. Platelet-platelet, sel endotelium, makrofag, dan limfosit T
menghasilkan cytokines like colony stimulating factors, insulin like growth factor-
1, TGF-ß, interleukin-1, and tumor nekrosis factor-_. Semua ini bekerja
menghasilkan suatu faktor yang diketahui sebagai platelet derived growth factor
(PDGF) yang menyebabkan sel-sel otot polos terpisah, masuk ke dalam intima
dan mengambil lipoprotein untuk membentuk sel busa, menghasilkan elastin dan
kolagen, kemudian membentuk plak fibrosa. 15

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 10


Penyebab Aterosklerosis
Pada atherosklerosis, dinding arteri menjadi keras dan tebal, kadang-
kadang mengacau sirkulasi aliran darah. Kondisi ini merupakan akibat dari proses
penuaan alami dari atherosklerosis. 1
Para ilmuan belum mengetahui secara pasti bagaimana mekanisme
aterosklerosis terjadi ataupun penyebabnya. Penyakit ini berkembang bertahap
dan komplek Banyak ilmuwan berpikir hal ini dimulai dengan kerusakan pada
lapisan yang paling dalam dari arteri yang disebut endhotelium. Penyebab dari
kerusakan endhotlium meliputi:1
Peningkatan kadar kolesterol
Tekanan darh tinggi
Virus
Reaksi alergi
Bahan-bahan iritan, seperti nikotin atau drugs atau terlalu banyak
homocystein
(suatu asam amino yang terdapat pada darah)
Penyakit tertentu, seperti diabetes

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala atherosklerosis biasanya berkembang secara bertingkat.
Pertama, gejala muncul setelah adanya upaya yang kuat , ketika arteri tidak dapat
menyuplai cukup okssigen dan nutrisi kepada otot .1

ASPEK KLINIS
Gejala-gejala dari aterosklerosis umumnya bervariasi. Penderita
aterosklerosis ringan dapat mengalami gejala infark myocard dan pasien yang
menderita aterosklerosis tingkat lanjut dapat tidak mengalami gejala-gejala yang
berarti. Jadi tidak ada perbedaan gejala-gejala klinis antara aterosklerosis yang
ringan ataupun yang telah parah. Aterosklerosis dapat menjadi kronik dengan
menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang meningkat sebanding dengan umur
(penyakit degeneratif) dan lamanya menderita aterosklerosis. Meskipun
merupakan sebuah penyakit sistemik yang mengglobal tetapi aterosklerosis dapat

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 11


pula hanya menyerang salah satu organ tubuh dimana hal ini bervariasi untuk
masing-masing penderita. Berikut ini disajikan beberapa efek klinis kelainan yang
terjadi akibat aterosklerosis :11
Adanya penyempitan diameter pembuluh darah akibat penumpukan
jaringan fibrous (plaque) yang makin lama makin besar. Penyempitan dapat
mencapai hingga nilai 50-70% dari diameter pembuluh awal. Hal ini berakibat
terganggunya sirkulasi darah kepada organ yang membutuhkan sehingga
kebutuhan oksigen dan nutrisi sel terganggu. Contoh penyakit yang berhubungan
dengan masalah ini adalah angina pectoris, mesenterik angina, dan lain
sebagainya.11
 Plaque yang telah terbentuk dapat pecah dan mengalir mengikuti
pembuluh darah menjadi trombus dan emboli. Trombus ini dapat
menyumbat arteri-arteri penting tubuh yang penting. Jika menyumbat
arteri koroner maka dapat mengakibatkan otot jantung mengalami iskemia
(kekurangan nutrisi) dan selanjutnya dapat memicu terjadinya infark
myocard dan stroke. Emboli ini dapat juga terjadi secara tanpa sengaja
pada peristiwa pembedahan aorta, angiograf, dan terapi trombolitik pada
pasien aterosklerosis.
 Angina pectoris ditunjukkan dengan perasaan tidak nyaman pada daerah
retrosternal dan menyebar ke daerah lengan kanan yang kadang-kadang
disalah artikan sebagai gejala dyspnea. Angina pectoris timbul setelah
melakukan kerja berat dan diobati dengan beristirahat atau terapi nitrat.
Jika angina pectoris berlanjut dan terjadi berulang-ulang dapat berlanjut
kepada infark myocard (serangan jantung).
 Stroke merupakan kelanjutan dari adanya sumbatan pada pembuluh darah
otak. Akibatnya sel-sel otak mengalami iskemia dan mangalami gangguan
dalam hal fungsinya.
 Penyakit vaskuler perifer meliputi perasaan pegal, impotensi, luka yang
tak kunjung sembuh dan infeksi pada daerah ekstremitas. Perasaan pegal
ini meningkat setelah berolahraga dan sembuh ketika beristirahat. Perasaan
ini dapat diikuti dengan kulit kepucatan atau kesemutan.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 12


 Iskemia pada organ-organ visceral berakibat pada kerusakan susunan dan
fungsi dari organ yang terkena.
 Mesenterik angina ditandai dengan sakit pada epigastrium atau
periumbilikal setelah makan dan dianalogkan dengan henatemesis, diare,
defisiensi nutrisi, atau berkurangnya berat badan.
 Aneurisme pada aorta abdominalis dimana aorta abdominalis mengalami
kerusakan sehingga membesar menimbulkan sebuah benjolan pada
dinding luar aorta abdominalis.
 Emboli arteri sering timbul bersamaan dengan nekrosis pada jari-jari,
pendarahan saluran pencernaan, infark myocard, iskemia pada retina,
infark serebral, dan gagal ginjal.

ASPEK FISIK
Tanda-tanda fisik dari aterosklerosis meliputi adanya penimbunan lemak,
pelebaran dan kakunya arteri muskular yang besar, dan iskemia atau infark dari
beberapa organ tertantu. Berikut ini disajikan tanda fisik dari aterosklerosis : 11
 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah adalah meningkatnya kadar lemak di dalam darah.
Lemak ini dapat memicu terjadinya penimbunan plaque pada dinding
pembuluh darah.
 Penyakit pada arteri koroner
Ditandai dengan adanya bunyi jantung keempat yang semakin jelas, takikardi,
hipotensi, atau hipertensi.
 Penyakit serebrovaskuler
Ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi pada arteri karotis dan
kemunduran dari fungsi otak
 Penyakit vaskuler perifer
Ditandai dengan penurunan denyut nadi perifer, sumbatan pada erteri perifer,
sianosis perifer, gangrene, atau luka yang sukar sembuh
 Aneurisme pada aorta abdominalis
Ditandai dengan timbulnya benjolan pada arteri abdominalis atau kolapsnya
sistem sirkulasi

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 13


 Emboli pada arteri
Ditandai dengan gangrene, sianosis, munculnya “pedal pulses” yang dikaitkan
adanya penyakit mokrovaskular dan emboli kolesterol.

2.5 Faktor Resiko

Meskipun ilmuwan tidak mengetahui secara pasti penyebab terjadinya


atherosklerosis, namun mereka mengetahui bahwa pada kondisi-kondisi tertentu
dapat meningkatkan resiko terjadinya atherosklerosis.

Beberapa faktor resiko dari penyakit aterosklerosis, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor risiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin,
ras, dan riwayat keluarga. Risiko aterosklerosis koroner meningkat dengan
bertambahnya usia; penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun.
Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya
mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor- faktor
aterogenik. Wanita agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai
menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria; diduga oleh
adanya efek perlindungan estrogen. Orang Amerika-Afrika lebih rentan
terhadap aterosklerosis daripada orang kulit putih. Riwayat keluarga yang
positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara atau orang tua yang
menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan
timbulnya aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruh genetik dan
lingkungan masih belum diketahui. Komponen genetik dapat diduga pada
beberapa bentuk aterosklerosis yang nyata, atau yang cepat perkembangannya,
seperti pada gangguan lipid familial. Tetapi, riwayat keluarga dapat pula
mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya hidup
yang menimbulkan stres atau obesitas.16

2. Hiperkolesterolemia

Pada keadaan hiperkolesterolemi terdapat gangguan homeostasis


pembuluh darah yang disebabkan :17

a. Penurunan produksi NO akibat ganguan transduksi sinyal protein G1-2

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 14


b. Peningkatan produksi anion superoksida melalui protein kinase C yang
merusak NO.

c. Peningkatan reaktivitas Endothelin

d. Peningkatan adhesi sel akibat peningkatan ekspresi NFKB melalui


peningkatan produksi anion superoksida

e. Penurunan endothelium dependent vasodilatation.

f. Peningkatan adhesi dari monosit bila disertai dengan diabetes mellitus

2. Hipertrigliseridemia

Masih merupakan perdebatan antara para ahli, apakah konsentrasi


trigliserida plasma yang meningkat adalah faktor resiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler.18

3. Diabetes melitus.

Pada diabetes mellitus terjadi peningkatan aktivitas enzim aldosa


reduktase yang diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi
sorbitol. Peningkatan aktivitas aldosa reduktase menyebabkan peningkatan
konversi NADPH yang tereduksi menjadi bentuk teroksidasi NADP.
Pemakaian NADPH akan berakibat penurunan produksi NO dan anti oksidan.
Penurunan anti oksidan akan menyebabkan radikal bebas yang harusnya
didetoksifikasi oleh antioksidan berinteraksi dengan NO menjadi peroksinitrit
(NOO) yang dapat merusak pembuluh darah. Ketidakseimbangan inilah yang
disebut stres oksidatif. Kadar glukosa yang tinggi juga menyebabkan
terjadinya reaksi glikosilasi dengan protein dan molekul lain yang
mengandung gugus amin sehingga menghasilkan advance glycocylation end
product (AGE). AGE akan berikatan dengan reseptor pada endotel makrofag.
Ikatan dengan endotel akan meningkatkan ekspresi ICAM, vascular adhesion
molecule 1, dan E-selektin yang memudahkan terjadi adhesi monosit. Monosit
yang menempel tersebut akan bermigrasi ke subendotel dan berikatan dengan
LDL teroksidasi, sehingga membentuk foam cell yang akan berkembang
menjadi fatty streak.19,20,21,22.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 15


Low Density Lipoprotein (LDL) teroksidasi akan mengaktivasi sel
limfosit T yang berakibat menurunnya densitas dan fungsi otot polos,
sehingga sintesa matriks menurun. Juga akan mengaktivasi makrofag untuk
mengeluarkan enzim proteolitik seperti matriks metalloproteinase, sehingga
menyebabkan peningkatan degradasi matriks. Peningkatan degradasi matriks
dan penurunan sintesis matriks tersebut akan memudahkan ruptur plak.23

4. Hipertensi

Bila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Berpengaruh buruk pada
pria dan wanita dengan komponen diastol sebagai faktor terpenting. Pengaruh
hipertensi pada perkembangan aterosklerosis masih belum jelas, mungkin saat
terjadi kerusakan pada endotel memungkinkan masuknya protein, lipoprotein,
dan sel lain ke lapisan intima. Hipertensi menambah tekanan hidrodinamik
intra arteri sehingga suatu saat dapat terjadi robekan pada plaque
aterosklerosis, lalu berakibat trombosis akut dan obstruksi arteri.18

Pada keadaan hipertensi terdapat disfungsi endotel akibat :17,24,25,26,27

a. Peningkatan kadar anion superoksida (O2-) yang akan menyebabkan stress


oksidatif dan dapat merusak NO.

b. Penurunan bioavailabilitas prekursor sintetis NO (L arginin).

c. Peningkatan angiotensi II menyebabkan peningkatan kadar O2- melalui


peningkatan NADH/NADPH membran serta menyebabkan pertumbuhan
sel otot polos vaskuler dengan menginduksi growth factor seperti PDGF,
bFGF, dan TGT B1.

d. Peningkatan endothelin-1 akibat peningkatan AII.

5. Penyakit Jantung Koroner


Pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam
pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan
diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jarinrangan ikat, perkapuran,

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 16


pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat
pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah
tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai
akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark
Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang
dapat menyebabkan kematian mendadak.

6. Hiperhomosisteinemia

Pasien penyakit ini beresiko mendapat penyakit oklusi vaskuler.


Mekanisme : merusak sel endotel dan otot polos sehingga menunjang
aterosklerosis. Kelainan ini Juga membantu kelainan koagulasi platelet.18

7. Obesitas

Penelitian ziccardia P20 membuktikan bahwa wanita dengan obesitas


ditemukan adanya disfungsi endotel yang dihubungkan dengan peningkatan
lemak tubuh, khususnya lemak viseral. Pada keadaan obesitas terjadi
peningkatan mediator proinflamasi, seperti TNF-α, IL-6, yang dapat
meningkatkan ekspresi kemotaksis dan molekul adhesi pada endotel. Di
samping itu juga ditemukan peningkatan vaskular adhesion molecule-1
(VCAM-1), ICAM-1 dan P-selektin. Peningkatan mediator tersebut
memegang peran penting dalam terjadinya aterosklerosis. Penurunan berat
badan menunjukkan adanya perbaikan endotel yang bermakna dan berkolerasi
dengan penurunan sitokin. Petanda inflamasi dalam darah seperti CRP dapat
dipakai untuk menduga keadaan kesehatan, terutama kejadian yang
berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler.18

Belum merupakan faktor resiko yang spesifik, tetapi biasanya obesitas


disertai oleh hipertensi, DM, hiperkolesterolemi, dan hipertrigliseridemi.
Meningkatnya berat badan berhubungan dengan meningkatnya LDL dan
menurunnya HDL kolesterol, sehingga kenaikan berat badan sering dikaitkan
dengan munculnya faktor resiko.18

8. Merokok

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 17


Merupakan faktor resiko untuk terjadinya aterosklerosis dan penyakit
jantung koroner. Mekanisme terjadinya disfungsi endotel pada perokok
melalui mekanisme peningkatan interaksi trombosit dengan dinding pembuluh
darah, penurunan ekspresi PGI2, peningkatan kadar kolesterol LDL
teroksidasi, penurunan konsentrasi HDL, dan terjadinya stres oksidatif. Selain
itu merokok juga menyebabkan peningkatan adhesi dan agregasi trombosit,
meningkatkan kadar fibrogen, spasme arteri, dan menurunkan kapasitas
oksigen darah.28

Banyak merokok maka kerusakan bertambah besar. Kematian karena


penyakit kardiovaskular pada perokok berat 70 % lebih tinggi daripada non-
perokok. Merokok berhubungan dengan penyakit serebrovaskular dan insidens
lebih tinggi pada penyakit vaskular perifer. Bila merokok dihentikan pada
umur < 65 tahun, maka resiko akan menurun drastis. Faktor resiko perokok
pasif adalah dua kali lipat pada istri dengan suami perokok daripada istri
dengan suami non-perokok. Mekanisme terjadi kelainan kardiovaskular pada
perokok akibat vasokonstriksi, agregasi platelet meningkat, dan hipoksemi
vaskular yang tidak permanen.18

9. Kelakuan dan kepribadian

Bahwa stress berlebihan berakibat aterosklerosis yang diawali dengan


terjadinya disfungsi endotel, namun belum dibuktikan. Yang sedang dikaji
bagaimana reaksi pasien terhadap stress, bahwa dengan marah berlebihan akan
meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.18

10. Aktifitas Jasmani

Aktifitas jasmani yang teratur memberi potensi untuk mengurangi


aterogenesis, seperti meningkatnya konsentrasi HDL kolesterol dan
menurunnya tekanan darah. Tidak melakukan aktifitas jasmani adalah faktor
resiko aterosklerosis, namun olahraga berlebihan tidak untuk mengatasi
penyakit ini.18

11. Homosisteinuria

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 18


Adalah penyakit yang jarang dan diturunkan secara autosom resesif,
serta menyebabkan penurunan aktivitas enzim cystathionine B sintetase .
peningkatan kadar homosistein penderita ini mempunyai resiko aterosklerosis.
Hal ini disebabkan karena pembentukan radikal bebas selama proses
autooksidasi homosistein.28

12. Shear Stress (Tekanan Gesek)

Penelitian membuktikan bahwa shear stress (tekanan gesek) memegang


peranan penting dalam mengatur fenotif endotel pada cabang arteri. Shear
stress yang melebihi 15 dyne/cm2 menyebabkan penurunan ekspresi
vasokonstriktor, growth factor, mediator inflamasi, molekul adhesi dan
oksidan serta peningkatan produksi faktor vasodilator, inhibitor pertumbuhan,
fibrinolitik, faktor antitrombosit, antioksidan. Sedangkan shear stress yang
rendah (0-4 dyne/cm2 ) dapat meningkatkan ekspresi molekul adhesi,
vasokonstriktor, prokoagulan, protrombotik, prooksidan, substansi proliferatif
yang akan menyebabkan aterosklerosis.29

13.Penuaan

Bertambahnya usia selalu berhubungan dengan peningkatan stress


oksidatif.22

14.Perubahan hormonal

Insiden PJK meningkat pada wanita setelah melewati dekade ke-6,


sedangkan sebelum dekade tersebut insidensnya separuh pada pria. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa hormon estrogen bersifat kardioprotektif
terhadap wanita. Penelitian lain menunjukkan bahwa terapi estrogen dapat
meningkatkan ekspresi NO dan PGI2 pada wanita pasca menopause. Sudah
terbukti bahwa estrogen mempunyai sifat antioksidan. Pada wanita
pascamenopause terjadi penurunan kolesterol HDL, peningkatan kolesterol
LDL, peningkatan fibrinogen & penurunan antitrombin.28

15. Infeksi

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 19


Infeksi berperan pada patogenesis aterosklerosis dan infark miokard.
Infeksi yang terjadi pada patogenesis PJK yaitu infeksi kronik herpes simplex
virus (HSV-I), chlamydia pneumoniae (Cpn). Hal itu dapat dilihat dengan
adanya peningkatan C-reactive protein (CRP).30,7

2.6 Screening dan Diagnosis

Dokter anda mungkin menemukan tanda-tanda dari penyempitan,


perluasan atau pengerasan arteri selama pemeriksaaan fisik. Termasuk di
dalamnya:1

Kelemahan atau ketidakadaanya denyut di bawah daerah penyempitan


arteri.

Suara bising di seluruh arteri yang dapat terdengar dengan


menggunakan stetoskop.

Bukti bahwa luka kecil menjadi sembuh kembali dalam bagian dimana
aliran darah anda dibatasi.

Penurunan tekanan darah pada salah satu extrimitas yang terkena


pengaruh.

Tanda-tanda dari aneurysma dalam abdomen atau di belakang lutut


anda.

Dokter anda mungkin menyarankan satu atau lebih dari test-test berikut
untuk mengidentifikasi penyakit tersebut atau gejala-gejalanya.1

Test darah. Suatu test darah dapat mengetahui peningkatan level


kolesterol, homocysteine atau gula darah (glukosa), yang juga merupakan
faktor resiko untuk penyakit ini.

Ankle-Brachial Index (ABI). Dengan menggunakan manset untuk


mengukur tekan darah dan alat ultrasound khusus yang digunakan untu
menetukan nilai dan aliran darah (Doppler Ultrasound). Dokter dapat
mengukur tekanan darah pasien pada lengan dan kaki pasien

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 20


menunjukkan penyakit arteri perifer, yang mana biasanya disebabkan
aterosklerosis.1

Electrocardiogram (ECG)

Elektrokardiogram merupakan alat uji diagnosa yang terdiri atas element-


element elektroda yang di tempelkan di kulit pasien untuk mengukur hantaran
elektrik (listrik) atau impuls dari jantung. ECG juga dapat mendeteksi
serangan jantung lebih dini pada beberapa pasien. Biasanya dokterakan
melakukan pemeriksaan ECG sepanjang dan setelah treadmill.1

Gambar

Chest X-rays, ultrasound, computerized tomography (CT) scana dan


magnetic resonance imaging (MRI) merupakan cara yang tidak invasif untuk
dokter memeriksa arteri pasien, apakah di arteri terdapat sumbatan dan berapa
banyak sumbatan yang menutup arteri. Semua test ini kadang-kadang dapat
menunjukkan pengerasan dan penyempitan serta arteri utama yang lebih
besar, sama baiknya seperti pada aneurisma dan simpanan kalsium pada
dinding arteri.1

Doppler Ultrasound

Alat ini digunakan untuk mengamati seluruh arteri di dalam tubuh dan
menentukan tekanan darah pada angka yang bervariasi pada lengan dan kaki.
Pemeriksaan ini dapat menolong untuk menentukan jumlah sumbatan dan
kecepatan aliran darah pada arteri.1

MUGA / radionuclide angiograpy

Nuclear scan untuk melihat bagaimana dinding jantung bergerak dan


berapa banyak darah yang di paksa keluar setiap ketukan jantung
(heartbeat), ketika pasien dalam keadaan istirahat. 5

Thallium / myocardial perfusionscan

Pengamatan nuclear yang diberikan ketika pasien dalam keadaan istirahat


atau setelah latihan yang dapat mengungkap daerah dari otot jantung yang
tidak cukup mendapatkan suplai darah.5

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 21


2.7 Treatment atau Perlakuan

Pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan fisik anda :5

 Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.

 Perluasan dari penyakit tersebut

 Daerah yang mengalami sumbatan

 Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien

 Riwayat kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan


sensivitasnya terhadap terapi&prosedur pengobatan yang pernah
dialami

 Arah yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya.

 Pendapat anda atau pilihan.

Pencegahan dan pengobatan dari pengendalian atherosklerosis dari faktor


resiko yang telah diketahui untuk penyakit tersebut.Didalamnya termasuk
pengobatan untuk hipertensi, hyperlipidemia, DM, dan kebiasaan merokok. 5

Perubahan gaya hidup dapat meningkatkan kerja pembuluh arteri. Dokter


memiliki beberapa tipe pengobatan untuk memperlambat atau mengatasi pengaruh
arteriosklerosis dan atherosklerosis.1

o Obat Penurun-kolesterol. Secara agresive dapat menurunkan sejumlah


low-density lipoprotein (LDL) – kolestrol “jahat” – yang dapat
memperlambat aliran darah, berhenti atau bahkan sebaliknya membentuk
plak. Obat ini mengandung statin dan fibrate dan diberikan dengan dosis
tertentu.

o Pengobatan anti-platelet. Aspirin merupakan salah satu contoh dari tipe


obat ini – digunakan untuk mengurangi kemungkinan penggumpalan
kepingan darah pada atherosklerosis, terbentuknya bekuan darah, dan
terjadinya sumbatan pada pembuluh darah.

o Antikoagulan. Seperti Heparin atau Warfarin ( Komadin ). Digunakan


untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan untuk pembentukan
arteri dan aliran darah yang mengalami sumbatan.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 22


o Vasodilatasi Otot pembuluh darah. Vasodilator seperti Prostaglandin,
dapat mencegah penebalan otot pada dinding arteri dan menghentikan
penyempitan arteri. Tapi efek dari obat ini kuat dan biasanya hanya
digunakan ketika obat lain tidak bekerja.

o Pengobatan lainnya. Dapat disarankan beberapa pengobatan untuk


mengontrol faktor resiko, seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan level
homocysteine yang tinggi. Dapat juga disarankan obat spesifik untuk gejala
tertentu, seperti claudicasi yang intermittent.

Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot
dan jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu organ sudah tidak dapat
berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya.1

 Angioplasty. Procedur pada pengobatan ini yaitu dengan cara memasukkan


pipa ( catheter ) yang panjang dan tipis ke dalam arteri yang tersumbat atau
terhambat. Kemudian kawat dengan balon yang kempis dimasukkan melalui
catheter ke area yang terhambat tadi. Balon itu akan mengembang, menekan
plaque untuk melawan dinding arteri. Lubang pipa ( stent ) menyanggah
arteri untuk membantu arteri tetap terbuka.

 Embolectomy. Catheter dapat juga di gunakan untuk menangkap gumpalan


darah. Cara ini disebut Embolectomy.

 Endarterectomy. Pada beberapa kasus mungkin di butuhkan operasi


pemindahan plak dari dinding arteri yang terhambat. Procedur pada
pengobatan ini ahli bedah membuat incisi , kemudian memindahkan plak
dan menutup arteri.

 Pembedahan pembuluh darah. Dengan cara bypass dengan


mencangkokkan cabang salah satu pembuluh darah dari bagian tubuh yang
lain atau pipa yang terbuat dari serat sintetik.Cara ini akan mengalirkan
darah ke arteri yang tersumbat atau terhambat. Proses ini sangat sering di
gunakan untuk meningkatkan aliran darah ke kaki, tapi cara tersebut juga
dapat digunakan untuk menghambat perluasan atau kebocoran pada aortic
aneurysm.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 23


 Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya
diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu
kembali normal.

 Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke


dalam arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan
sinar X.

2.8 Pencegahan

Mengontrol faktor resiko melalui pengubahan pola hidup dapat mencegah


atau memperlambat kemajuan dari penyakit ini diantaranya:1

Banyaklah bergerak. Olah raga yang tepat dapat mengkondisikan otot


anda untuk menggunakan oksigen secara efisien. Aktivitas fisik juga
dapat meningkatkan sirkulasi dan perkembangan dari pembuluh darah
kolateral – pembuluh darah yang baru terbentuk secara alami (natural
bypass) diantara obstruksi, untuk suplai darah agar dapat mencapai
daerah-daerah perifer seperti lengan dan kaki.

Berhenti Merokok. Merokok memberikan kontribusi dan kerusakan dari


arteri. Berhenti merokok adalah hal yang paling terpenting yang dapat
mengurangi kemajuan dari sumbatan dan mengurangi resiko terhadap
komplikasi.

Asupan makanan sehat untuk mempertahankan berat ideal. Diet sehat


untuk jantung dapat menolong mengontrol berat badan, tekanan darah
dan tingkat kolesterol, yang mana kesemuanya memberikan kontribusi
terjadinya atherosklerosis.

Mengurangi stres dalam kehidupan atau belajar bagaimana


mengendalikannya. Mengurangi penyebab sters di rumah dan di tempat
kerja, jika mungkin. Atau belajar tehnik untuk mengatur stres, seperti
relaksasi otot dan bernapas dalam.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 24


Menjaga kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes dibawah kontrol.
Konsultasi dengan dokter jika memerlukan bantuan untuk menjaga kadar
kolesterol, tekanan darah atau diabetes pada saat check up. Dokter akan
menuliskan resep obat baru atau memberikan saran treatment untuk
mengatasi gejala dari penyakit tersebut.

Perawatan kaki juga sangat esensial untuk mereka yang mengalami


atherosklerosis pada bagian perifer seperti pada kaki atau tangan. Gunakan sepatu
dengan ukuran yang tepat. Luka atau goresan membutuhkan perhatian segera
karena penurunan sirkulasi yang berarti bahwa jaringan disembuhkan secara lebih
perlahan. Jika tidak mendapatkan perlakuan pengobatan, bahkan pada luka kecil
di kulit bagian bawah dari kaki dapat memicu infeksi.1

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 25


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Atherosklerosis adalah suatu penyakit yang menyerang pembuluh darah


besar maupun kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang
vaskuler, dan pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di
dalam dinding pembuluh intima.

2. Pembentukkan plaque secara perlahan di dalam dinding pembuluh arteri


menyebabkan penyempitan dan penmgerasan. Plaque terbentuk dari lemak,
kolesterol, kalsium, dan substansi lain yang ditemukan di darah. .

3. Atherosclerosis merupakan penyakit yang progresif dan dapat mulai sejak usia
anak-anak. Para ilmuan tidak mengetahui secara pasti penyebab secara pasti
dari atherosclerosis. Atherosklerosis dapat menyerang otak, jantung, ginjal,
lengan dan kaki.

4. Faktor resiko dapat meningkatkan perkembangan atherosclerosis. Risk factors


increase your chance of developing atherosclerosis. Your chance of having
atherosclerosis increases with the number of risk factors you have. You can
control some risk factors and others you can't.

5. Atherosclerosis usually does not cause symptoms until it severely narrows or


totally blocks an artery.

6. Atherosclerosis is often diagnosed after you develop symptoms or


complications.

7. The goal of treatment is to slow or even reverse atherosclerosis.

8. Your doctor will recommend which treatment is best for you after reviewing
your symptoms, your risk factors, and the results of your physical exam.

9. Treatment can include making long-lasting lifestyle changes, taking


medicines, and having surgery.

10. Preventing atherosclerosis starts by knowing which risk factors you have and
by taking action to lower your risk.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 26


DAFTAR PUSTAKA

1. Mayo Clinic Staff. 2005. Arteriosclerosis/Artherosclerosis. Available from:


URL: http://www.mayoclinic.com/health/arteriosclerosis-
atherosclerosis/DS00525 (accessed: 2006, 24 April)
2. NHLBI. 2006. Atherosclerosis. Available from: URL: HIPERLINK:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Atherosclerosis/Atheroscler
osisWhatIs.html (accessed: 2006, April 20)
3. Wikipeda the free ensyclopedia. 2006. Available from: URL: HYPERLINK:
http://en.wikipedia.org/wiki/Atherosclerosis (accessed: 2006, April 12)
4. Sherwood L . Fisiologi Manusia.Edisi 2. Jakarta: EGC, 2006; 288-4.
5. University of Maryland Medicine. 2003. Atherosclerosis. Available from:
URL; HYPERLINK: http://www.umm.edu/heartinfo/Atherosclerosis.htm
(accessed 2006, April 20)

6. Achmad S. 1999. Daya Proteksi Kurkuminoid terhadap Oksidasi Low Density


Lipoprotein Penderita Hiperkholesterolemia oleh Sel Endotil dan Otot
Polos Vaskuler. Available from: URL: HYPERLINK:
http://digilib.litbang.depkes.go.id (accessed: 2006, April 20)

7. Ross R. 1999. Atherosclerosis and inflammatory disease. New Engl J


Med;340:115-26.

8. Wijayakusuma H. 2004. Mencegah dan mengatasi aterosklerosis


(penyempitan pembuluh darah). Available from: URL: HYPERLINK:
http://cybermed. cbn.net (accessed: 2006, April 20)

9. Mama’s Healt. 2006. Atherosclerosis. Available from: URL: HYPERLINK:


http://Mamashealt.com/atherosclerosis.htm (accessed: 2006, April 20)

10. Dorlan, WA. 2002. Kamus Kedokteran Dorlan. Edisi 29. Jakarta: EGC.
11. Olford, James L. 2005. Atherosclerosis. Available from: URL: HYPERLINK:
http://www.emedicine.com/med/topic182.htm (accessed: 2006, April 20)
12. Pelupessy JMCH.Penyakit jantung koroner. Dalam: Sastroasmoro S,
Madiyono B. Buku Ajar Kardiologi Anak IDAI. Jakarta:Binarupa
Aksara, 1994;405-15.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 27


13. Ross R, Glomset JA. The pathogenesis of atherosclerosis. N Engl J Med 1976;
295: 420-25.
14. The Merck Manual. 2006. Atherosklerosis.. Available from: URL:
HYPERLINK: http://www.themerckmanual.com.sec16, ch201.htm
(accseed: 2006, 25 April)
15. Hoffman JIE. Atherosclerosis. Dalam: Rudolph AM, Penyunting. Rudolph's
Pediatric, edisi ke-20. USA: Prentice hall International, 1996;1551-3.
16. Hanafi, Muin Rahman, Harun. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI
1997, hal 1082-108
17. Vanhoutte PM. 1997. Endothelial dysfunction and atherosklerosis, European
Heart; 18. E19-E29.
18. Djang Jusi H. 1999. Dasar-dasar ilmu bedah vascular. Balai penerbit FKUI.
Jakarta .

19. Soegondo S. 1999. Mekanisme komplikasi diabetes mellitus ; aspek ilmu-ilmu


dasar pada keadaan klinik. Dalam : Sudoyo AW, Setiati S. Alwi I, dkk,
editor. Naskah Lengkap Penyakit Dalam PIT 99 ;87-101.

20. Bloomgarden ZT. 1999. Diabetes Care. American diabetes association annual
meeting. 23:690-8

21. Baraas F. 2001 Stress oksidatif dan diabetes mellitus. Tabloid Profesi
Kardiovaskuler ;73 :7.

22. Heitzer T, Schlinzig T, Krohn K, Meinertz T, Munzel T. 2001. Endhotelial


dysfunction, oksidatif stress and risk of cardiovascular events in patients
with coronary artery disease. Circulation;104:2673-8.

23. Setianto B. 2001 Sindrom koroner akut: patofisiologi. Dalam: Kaligis RWM,
Kalim H, Yusak M, dkk, editor. Diagnosis dan tatalaksana hipertensi,
sindrom koroner akut dan gagal ginjal, Jakarta: Edisi I;:59-66.

24. Anderson Todd J. 1999. Assesment and treatment of endothelial dysfunction


in humans. Journal of the American College of Cardiology ; 34 : 631-7.

25. Gibbons GH, Dzau VJ. 1994. The emerging concept of vascular remodelling.
New Engl J Med ; 330 : 1431-8.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 28


26. Perticone F. Ceravelo R, Fujiya A, Ventura G, Iacopino S, Seozzafava A, et
al. 2001. Prognostik significant of endothelial dysfunction in hipertensive
patient. Circulation ; 1104 ; 191-6

27. Panja JA, cardillo C. 1998. Potential mechanism of endothelial function in


patient with essensial hipertension. Journal of Hypertension ; 16 (suupl 8)
; 43-8.

28. Soemantri D. 2001. Disfungsi endotel dan penyakit kardiovaskular :


pendekatan baru untuk pengobatan . Dalam: Kaligis RWM, Kalim H,
Yusak M, dkk, editor. Penyakit kardiovaskular dari pediatric sampai
geriatric. Jakarta;p.185- 96.

29. Malek AM, Alper SL, Izumo S. 1999. Hemodinamic shear stress anh its role
in atherosclerosis. JAMA;282:2035-42.

30. Roivainen M, Kajander MV, Palosuo T, Toivanen P, Leinonen M, Saikku P,


et al. 2000. Infection, inflamation and risk of coronary heart disease.
Circulation ;101:252-7.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 29


Trims 4 downloading.

See the next chapter of necel publication

Made under authority of Fakultas Kedokteran Universitas


Mulawarman`s student

For further information please visit:


necel.wordpress.com

Copyright © necel 2009


Free to distributed and copied as if nothing of part of this document isn`t deleted
or changed.

Biokimia “atherosklerosis” © necel 2009 30

You might also like