You are on page 1of 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan YME, dimana kami telah menyelesaikan makalah berjudul Askep pada Klien Lansia Dengan Gangguan Sistem Neuroligis ( Demensia ). Dalam makalah ini kami menjelaska definisi, tanda dan gejala yang banyak terlihat pada Demensia tahap awal, pertengahan.dan tahap akhir, pemeriksaan yang akan dilakukan hingga ASKEP pada Demensia.

Dalam penulisan makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ns. Ida Ramadani, S.kep selaku dosen pembimbing berserta teman-teman yang ikut membantu dalam penulisan makalah ini.

Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, harap dimaklumi karena kami juga seorang mahasiswa yang sedang belajar. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Bengkulu,

April 2011

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari(AKS). Penyakit meningkatkan gejala demensia antara lain adalah penyakit Alzheimer, maslah vaskular seperti demensia multi Pick,

infark,hidrosefalus,tekanan

normal,penyakit

parkinson,alkoholisme

kronis,penyakit

penyakit Huntington, dan acquired immunodeficiency syndrome(AIDS). Sedikitnya setengah dari seluruh penghuni panti jompo menderita demensia. Diperkirakan bahwa 4 juta penduduk Amerika menderita penyakit Alzheirmer dan pada tahun 2050 akan ada 14 juta orang di Amerika Serikat yang menderita penyakit tersebut. Penyakit Alzheimer sendiri menghabiskan biaya Amerika Serikat sekitar $ 90 miliar per tahun untuk tagihan medis,biaya perawatan jangka panjang, dan hilangnya produktivitas. Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menghabiskan biaya, tetapi tantangan gejala demensia menimbulkan kualitas hidup, stress, pemberi perawatan, dan pemeliharaan martabat manusia dan mungkin mencerminkan beban kemanusiaan lebih dari yang dapat diperbaiki perawat.

1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Untuk mempelajari tentang ASKEP Demensia pada lansia. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit demensia pada lansia

2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan sistem neurologis ( Demensia ) 3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan sistem neurologis ( Demensia ) yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. 1.3. Manfaat Penelitian 1. Secara aplikatif, makalah ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam memberikan ASKEP pada klien lansia dengan gangguan sistem neurologis ( Demensia ). 2. Menambahkan pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang ASKEP pada klien lansia denga gangguan system neurologis ( Demeensia ).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Demensia ( pikun ) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial ( Wahjudi Nugroho,2008 ). Demensia adalah salah satu penyakit yang ditandai gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progresif disertai gangguan bahasa, perubahan kepribadian, dan prilaku ( Menkes ). Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian, dan kemampuan untuk memusatkan fikiran, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

2.2. Etiologi 1) Trauma ( trauma kapitis ) 2) Infeksi kronis seperti penderita HIV 3) Gangguan peredaran darah atau vaskular seperti hipertensi ( darah tinggi ) dan ateriosklerosis ( penyempitan pembulu darah ) 4) Penggunaan alkohol dan zat-zat terlarang serta merokok 5) Proses penuaan 6) Penyakit Alzheimer - Belum diketahui secara pasif, tetapi melibatkan faktor genetik ( merupakan kelainan gen tertentu ) - Otak mengalami kemunduran terjadinya kerusakan sel otak. - Ditemukan jaringan abnormal pada sel otak

2.3. Patofisiologi 1) Demensia Vaskuler - Merokok Dimana pada rokok mengandung zat kimia berbahaya (nikotin), zat-zat tersebut masuk ke dalam darah dan terjadi penumpukan di dalam darah sehingga terjadi emboli dan penyumbatan pada aliran darah. Sehingga otak kekurangan O2 yang dapat menggangu fungsi otak maka terjadilah Demensia Vaskuler. - Stroke Dimana pada stroke terjadi gangguan pada sistem saraf yang mana terdapat lesi di ginus argularis thalamus, arteri serebri posterior dan anterior yang menyumbat

darah sehingga darah tidak mengalir ( tersumbat ),dan menyebabkan Demensia Vaskuler. - Trauma kapitis Trauma kapitis yang terjadi pada otak menyebabkan pada otak terjadi emboli dan darah tidak dapat mengalir di otak dengan baik, sehingga otak kekurangan O2 . karena O2 yang berkurang maka fungsi terganggu dan terjadi Demensia Vaskuler. - Demensia Vaskuler Pada Demensia Vaskuler ini terjadi penurunan fungsi intelektual dan kemunduran kognisi dan fungsional dalam berfikirsehingga menimbulkan perubahan kepribadian. Prilaku kekerasan,depresi, halusinasi, gangguan fungsi sosial pekerjaan, gangguan aktivitas sehari-hari, kesulitan tidur dan wandering. 2) Demensia Alzheimer - Faktor genetik Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer.Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak sehingga menyebabkan Demensia Alzheirmer. - Stroke Stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark dimana menyebabkan terjadinya Demensia Alzheirmer. Hipertensi dan DM Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan Demensia Alzheirmer. Demensia Alzheirmer Dimana pada penderitanya terjadi perbahan-perubahan kognisi berupa bahasanya lambat sering tidak dimengerti yang terjadi secara tiba-tiba sehingga ingatan hilang yang menyebabkan fungsi sosial terganggu, aktifitassehari-hari terganggu ( membaca dan berkerja ).

2.4. WOC
Trauma (Kapitis) Emboli diotak Infeksi kronis Gangguan peredaran darah (hipertensi)

Penggunaan alcohol/mero kok

virus masuk keperedaran darah

Kerusakan pembuluh darah Terjadinya penyumbatan

Mengandung zat kimia yg berbahaya Masuk kedalam darah Menumpuk didalam darah

Proses penuaan nnnnnnn nnnnnnn Berkurangny a spontanitas

Penyakit alzheimer

Darah tidak mengalir ke otak

Terganggunya system peredaran darah keotak Terjadinya penyumbatan

Gangguan memori

Bahasa lambat/s ering tidak mengerti

Otak kekurangan 02 Fungsi otak terganggu

Aliran darah keotak terganggu

Fungsi sosial terganggu

Terjadi emboli

Penyumbatan aliran darah

Otak kekurangan O2 DIMENSIA

Gangguan kepribadian & perilaku

Kemampuan otak berkurang

Fungsi kognitif

Mudah tersinggung

Dalam ingatan

afasia

Menarik diri

disorientasi Gangguan proses pikir

Mk:- kurangnya keperawatan diri

Mk: -perubahan proses pikir -perubahan pola tidur

Mk:- perubahan persepsi sensori -resiko terhadap trauma

2.5. Manifestasi Klinis 1) 2) 3) 4) 5) Penurunan dalam ingatan Disorientasi ( lupa hari, waktu, tanggal, orang, dan lain-lain ) Fungsi kognitif berkurang ( pertimbangan dan penilaian berkurang ) Menarik diri Gangguan kepribadian dan prilaku ( cleptomania )

2.6. Stadium Dimensia 1) Stadium I ( berlangsung 2-4 tahun )/Stadium Amnesia Stadium ditandai dengan amnesia yang menonjol, berkurangnya spontanitas. Gangguan memori, terutama memori jangka pendek. Pada stadium itu kegiatan sehari-hari didalam lingkungan keluarga/ yang sudah dikenal biasanya tidak terganggu. Namun bila penderita dihadapkan pada situasi yang baru/harus mengingat sesuatu secara aktif maka kesalahan dapat terjadi. Penderita sering menjadi gugup, gusar atau bingung bila dihadapkan kepada masalah yang baru, pasien lupa akan informasi, menempatkan objek ditempat yang salah, mengulang-ulang ceritanya sehingga membosankan dan mengganggu. Pada stadium ini pasien mungkin menyadari kemampuan otaknya berkurang dan ia bereaksi dengan sikap mudah tersinggung, menarik diri dan pergaulan dan bersedih.

2) Stadium II( berlangsung 2-10 tahun )/Stadium Bingung Stadium ini ditandai dengan oleh mundurnya secara progresif bidang kognitif yang melibatkan banyak aspek. Afasia, apraksia dan disorientasi waktu dan tempat lambat laun menjadi lebih nyata. Penderita mudah menjadi bingung dan dapat memperlihatkan episode dan masalah behavior seperti agresif dan ingin mengembara. Pada stadium ini perubahan kepribadian dapat menjengkelkan atau menyulitkan anggota keluarganya. Sifat kepribadian yang dimilikinya sebelum sakit menjadi lebih mencolok.

3) Stadium III/Stadium Akhir Penderita hampir menjadi vegetatif, ia menjadi akinetik dan membisu. Setelah 6-12 tahun sakit, intelek dan memori berdeteorasi terus sampai penderita tidak lagi mengenal orng-orang dekatnya. Pada stadium ini penderita menyendiri, inkontinen dan sebagian besar bergantung kepada orang lain. Kebersihan diri dan kebutuhan nutrisi tidak diperhatikan lagi. Kontrol spingter menghilang, penderita

berak dan kencing tidak terkontrol. Ia jalan dengan langkah yang pendek dan kurang pasti, kematian bias terjadi karena penyakit infeksi/trauma.

2.7. Faktot-Faktor Resiko 1) Usia Merupakan faktor resiko bagi semua jenis demensia. Bertambahnya tinggi usia bertambah besar kemungkinan menderita demensia. 2) Riwayat Penderita Pada keluarga derajat I meningkatkan resiko mendapatkan demensia sebanyak 4x. 3) Jenis Kelamin Angka insidensi cenderung lebih tinggi pada wanita daripada pria di semua kelompok usia, meskipun tidak ada penjelasan biologis yang bertanggung jawab untuk perbedaan jenis kelamin tersebut. 4) Pendidikan Pendidikan yang rendah mungkin juga insiden yang secara kasar dapat dikatakan bahwa mereka yang berusia di atas 75 tahun dan tidak pernah bersekolah. Maka kemungkinan mendapat demensia ialah 2x lebih besar ketimbang mereka dengan pendidikan lebih tinggi dari SD. 5) Faktor Resiko Lain Keluarga dengan sindrom down, fertilitas yang kurang, penggunaan analgesik seperti fenasidin, kandung aluminium pada air minum, defisiensi kalsium.

2.8. Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Jika Menghadapi Pasien Demensia 1) Terapi obat dengan pengawasan dokter 2) Terapi non obat berupa: a) Terapi lingkungan Bentuknya: Jangan mengubah lingkungan, keadaan sekitarnya( lingkungan dalam rumah ) karena lingkungan tersebut sudah familiar ( lingkungan sudah dikenal ) Lingkungan di dalam kamar - Tempatkan juga jam, kalender, radio, guna untuk membantu orientasi lansia

Jelaskan pada nya apabila ia bertanya, berada dimana, siapa orang disekitarnya, gunanya akan membantu orientasi tempat - Penerangan dalam kamar harus cukup, gunanya membantu lansia dalam penglihatan. b) Intervensi Prilaku Wandering - Yakinkan dimana keberadaan pasien - Berikan keleluasaan bergerakan di dalam dan di luar ruangan - Gelang pengenalHendaya Memory Asitasi dan agresivitas - Hindari situasi yang memprovokasi - Hindari argumentasi - Sikap kita tenang dan mantap - Alihkan perhatian ke hal lain Sikap dan pertanyaan yang berulang - Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian, bila masih berulang, acuhkan dan usahakan alihkan perhatian ke hal yang menarik pasien. Prilaku seksual yang tidak sesuai/wajar - Tenang dan bimbing pasien ke ruang pribadinya - Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya - Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah baju/selimut untuk menutupi badannya c) Intervensi Psikologis Dapat berupa psikoterapi untuk mengurangi kecemasan, memberi rasa aman dan ketenangan, dalam bentuk: - Psikoterapi individual - Psikoterapi kelompok - Psikoterapi keluarga Untuk pengasuh diperlukan: - Dukungan mental - Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian - Kemampuan menerima kenyataan Mengatasi mudahlupa lakukan: - Latihan terus - menerus, berulang-ulang - Tingkatkan perhatian - Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada dalam otak Bagaimana peran kita terhadap orang lansia yang pikun: 1. Factor keluarga/orang-orang terdekat adalah paling penting

2. Walaupun mungkin lansia membutuhkan bantuan kita, namun bukan berarti kita harus melakukan semuanya untuknya, kita juga harus membantu lansia untuk mandiri kembali, untuk membantu menghilangkan rasa ketergantungannya 3. Kesabaran 4. Jangan mengubah lingkungan/keadaan sekitarnya Tempatkan jam, kalender, radio untuk membantu orientasi waktu lansia Jelaskan kepadanya apabila lansia bertanya Tempatkan cahaya terang untuk membantu lansia yang kurang dalam penglihatan.

2.9. Pemeriksaan yang Harus Dilakukan 1) Anamnesa Telusuri perjalanan penyakit dengan teliti, bagaimana perjalanan demensia apakah mendadak lambat laun, gradual, seperti anak tangga telusuri pula apakah ada keluhan lain/gejala lain dan bagaimana perjalanannya. 2) Pemeriksaan keadaan mental Dari bentuk gangguan mental tidak jarang kita dapat mengetahui diagnosa etiologi. Apakah gangguan kognitifnya seluruh/sebagian. Fungsi kognitif otak mana yang terutama terganggu, kortikal atau sub kortikal, hemisfer, kiri/kanan, lobus frontal,temporal/lobus pariental.

3) Pemeriksaan fisik umum Status interna harus diperiksa dengan baik, misalnya adakah gangguan tiroid, gangguan hepar, ginjal, diabetes mellitus, dan hipertensi. Gejala efek samping obat juga perlu diperhatikan.

4) Pemeriksaan neurologi Dimensia disebabkan gangguan di otak, tidak jarang fungsi otak lainnya ikut terganggu. Otak ikut berpartisipasi pada tiap kegiatan tubuh kita. Apakah pernah kejang.

2.10. Penatalaksanaan Demensia dapat disembuhkan bila tidak terlambat, secara umum terdiri dari: 1) Terapi a) Perawatan medis yang mendukung b) Memberi dukungan emosional pada pasien dan keluarga c) Farmakoterapi untuk gejala yang spesifik Terapi simtomatik meliputi: a) Diet b) Latihan fisik yang sesuai c) Terapi rekresional dan aktivitas d) Penanganan terhadap masalah-masalah lain. 2) Pengobatan a) Untuk ansietas dan insomnia obat farmakoterpi, benzodeazepam b) Depresi diberikan anti depresan c) Untuk gejala waham dan halusinasi diberikan antipsikotik.

2.1.1. Proses Asuhan Keperawatan pada Klien lansia dengan gangguan system neurologis (

Demensia )
2.1.1.1. Pengkajian 1) Identitas klien Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat. 2) Alasan kunjungan ke panti 3) Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang seperti gelisah, tidak berdaya, curiga, merasa kehilangan, dan disorientasi. Riwayat kesehatan dahulu Apakah pernah mengalami hipertensi, stroke, menderita HIV,dan lain-lain. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada diantara anggota keluarga pasien ada yang mengalami penyakit yang sama dialami pasien ( demensia ).

4) Kebiasaan sehari-hari a) Biologis Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan yang disukai dan tidak disukai. Pola minum : frekuensi Pola tidur : jumlah jam tidur, kesulitan dalam tidur. Pola eliminasi ( BAB dan BAK ) : frekuensi, konsistensi. Aktifitas sehari-hari : kegiatan WBS yang dilakukan dari bangun tidur sampai mau tidur kembali Rekreasi : rekreasi yang pernah dilakukan, bersama siapa, frekuensinya. b) Psikologis Keadaan emosi : kondisi psikologis c) Sosial Dukungan keluarga : perhatian anggota keluarga terhadap klien, jadwal/frekuensi anggota keluarga yang berkunjung. Hubungan antar keluarga : pengambilan keputusan Hubungan dengan orang lain Hubungan klien dengan lingkungan, orang lain, disekitar tempat tinggal/panti.

d) Spiritual/cultural Pelaksanaan ibadah : rutinitas melakukan ibadah Keyakinan tentang kesehatan

e) Dasar Data Pengkajian Pasien 1) Aktivitas/istirahat Gejala : Merasa lelah Tanda : Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur Letargi : penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca. Gangguan keterampilan motorik.

2) Sirkulasi Gejala : Riwayat penyakit vaskuler serebral,hipertensi,episode emboli. 3) integritas Ego Gejala : Curiga/takut terhadap situasi Kesalahan persepsi terhadap lingkungan Kehilangan multipel, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan Tanda : Menyembunyikan ketidak mampuan Duduk dan menonton yang lain Aktifitas utama mungkin menumpuk benda tidak bergerak, menyembunyikan barangbarang/berjalan-jalan. Emosi labil : Mudah menangis, tertawa tidak pada tempatnya, perubahan alam perasaan marah secara tiba-tiba. 4) Eliminasi Gejala : dorongan berkemih Tanda : Inkontinensia urine/feses 5) Makanan/Cairan

Gejala : Perubahan dalam pengecapan, dan nafsu makan Kehilangan BB Tanda : Kehilangan kemampuan untuk mengunyah Menghindari atau menolak makanan Tampak semakin kurus 6) Higiene Tanda : Tidak mampi mempertahankan penampilan personal yang kurang Lupa untuk pergi ke kamar Kurang berminat pada/lupa tentang waktu makan 7) Neurosensori Gejala : perubahan kognitif, pusing, sakit kepala, penurunan kemampuan kognitif, mengambil keputusan Mengingat yang baru berlalu, penurunan tingkah laku Kehilangan sensasi propriosepsi Adanyanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli/hipoksia yang berlangsung secara priodik ( sebagai faktor predisposisi ) Tanda : kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia. Kesulitan dalam menemukan kata-kata yang benar, bertanya berulang-ulang/percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti. Kehilangan kemampuan untuk membaca/menulis Status neurologis Kesulitan dalam berfikir kompleks dan abstrak Biasanya orientasi pada orang tetap baik hingga fase akhir dari penyakit ini. Gangguan daya ingat pada yang baru berlalu, memorinya cukup baik, tidak mampu menghitung sederhana. Gangguan dalam keterampilan motorik dengan adanya tremor Adanya refleks primitive.

8) Kenyamanan Gejala : adanya riwayat trauma kepala yang serius Trauma kecelakaan Tanda : ekimosis, laserasi Rasa bermusuhan /menyerang orang lain. 9) Interaksi sosial Gejala : merasa kehilangan kekuatan Faktor psikososial sebelumnya, pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku. Tanda : kehilangan kontrol sosial, prilaku tidak tepat. 10) Pemeriksaan diagnostik antibody : kadarnya cukup tinggi DDL, NPN, elektrolit, pemeriksaan tiroid : dapat menentukan/menghilangkan disfungsi yang dapat di obati. B12 : dapat menentukan secara nyata adanya kerusakan nutrisi Tes dexamethason depresan (DST) = tidak untuk menenangkan depresi EKG : mungkin tampak normal EEG : mungkin normal Sinar X tengkorak : biasanya normal Tes penglihatan dan pendengaran : untuk menemukan adanya penurunan yang mungkin disebabkan oleh pada diorientasi. Scan otak , seperti PET, BEAM, MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang mengalami penurunan metabolise yang merupakan karakteristik dari DAT. Scan CT : dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya atrovi kortikel. CSS : munculnya protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan inidakasi adanya DAT.

2.1.1.2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori 2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori.

3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengenali dan disorientasi. 4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori dan tekanan psikologis. 5. Kurang perawatan diri berhunbungan dengan peurunan kognitif, keterbatasan fisik.

2.1.1.3. Diagnosa Prioritas 1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori. 2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, trnsmisi dan atau integrasi sensori. 3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengenali dan disorientasi.

2.1.1.4. Rencana Asuhan Keperawatan ( Nursing Care Planning/NCP ) N o. 1. Diagnosa keperaw atan Perubaha n proses pikir berhubun gan dengan kehilang an memori Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah Dengan criteria: Mandiri: dilakuka 1. Kaji derajat - Mampu n gangguan kognitif mengen intervens seperti perubahan ali i orientasi terhadap perubah keperaw orang, tempat, an atan waktu, kemampuan dalam diharapk berpikir. pikir/ an 2. Pertahankan tingkah perubaha lingkungan yang laku dan n proses menyenangkan dan fakto pikir tenang faktor dapat 3. Panggil pasien penyeba teratasi dengan namanya bnya 4. Gunakan suara - Mampu yang agak rendah memper dan berbicara lihatkan dengan perlahan penurun pada pasien an 5. Gunakan kata kata tingkah yang pendek dan laku kalimat yang yang

1. memberikan dasar untuk evaluasi yang akan datang dan mempengar uhi pilihan terhadap intervensi 2. kebisingan , keramaia, merupakan sensori yang berlebihan yang meningkatka n ganguan neuron 3. pendekatan yang terburu buru dapat mengancam

diingink an

sederhana dan berikan intruksi yang sederhana 6. Hindarai kritikan, argumentasi, dan konfrontasi negativ 7. Gunakan hal hal yang humoris saat berinteraksi pada pasien 8. Ciptakan aktivitas yang sederhana 9. Buat aktivitas yang bermanfaat dan gerakan yang berulang 10. Evaluasi pola kecukupan tidur 11. Kolaborasi : 12. Berikan obat sesuai indikasi yaitu vasodilator, seperti sihlandelat ergoloid mesilat asam aksiolitik,se perti diazepam tiamin

4.

5.

6.

7.

pasien bingung yang mengalami persepsi. Nama merupakan bentuk identitas dan menimbulka n pergerakan terhadap realita dan individu. Peningkatan kemungkina n pemahaman. Sesuai dengan berkembang nya penyakit ,pusat komunikasi dalam otak mungkin saja terganggu yang menghilang kan kemampuan individu pada proses penerimaan pasien. Provokasi menurunkan harga diri dan mungkin diartikan sebagai satu ancaman yang mencetus

agitasi. 8. Tertawa dapat membantu dalam komunikasi dan membantu meningkatka n kestabilan emosi. 9. Memotivasi pasien dalam cara yang akan menguatkan kegundaany a dan kesenangan diri dan merangsang realita. 10. Dapat menurunkan kegelisaan dan memberikan pilihan terhadap aktivitas yang dapat menyenangk an. 11. Kekurangan tidur dapat menggangu proses pikir. Dapat meningkatka n kesadaran mental Meningkatk an kemampuan otak untuk

melakukan metabolisme glukosa dan menggunaka n oksigen. Dapat meningkatka n kekacauan mental pada lansia untuk menghilang kan kecemasan Untuk memperlam bat berkembann ya gangguan keadaan kognisi secara sederhana

2.

Perubaha n persepsi sensori berhubun gan dengan perubaha n persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori.

Setelah Dengan criteria: dilakukan - Mampu intervensi mendem keperawa ostrasika tan n respon diharapk yang an meningk perubaha at n - Mengont persepsi rol sensori faktortidak faktor terjadi. eksternal yang berperan terhadap perubah an dalam kemamp uan persepsi

Mandiri : 1. Kaji derajat sensori/gangguan persepsi 2. Anjurkan untuk mengunakan kaca mata 3. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau 4. Berikan sentuhan dengan cara berlahan 5. Berikan perhatian dalam kenangan indah secara berkala 6. Ajak piknik sederhana, jalanjalan keliling rumah sakit 7. Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologis dengan menggunakan bola lantai

1. Dalam persentase yang kecil mungkin memperlihat kan masalah yang bersifat asimetrik yang menyebabka n pasien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuhnya 2. Dapat meningkatka n masukkan sensori 3. Membantu untuk menghindari masukan

8. Libatkan aktifitas dengan yang lain sesuai indikasi dengan keadaan tertentu.

4.

5.

6.

7.

8.

3.

Resiko terhadap trauma berhubun

Setelah Dengan criteria : dilakukan - Keluarga intervensi mengena keperawa li risiko

Mandiri : 1. Kaji derajat gangguan kemampuan/kompet ensi, munculnya

1.

sensori penglihatan atau pendengara n yang berlebihan dengan mengutama kan kualitas yang tenag Dapat meningkatka n persepsi pada diri sendiri Menstimulas i ingatan, membangkit kan memory Memberikan stimulus sensori yang menyenangk an yang dapat menurunkan perasaan curiga Menjaga mobilitas dan memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain Memberi kesempatan terhadap stimulasi partisipasi dengan orang lain. Mengidentifik asi resiko potensial di lingkungan

gan dengan ketidak mampuan untuk mengenal i dan disorienta si.

tan diharapk an klien tidak mengala mi trauma

potensial di lingkung an dan mengide ntifikasi tahaptahap untuk memper baikinya.

tingkah laku yang impulsive dan penurunan persepsivisual. Bantu orang terdekat untuk mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul. 2. Alihkan perhatian pasien ketika prilaku berbahaya 3. Berikan gelang identifikasi yang memperlihatkan nama, nomor telepon, dan diagnosa. 4. Lakukan pemantauan terhadap efek obat, tanda-tanda adanya takar lajak, seperti tanda gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal dan lain-lain.

dan mempertingg i kesadaran sehingga memberi asuhan lebih sadar akan bahaya. Pasien yang memperlihat kan tingkah laku impulsif menghadapi peningkatan resiko trauma karena mereka kurang mampu mengendalik an prilaku/kegiat annya sendiri. Penurunan persepsi visual meningkatka n risiko jatuh. 2. Mempertaha nkan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang dapat meningkatka n prilaku/meni ngkatkan risiko terjadinya trauma. 3. Memfasilitas keamanan untuk kembali jika hilang. Karena

penurunan kemampuan verbal dan kebingungan, pasien mungkin tidak dapat menyebutkan alamat, dan sebagainya. 4. Pasien mungkin tidak dapat melaporkan tanda/gejala dan obat dapat dengan mudah menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/pengag antian obat mungkin diperlukan untuk mengurangi gangguan.

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian Lengkap Pengkajian pada Ny.K dengan Dimensia Nama Panti :Balai pelayanan dan penyantunan Lansia Pagar Dewa Bengkulu Tanggal Masuk:12 April 2011

I.

Identitas Nama Jenis kelamin Umur Agama Status Perkawian Pendidikan Terakhir Pekerjan Alamat Rumah : Kawin : Sekolah rakyat : Pembantu rumah tangga : : Ny, K : Perempuan : 80 Tahun : Islam

II. Alasan Masuk Ny. K masuk ke BPPL Pagar Dewa Bengkulu pada tanggal 12 April 2011. Ny K masuk ke BPPL karena keinginan anak angkatnya dengan alasan anak angkatnya tidak mau direpotkan oleh ibunya.

III. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan yang pernah dialami Ny. K mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami sakit yang serius atau mpenyakit menular lainnya. b. Riwayat kesehatan sekarang Ny. K mengatakan sudah ketagihan rokok sejak beberapa tahun yang lalu Ny. K mengatakan matanya sering perih jikat terkena sinar matahari, matanya sudah mengalami rabun Telinganya sudah mengalami kemunduran pendengaran . Ny. K mengatakan tidak betah lagi tinggal di BPPL dan ingin pulang kerumah terus. Daya ingat Ny. K sudah berkurang / menurun. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Ny. K mengatakan dalam keluarganya tidak ada masalah kesehatan yang serius dan tidak ada riwayat dalam keluarga yang mempunyai penyakit menular/keturunan

IV. Kebiasaan Sehari-hari a. Biologis 1. Pola Makan Ny. K makan tiga kali sehari dengan porsi tidak menentu tergantung dengan lauk pauk yang disukainya. Jadwal makannya pagi, siang, dan sore (mengikuti jadwa makan BPPL). 2. Pola Minum Ny. K mengatakan banyak tidaknya minuman tergantung dengan cara kebiasaan Ny.K minum kopi pada pagi hari. 3. Pola Tidur Ny.K mengatakan kebiasan tidur malam jam 20.30 Wib atau setelah shalat isya dan sering terbangun ditengah malam. Jika sudah bangun malam Ny. K kadang-kadang tidak bias tidur lagi sampai pagi.

4. Pola Eliminasi Ny. K mengatakan BAB nya 1 hari sekali dengan konsentensis lembek dan tidak ada masalah. Dan BAK nya tidak tertentu. 5. Aktifitas Sehari-hari Setelah makan pagi kebiasaannya Ny. K ingin keluar dan jalan-jalan tanpa tujuan dengan alasan ingin pulang kerumah bila ditanya. 6. Rekreasi Semenjak Ny. K tinggal di BPPL belum pernah kegiatan rekreasi.

7. Psikologis Ny. K kelihatan tidak betah tinggal di BPPL. Ini terbukti Ny. K selalu ingin pulang / keluar dari BPPL. 8. Sosial Data sosial belum terkaji. Hubungan dengan teman yang lain Ny. K mengatakan ia mempunyai 1 orang teman yang tinggal 1 wisma dengannya, yaitu Ny. D 9. Spiritual Ny. K meyakini bahwa agama yang dianutnya yaitu Islam, menjalankan ibadah kadangkadang. Keyakinan tentang kesehatan Ny. K tidak memperdulikan kesehatan dirinya.

V. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda-tanda vital Keadaan Umum Kesadaran Suhu Nadi TD RR 2. Kebersihan perorangan Rambut : Rambut lurus, semuanya sudah putih, tidak ada benjolan dikepala/tidak ada benjolan di kepala/tidak ada kelainan Mata : Konjungtiva anemis, sclera an interik, ketajaman penglihatan sudah : Ny. K dalam keadaan tenang, tidak pucat. : Kompos mentis : 37 C : 22 x/i : 130/100mmHg : 100x/i

berkurang. Ny. K mengatakan ia tidak tahan lama membaca karena matanya perih. Hidung Telinga : Septum normal, simetris ka=ki, tidak ada pendarahan, poli (-). : Memberan timpani utuh, kebersihan cukup, simetris ka=ki, pendengaran

sedikit berkurang. Leher getah bening. Torak: : Tidak ada pembesaran kelenjar tiorid, tidak ada pembesaran kelenjar

Dada dan paru-paru: Inspeksi: Simetris ka=ki, tidak ada lesi Palpasi Auskultasi : simetris ka=ki : Vesikuler, ronki (-) wheezing (-).

Perkusi : Sonor, RR = 22x/i Jantung :

Inspeksi: Simetris ka=ki, tidak ada pembesaran. Palpasi Auskultasi Abdomen Inspeksi: Simetris, tidak ada bekas operasi. Auskulasi Palpasi : Bising usus (+). : Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan. : IC tidak ada : Irama teratur, tidak ada bunyi tambahan.

Perkusi : Tympani Muskuloskeletal Ekstremitas atas Ekstremitas bawah : tidak ada gangguan, kekuatan menggenggam (+), sianosis tidak ada. : Edema tidak ada, kekakuan (-).

3.2. Analisa Data No 1 DS: Ny. K Data Etiologi Masalah

Daya ingat sudah berkurang Perubahan proses mengatakan (kehilangan memori) pikir.

bahwa dia sering lupa tempat uangnya. Ny. K mengatakan menyimpan

bahwa ia sering lupa apabila kalut/kasut. sedang

Do: Ny. K sibuk sendiri mencari uangnya. Jawaban Ny. K tidak sesuai pertanyaan 2 DS: Keterbatasan/ketidakmampuan Perubahan dengan

Ny. K mengatakan tidak menginterprestasikan stimulus persepsi sensori. bisa mengenali/melihat (pendengaran jarak yang jauh. Ny. K mengatakan tidak penglihatan). dan

pendengaran jelas lagi. DO: Ny. K kurang

bisa orang,

membedakan

warna dan lain-lain. Waktu bicara dengan Ny. K harus dengan nada yang keras.

3.3. Diagnosa Keperawatan Prioritas 1. Perubahan proses piker b.d kehilangan memori, kerusakan sel otaknya menetap. 2. Perubahan persepsi sensori b.d ketidakmampuan menginterprestasikan stimulus (pendengaran dan penglihatan).

3.4. Rencana Asuhan Keperawatan ( Nursing Care Planning ) pada Ny.K dengan Demensia NO 1 1. Diagnosa Keperawatan 2 Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, kerusakan sel otak yang menetap (degenerasi neuron ireversibel). Tujuan 3 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan perubahan proses pikir dapat teratasi. Kriteria Hasil Intervensi Rasional 6 1. Memberikan dasar untuk evaluasi yang akan datang dan mempengaruhi pilihan terhadap intervensi.

4 5 1. Kaji Klien mampu derajat mengenali gangguan, perubahan derajat dalam kongnitif, berpikir/tingkah orientasi laku dan faktororang, faktor tempat penyebabnya. dan Klien mampu waktu. memperlihatka 2. Pertahan n penurunan kan tingkah laku lingkunga yang tidak n yang diinginkan. menyenan Ancaman dan gkan dan kebingunggan. tenang. 3. Tatap wajah ketika bercakapcakap dengan klien. 4. Panggil pasien dengan namanya.

2. Kebisingan,keramai an merupakan sensori yang berlebihan yang meningkatkan gangguaan neuron. 3. Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-orang dengan gangguan perseptual. 4. Menimbulkan pengenalan terhadap realita dan individu. 5. Meningkatkan kemungkinan pemahaman, ucapan yang

5. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicar dengan perlahan pada pasien. 6. Gunakan hal-hal yang humoris saat berinterak si pada pasien. 7. Izinkan untuk mengump ulkan bendabenda yang aman. 8. Evaluasi pola kecukupa n tidur/istira hat. 2 Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakmamp uan meniterprest Setelah dilakukan itervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perubahan Klien mampu mendemo strasikan respon yang meningkat /sesuai 1. Kaji derajat sensori/ga ngguan persepsi.

tinggi/keras menimbulkan marah/setress.

6. Tertawa dapat membantu dalam komunikasi dan membantu meningkatkan kesetabilan emosi.

7. Memelihara keamanan dan membuat keseimbangan kehilangan yang sudah pasti.

8. Kekurangan tidur dapat mengganggu proses tidur dan kemampuan koping pasien.

1. Keterlihatan otak biasanya global,mungkin memperlihatkan masalah yamg bersifat asimetrik dapat menyebabkan

asikan stimulus ( pendengaran dan penglihatan)

persepsi sensori dapat teratasi.

dengan stimulus. Klien mampu menginde ntifiksasi/ mengontr ol faktorfaktor eksternal yang berperan terhadap perubaha n dalam kemampu an persepsi sensori.

klien hilang kemampuan pada salah satu sisi tubuhnya. 2. Menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping terhadap frustasi karena salah persepsi dan disorientasi. 3. Membantu untuk menghindari masukan sensori penglihatan/pen dengaran yang berlebihan. 4. Dapat meningkatkan persepsi pada diri sendiri.

2. Memperta hankan hubungan orientasi realitas dan lingkunga n.

3. Berikan linkungan yang tenang dan tidak kacau.

4. Berikan sentuhan dalam cara perlahan. 5. Berikan perhatian dalam kenangan terindah secara berkala (musik, cerita,

5. Menstimulasi ingatan,memban gkitkan memori,memban tu pengungkapan diri melalui peristiwa masa lalu.

6. Piknik menunjukan realita dan memberikan stimulasi sensori

foto yang menyenan gkan). 6. Ajak piknik sederhana ,jalanjalan diselasar BPPL, dan pantau aktivitas.

yang menyenangkan.

3.5. CATATAN PERKEMBANGAN Nama Klien : Ny.K Diagnosa Medik : Demensia Hari/tan ggal Rabu 15 januari 2010 diagnosa 1 Diagnosa Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori,kerusakan sel otak yang menetap. Implementasi Evaluasi

Jam 08.00 Jam 13.00 1. Mengkaji derajat S: gangguan, derajat Ny.K mengatakan ia ingin kognitif, orientasi pulang dan ingin pergi dari orang, tempat dan BPPL. waktu. Ny.K mengatakan masih 2. Mempertahankan sering lupa tempat lingkungan yang menyimpanan uangnya. menyenangkan. Ny.K mengatakan merasa 3. Menatap wajah ketika senang ada yang mau bercakap-cakap dengan menemaninya mengajak dia klien. cerita. 4. Memanggil nama pasien menggunakan O: suara yang agak rendah Ny. K terlihat tenang jika dan berbicara dengan diajak bicara. perlahan pada pasien. Jawaban Ny. K kadang5. Menggukan hal-hal kadang sesuai dengan apa yang humoris saat yang ditnyakan. berinteraksi pada Ny.K selalu pergi dari BPPL

pasien. 6. Mengizinkan untuk mengumpulkan bendabenda yang aman. 7. Mengevaluasi pola dan kecukupantidur/istirah at.

( keinginan tidak bisa ditahan ) A: Intervensi teratasi sebagian Ny.K masih selalu ingin pulang Ny.K masih sering lupa tempat menyimpan sesuatu (uangnya) Ny.K terlihat tenang jika diajak bicara Jawaban Ny.K kadangkadang sesuai dengan apa yang ditanyakan P: intervensi dilanjutkan ke intervensi 1,2,5,7 dan 8 Jam 13.00 S: Ny.K mengatakan tidak betah di BPPL dan masih selalu ingin pergi dari BPPL

Kamis 16 januari 2010

Jam 08.00 1. Mengkaji derajat gangguan seperti kognitif, disorientasi orang, tempat dan waktu O: 2. Mempertahankan lingkungan yang menyenangkan 3. Menggunakan suara yang agak keras dan berbicara dengan perlahan pada pasien A: 4. Mengizinkan untuk mengumpulkan benda benda yang aman 5. Mengevaluasi pola dan kecukupan tidur/istirahat

Ny.K tampak mondar mandir (gelisah) Jawaban Ny.K kadangkadang sesuai dengan apa yang ditnyakan

Rabu 15 januari 2010 diagnosa

Perubahan persepsi sensori,berhubung an dengan ketidak

1. Mengkaji derajat sensori/gangguan persepsi 2. Mempertahankan

Intervensi teratasi sebagian Ny.K tidak betah di BPPL Ny.K masih selalu ingin pergi Ny.K tampak gelisah Ny.K menjawab pertanyaan kadang-kadang sesuai dan kadang-kadang tidak P: intervensi dilanjutkan ke intervensi ke diagnosa ke 2 S: Ny.K mengatakan pendengarannya tidak jelas lagi

II

mampuan menginterprestasik an stimulus ( pendengaran dan penglihatan )

3.

4.

5.

6.

hubungan orientasi realita Memberikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau O: Memberikan perhatian yang lebih waktu berbicara Memberikan perhatian dalam kenangan indah secara berkala (musik, foto yang menyenangkan, dan A: cerita ) Mengajak piknik sederhana , jalan-jalan diselasar BPPL dan memantau aktivitas

Ny.K mengatakan tidak bisa mengenali orang dari jarak jauh

Ny.K tidak bisa membedakan orang, warna,dll Ny.K jika diajak bicara harus dengan nada keras

Intervensi teratasi sebagian Ny.K mengatakan pendengaranya tidak jelas lagi Ny.K terlihat tidak bisa membedakan orang, warna,dll. Karna penglihatannya kurang jelas Ny.K jika diajak bicara harus dengan nada yang keras

Kamis 16 januari 2010

1. Mengkaji derajat sensori/gangguan persepsi 2. Mempertahankan hubungan orientasi realita 3. Memberikan perhatian dalam kenangan indah secara berkala 4. Mengajak piknik sederhana,jalan-jalan diselasar BPPL

P: intervensi dilanjutkan ke intervnsi 1,2,5 dan6 S: Ny.K mengatakan pendengarannya masih kurang jelas Ny.K mengatakan penglihatannya kurang jelas O: Ny.K jika diajak bicara harus dengan nada yang keras Penglihatan Ny.K sudah menurun

A: Intervensi sebagaian Ny.K teratasi mengatakan

pendengarannya masih kurang jelas Ny.K penglihatannya kurang jelas Ny.K jika diajak bicara harus dengan nada yang keras Penglihatan Ny.K sudah menurun karena

P:intervensi dihentikan klien sudah pulang

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

4.2. Saran Dengan adanya makalah Askep pada Klien Lansia Dengan Gangguan Sistem Neuroligis ( Demensia ) ini, diharapkan agar kita semua dapat mengetahui tentang Askep pada Klien Lansia Dengan Gangguan Sistem Neuroligis ( Demensia ) dan bagaimana pula penatalaksanaan medisnya.

DAFTAR PUSTAKA Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999 Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

You might also like