You are on page 1of 30

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Seorang anak perempuan umur 5 tahun, dibawa kerumah sakit karena ada bintik bintik merah dilengan, tungkai, dan badan, dan keluar darah dari anusnya serta tidak disertai dengan demam. 6 hari sebelumnya anaknya tersebut baru sembuh dari batuk pilek.

1. KLASIFIKASI ISTILAH ISTILAH PENTING Berdasarkan skenario II bahwa tidak terdapat kata sulit, semua kata yang terdapat pada scenario dapat dipahami dan dimengerti oleh semua anggota kelompok. 2. KATA KUNCI/PROBLEM KUNCI MANIFESTASI PENYAKIT Bintik-bintik merah DIC ITP HEMOFILIA
1. Tidak disertai demam 2. Batuk pilek

Keluar darah dari anus + + -

Tidak disertai demam + -

Batuk pilek + -

+ + +

Dari tabel di atas dapat disimpulkan yang bisa menjadi kata kunci adalah;

3. PERTANYAAN PERTANYAAN PENTING 1. Mengapa timbul bintik bintik merah pada lengan, tungkai, dan badan 2. Apakah hubungan riwayat enam hari sebelumnya anak tersebut baru sembuh dari batuk pilek dengan gejala yang timbul ? 3. Penyebab keluar darah dari anus dan Mengapa tidak demam

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

4. JAWABAN PERTANYAAN PENTING 1. Munculnya bintik bintik merah pada lengan, tungkai, dan badan atau disebut petekie dikarenakan akibat perdarahan intradermal atau submukosa. Petekie merupakan lesi perdarahan keunguan, mendtar 1 sampai 4 mm, bulat, tidak memucat, berdarah, dan dapat bergabung menjadi lesi yang lebih besar yang dinamakan purpura. Dapat ditemukan pada membran mukosa dan kulit, khususnya di daerah yang bebas atau daerah tertekan. Petekie umumnya menggambarkan kelainan trombosit. 2. Infeksi bakteri/virus pada saluran napas atas menyebabkan batuk pilek. Bakteri/virus tersebut tidak dapat dihancurkan oleh imunitas seluler sehingga imunitas humoral diaktifkan. Akhirnya, dibentuk IgG. IgG tersebut memiliki reseptor pada membran trombosit. Trombosit yang dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja pada jaringannya sendiri). Antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah trombosit sehingga terjadi trombositopenia. Trombositopenia tersebut menimbulkan gejala-gejala perdarahan seperti gejala pada kasus 3. Keluar darah dari anus dikarenakan terjadinya perdarahan pada mukosa pencernaan sehingga keluarlah darah melalui anur. Tidak terjadi demam karena perdarahan pada mukosa pencernaan bukan karena perdarahan oleh infeksi akan tetapi perdarahan oleh trombositopenia. 5. INFORMASI TAMBAHAN Penyakit penyakit yang mengakibatkan perdarahan atau gangguan koagulasi diantarany ITP, DIC, dan hemofilia. 1. ITP

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

a. Definisi ITP (idiopatika trombositopeni purpura) adalah suatu penyakit yang mengerani individu pada semua umur tetapi lebih sering pada anak anak dan wanita muda. Meskipun penyebabnya belum diketahui, namun pada anak anak biasanya didahului oleh infeksi virus. ITP ini menghasilkan suatu antibodi yang menyerang trombosit, sehingga lama hidup trombosit diperpendek. Insident terjadi di usia 20-50 tahum dan lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki dan ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun. b. Etiologi
1. Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik). 2. Tetapi kemungkinan akibat dari:

Hipersplenisme. Infeksi virus. Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid). Bahan kimia. Pengaruh fisi (radiasi, panas). Kekurangan factor pematangan (malnutrisi). Autoimnue c. Manifestasi klinis Gejala dapat terjadi mendadak, dengan petekie, perdarahan mukosa, dan menstruasi hebat pada wanita. Petekie merupakan manifestasi utama, dengan jumlah trombosit kurang dari 30.000/mm3. Terjadi perdarahan mukosa, jaringan dalam, dan intrakranial dengan jumlah trombosit kurang dari 20.000, dan memerlukan tindakan segera mencegah perdarahan.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

2. DIC a. Definisi DIC (diseminata intravaskular coagulation) adalah suatu sindrom komplex yang terdiri atas banyak segi, yang sistem hemeostatisk dan fisiologik normalnya mempertahankan darah tetap cair berubah menjadi suatu sistem patologik yang menyebabkan terbentuknya trombi difus, yang menyumbat mikrovaskular tubuh. b. Etiologi Perdarahan terjadi karena hal-hal sebagai berikut : Hipofibrinogenemia Trombositopenia Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah Fibrinolisis berlebihan Penyakit-penyakit yang menjadi predisposisi DIC adalah sebagai berikut : Infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malariatropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia) Komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli cairanamion ) Setelah operasi (operasi paru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi,splenektomi) Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, dan leukimia akut) c. Manifestasi klinis Manifestasi klinis bergantung pada luas dan lamanu permukaan trombi fibrin, organ organ yang terlibat, dan nekrosis serta perdarahan yang ditimbulkan. Organ organ yang paling sering teribat adalah ginjal, kulit, otak, hipofisis, paru, dan adrenal, serta mukosa saluran pencernaan. Terdapat perdarahan membran mukosa dan jaringa-dalam, serta perdarahan disekitar tempat cedera, fungsi vena, penyuntikan, dan pada satiap orifisium. Sering dijumpai petekie dan ekimosis.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

Manifestasi lain berupa hipotensi (syok), oliguria atau anuria, kejang dan koma, mual dan muntah, diare, nyeri abdomen, nyeri punggung, dispnea, dan sianosis. 3. HEMOFILIA a. Definisi Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan. Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten. b. Etiologi Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII atau faktor IX, dikelompokan sebagai hemofilia a dan hemofilia b. Kedua gen tersebut tertaut pada kromoson X, sehingga termasuk penyakit resesif tertaut-X. Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki laki yang menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki laki tidak terkena. Anak laki laki dari perempuan yang karir memiliki kemungkinan 50% untuk menderita hemofilia. Dapat terjadi perempuan homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi. Kira kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi spontan c. Manifestasi klinis Penyakit ini, yang bisa sangat berat ditandai dengan memar besar dan meluas dan perdarahan ke dalam otot, sendi dan jaringan lunak meskipun hanya akibat trauma kecil. Pasien sering merasakan nyeri pada sendi sebelum tampak adanya pembekakkan dan keterbatasan gerak. Perdarahn sendi berulang dapat mengakibatkan kerusakan berat sampai terjadi nyeri kronis dan ankilosis (fiksasi) sendi. Kebanyakan pasien mengalami kecacatan akibat kerusakan sendi sebelum merka dewasa. Hematuri spontan dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

Penyakit ini sudha diketahui saat awal masa anak anak, biasanya saat usia sekolah. 6. ANALISA DAN SINTESIS Pada kasus skenario 2 Informasi yang tertera pada skenario merupakan informasi yang sangat umum, gejala-gejala yang muncul merupakan gejala umum pada penyakit hematologi sehingga pengambilan diagnosis yang pasti merupakan hal yang kurang bijak dan tidak tepat. Oleh karena itu dengan berdasarkan gejalagejala tersebut, dapat dimunculkan beberapa diagnosis banding yang masih memerlukan tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya yang memungkinkan munculnya kausa penyakit dan penegakan diagnosa yang tepat. Diagnosa bandingnya merupakan penyakit pada gangguan koagulasi darah. Diantaranya adalah : Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), Dissemenated Intravascular Coagulation (DIC), dan Hemofilia. Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita dalam pasien, maka dapat dianalisis sebagai berikut:

NO 1 2 3 4 5

KATA KUNCI Anak perempuan berusia 5 tahun Bintik bintik merah dilengan, tungkai, dan badan Keluar darah dari anus Tidak disertai demam Sembuh dari batuk pilek 6 hari sebelumnya

ITP

DIC -

HEMOFILIA -

Berdasarkan gejala yang dialami oleh anak pada skenario 2, maka dapat ditetapkan bahwa Differensial Diagnosis utama adalah Idiopatic Trombositopenia Purpura (ITP). Namun, dalam penetapan diagnosis tetap harus dilakukan pemeriksaan penunjang karena manifestasi klinis yang diberikan skenario sangatlah umum.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis, yaitu pemeriksaan darah tepi. Pada pemeriksaan tersebut dapat ditemukan trombositopenia, retraksi bekuan berkurang atau abnormal, waktu perdarahan memanjang, waktu protrombin (PT) normal, Activated partial tromboplastin time (APTT) normal, dan tes Rumple Leed (Uji Turniket) positif. 7. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA 1. Mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa medis dan contoh hasil pemeriksaan penunjang dari penyakit ini. 2. Mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk skenario 2

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

LAPORAN PENDAHULUAN ITP (IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA) A. KONSEP MEDIS 1. DEFINISI Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP) merupakan kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit. Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk. Meskipun antibodi antitrombosit dapat mengikat komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis langsung. Insident tersering pada usia 20-50 tahum dan lebi serig pada wanita dibanding laki-laki (2:1). ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal, sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merag hingga ruam kebiruan. 2. ETIOLOGI ITP adalah kelainan trombositopenia yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), tetapi sekarang diketahui bahwa sebagian besar kelainan ini disebabkan oleh proses imun karena itu disebut juga autoimmune thrombocytopenic purpura. Pada ITP jumlah trombosit menurun disebabkan oleh trombosit diikat oleh antibodi, terutama IgG. Antibodi terutama ditujukan terhadap gpIIb-IIIa atau Ib. Trombosit yang diselimuti antibodi kemudian difagosit oleh makrofag dalam Sistem Retikuloendotelial terutama lien, akibatnya akan terjadi trombositopenia. Keadaan ini menyebabkan kompensasi dalam bentuk peningkatan megakariosit dalam sumsum tulang

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui (idiopatik). Tetapi kemungkinan akibat dari: 1. Hipersplenisme 2. Infeksi virus 3. Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid). 4. Bahan kimia 5. Pengaruh fisi (radiasi, panas) 6. Kekurangan factor pematangan (malnutrisi) 7. Koagulasi intra vascular diseminata CKID. 8. Autoimnue. 3. KLASIFIKASI 1. ITP akut Lebih sering terjadi pada anak (2-7 tahun), setelah infeksi vrus akut atau vaksinasi Ruam purpura atau epistaksis sering terjadi Sebagian besar sembuh spontan, 5-10% berkembang menjadi kronik (berlangsung lebih dari 6 bulan) Sebagian kecil mengalami perdarahan di mukosa. Jika trombosit lebih dari 20.000/ml tidak diperlukan terapi khusus, jika kurang dari angka tersebut diberikan steroid atau immunoglobulin intravena. 2. ITP kronik Terutama dijumpai pada wanita usia 15-50 tahun. Perjalanan penyakit bersifat kronik, hilang timbul berbulan-bulan atau bertahun tahun. Jarang mengalami kesembuhan spontan. Autoantibodi terdapat pada permukaan tromosit dan mungkin juga terdapat sebagai antibodi bebas dalam serum.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

4. PATOFOSIOLOGI Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap gliko protein yang terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti antibody, haltersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada limpa dan organretikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normalatau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma,yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombositmengalami penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombsitopenia diantara keduanya. Pada ITP akut,telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanyaantibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteriatau virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen daritrombosit.Mediator lainnya yang meningkat selama terjadinya responimun terhadap produksi trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun seperti pada penyakitautoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadapantibodi.Saat ini telah didefinisikan (GP) permukaan trombosit padaITP, diantaranya GP Ib-lia, GP Ib, dan GP V. Namun bagaimana antibodiantitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pasti patofisiologiITP akut dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinyamasih belum diketahui 5. MANIFESTASI KLINIS Gejala dapat terjadi mendadak seperti :
1. Bintik-bintik

merah

pada

kulit

(terutama

di

daerah

kaki),

seringnya bergerombol dan menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

2. Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (sepertidi

bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe inidisebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapatmembentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
3. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada urin

dan feses. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dangejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
4. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue(kelelahan), sulit

berkonsentrasi Awitan biasanya akut dengan gambaran sebagai berikut: Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit Epistaksis Perdarahan mukosa mulut Menoragia Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan. Hematuria Melana. 6. PEMERIKSAAN FISIK a. Inspeksi : petechiae (Bintik-bintik merah pada kulit) Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa b. Palpasi : kelemahan otot, kehilangan kekuatan

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

Turgor kulit jelek, elastisitas kulit berkurang Distensi abdomen. 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin, hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3). Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis. Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan maturation arrest pada stadium megakariosit. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+). 8. PENATALAKSANAAN 1. ITP Akut Ringan: observasi tanpa pengobatan sembuh spontan. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit. 2. ITP Menahun Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Missal: prednisone 2 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV). Imunosupressan: 6 merkaptopurin 2,5 5 mg/kgBB/hari peroral.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

Azatioprin 2 4 mg/kgBB/hari per oral. Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral. Splenektomi. Indikasi: Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 3 bulan. Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat. Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan. Kontra indikasi: Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus) 9. KOMPLIKASI Perdarahan intrakranial (pada kepala). Ini penyebab utama kematian penderita ITP Kehilangan darah yang luar biasa Efek samping dari kortikosteroid infeksi pneumococcal. Infeksi ini biasanya didapat setelah pasien mendapat terapi splenektomi. Si penderita juga umumnya akan mengalami demam sekitar 38.80C. 10. PENCEGAHAN Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah komplikasinya. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan. Lakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

B. KONSEP KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000. b. Tanda-tanda perdarahan. Petekie terjadi spontan. Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor. Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan. Menoragie. Hematuria. Perdarahan gastrointestinal. c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah. d. Aktivitas / istirahat. Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. toleransi terhadap latihan rendah.

Tanda : takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat. kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

e. Sirkulasi. Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : - TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil. f. Integritas ego. Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan penolakan transfuse darah.

Tanda :

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

DEPRESI.

g. Eliminasi. Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi. Tanda : distensi abdomen. h. Makanan / cairan. Gejala : penurunan masukan diet. mual dan muntah.

Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas. i. Neurosensori. Gejala : sakit kepala, pusing. kelemahan, penurunan penglihatan.

Tanda : epistaksis. mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).

j. Nyeri / kenyamanan. Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala. Tanda : takipnea, dispnea. k. Pernafasan. Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, dispnea. l. Keamanan

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya. Tanda : petekie, ekimosis.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. 2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel. 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 5. Infeksi resiko tinggi terhadap pertahanan skunder. 6. Gangguan integritas kulit resiko tinggi terhadap perubahan sirkulasi dan neurlgis. 7. Nyeri berhubungan dengan pembesaran organ, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

3. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. a. Tujuan: Menghilangkan mual dan muntah b. Criteria standart: Menunjukkan berat badan stabil INTERVENSI kualitas maupun kuantitas. sering 3. Pantau pemasukan makanan hari lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan kalori dan 3. anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan 4. sangat penurunan berat dalam badan dan malnutrisi yang serius. 4. Lakukan konsultasi dengan ahli diet bermanfaat perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien 5. Libatkan indikasi. keluarga makan pasien sesuai dalam 5. meningkatkan rasa keterlibatannya, dengan memberikan keluarga informasi untuk pada memahami perencanaan timbang berat badan setiap hari. RASIONAL

1. Berikan nutrisi yang adekuat secara 1. mencukupi kebutuhan kalori setiap 2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi 2. porsi

kebutuhan nutrisi pasien

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel. a. Tujuan: Tekanan darah normal. Pangisian kapiler baik. b. Kriteria standart: Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil. INTERVENSI 1. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler. RASIONAL 1. memberikan dan 2. Tinggikan kepala tempat informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan membantu ekspansi menentukan paru dan untuk kebutuhan intervensi tidur 2. meningkatkan memaksimalkan kebutuhan seluler 3. Kaji untuk respon verbal melambat, 3. dapat mudah terangasang. bunyi nafas. mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia peningkatan jantung 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah. a. Tujuan: Mengurangi distress pernafasan. b. Criteria standart: Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif kompensasi curah sesuai toleransi. oksigenasi

4. Awasi upaya parnafasan, auskultasi 4. dispne karena regangan jantung lama /

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

INTERVENSI kedalaman dan irama.

RASIONAL (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang intervensi membutuhkan ekspansi upaya paru,

1. Kaji / awasi frekuensi pernafasan, 1. perubahan

2. Tempatkan pasien pada posisi yang 2. memaksimalkan nyaman.

menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi

3. Beri posisi dan Bantu ubah posisi 3. meningkatkan areasi semua segmen secara periodic. 4. Bantu dengan teknik nafas dalam. paru dan mobilisasikan sekresi 4. membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. a. Tujuan: Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas. b. Criteria standart: Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas. INTERVENSI 1. Kaji kemampuan pasien melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan, keletihan. 2. Awasi TD, nadi, pernafasan. 2. manifestasi emmbawa jaringan 3. Berikan lingkungan tenang. 3. meningkatkan menurunkan istirahat kebutuhan untuk oksigen kardiopulmonal jumlah oksigen dari ke upaya jantung dan paru untuk RASIONAL untuk 1. mempengaruhi pilihan intervensi

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

tubuh 4. Ubah posisi pasien dengan perlahan 4. hipotensi dan pantau terhadap pusing. serebral cedera 5. Infeksi resiko tinggi terhadap pertahanan skunder. a. Tujuan: Mengidentifikasi prilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. b. Criteria standart: Meningakatkan penyembuhan luka, bebas drainase atau eritema, dan demam. INTERVENSI pada prosedur / perawatan luka. dan oral dengan cermat. dan takikardia dengan atau tanpa demam. 4. Amati eritema / cairan luka 6. 4. indikator infeksi lokal RASIONAL infeksi bakteri resiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi. proses imflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. 1. Pertahankan tehnik aseptik ketat 1. menurunkan resiko kolonisasi / 2. Berikan perawatan kulit, perianal 2. menurunkan 3. Pantau suhu. Catat adanya mengigil 3. adanya postural / hipoksin pusing, menyebabkan

berdenyut dan peningkatan resiko

Gangguan integritas kulit resiko tinggi terhadap perubahan sirkulasi dan neurlgis. a. Tujuan: Mempertahankan integritas kulit. b. Criteria standart: Mengidentifikasi faktor resiko / perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

INTERVENSI 1. Kaji warna, integritas hangat kulit, lokal, perubahan pada turgor, gangguan eritema, ekskoriasi. dan bersih. Batasi pengunaan

RASIONAL catat 1. kondisi kulit di perhatikan sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak memberikan media yang sanggat baik untuk pertumbuhan organisme pato genik. dan Sabun kulit dapat secara mengeringkan berlebihan iritasi.

2. Ajarkan permukaan kulit kering 2. area lembab dan terkontaminasi sabun.

meningakatkan

3. Bantu latihan rentan gerak pasif 3. meningkatkan sirkulasi jariongan, dan aktif. 7. mencegah stastis

Nyeri berhubungan dengan pembesaran organ, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik. a. Tujuan: Melaporkan nyeri hilang / terkontrol. b. Criteria standart: Menunjukan prilaku penanganan nyeri. INTERVENSI dan sisi nyeri (drajat nyeri 0-10) untuk komplikasi RASIONAL mengkaji intervensi: kebutuhan dapat terjadinya mengevaluasi

1. Perhatikan perubahan pada drajat 1. membantu

mengindikasikan 2. Awasi petunjuk tanda vital, perhatikan 2. dapat misalnya, membantu

non-verbal,

pernyataan verbal dan keefektifan intervensi

tegangan otot, gelisah.

3. Berikan lingkungan tenang dan 3. meningkatkan istirahat dan

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

kurangi rangsa ngan penuh stres sorong sendi, ekstermitas dengan bantal / bantalan

meningkatkan kemampuan koping menurunkan ketidak nyamanan tulang / sendi.

4. Tempatkan pada posisi nyaman dan 4. dapat

5. Ubah posisi secara periodik dan 5. memperbaiki sirkulasi jaringan dan berikan bantuan latihn rentan gerak lembut. 4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan literature). 5. EVALUASI Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan. mobilitas sendi.

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

DAFTAR PUSTAKA Arif Mansjoer, dkk. 2000.Kapita Selekta KedokteranEdisi 3. Jakarta : Media Aesculapius Price, Sylvia Anderson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Vol. 2 E/8.Jakarta : EGC http://www.scribd.com/doc/30379773/Makalah-ITP

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI ITP (IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA)

Seorang anak perempuan umur 5 tahun, dibawa kerumah sakit karena ada bintik bintik merah dilengan, tungkai, dan badan, dan keluar darah dari anusnya serta tidak disertai dengan demam. 6 hari sebelumnya anaknya tersebut baru sembuh dari batuk pilek.

1. PENGKAJIAN a. Identitas Jenis kelamin Umur b. Pengkajian sistem Eliminasi Keluar darah dari anus Pernapasan Enam hari sebelumnya klien baru sembuh dari batuk pilek Keamanan Bintik bintik merah dilengan, tungkai, dan badan 2. IDENTIFIKASI DATA DATA SUBJEKTIF 1. Pasien mengeluh bintik bintik merah di lengan, tungkai, dan badan 2. Pasien mengeluh keluar darah dari anus dan tidak disertai demam 3. Enam hari sebelumnya klien baru sembuh dari batuk pilek DATA OBJEKTIF : Perempuan : 5 tahun

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

3. ANALISA DATA NO DATA 1 DS : Bintik bintik merah dilengan, tungkai, dan badan

ETIOLOGI Idiopatic, infeksi virus, hipersplenisme Antigen (makrofag) menyerang trombosit Destruksi trombosit (dipicu oleh antibody) Trombositopenia Perdarahan Perdarahan intradermal Purpura Kerusakan integritas kulit Idiopatic, infeksi virus, hipersplenisme Antigen (makrofag) menyerang trombosit Destruksi trombosit (dipicu oleh antibody) Trombositopenia Perdarahan Perdarahan gastrointertinal Pengeluaran cairan & elektrolit Resiko tinggi kekurangan volume cairan

PROBLEM Kerusakan integritas kulit

DS : Keluar darah dari anus

Resiko tinggi kekurangan volume cairan

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

a. Penyakit utama b. Respon utama

: ITP : bintik bintik merah di lengan, tungkai, dan badan

c. Penyimpangan KDM Idiopatic, infeksi virus, hipersplenisme Antigen (makrofag) menyerang trombosit Destruksi trombosit (dipicu oleh antibody) Trombositopenia Perdarahan intradermal

Perdarahan Pengeluaran cairan & elektrolit

Perdarahan gastrointestinal

Purpura

RESIKO TINGGI KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

KERUSAKAN INTEGRITAS

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

4. RUMUSAN DIAGNOSA 1. Kerusakan integritas kulit b/d perdarahan intradermal 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d perdarahan 5. INTERVENSI DAN RASIONAL 1. Kerusakan integritas kulit b/d perdarahan intradermal a. Tujuan Kerusakan integritas kulit pasient tidak meluas atau berkurang Pengobatan terhadap perdarahan b. Kriteria hasil Lesi atau luka membaik atau sembuh Komplikasi dapat dihindari atau diminimalkan INTERVENSI 1. Observasi dan catat keadaan kulit pasien seperti adanya petekie, purpura, memar 2. Berikan es atau agen topikal pada daerah yang memar 3. Hindari penggunaan invasi jika memungkinkan 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga tindakan yang memungkinkan jika terjadi perdarahan 4. Pasien dan keluarag kooperatif dalam perawatan RASIONAL 1. Mendeteksi dini adanya perdarahan dan melaksanakan tindakan lebih awal 2. Meningkatkan pembekuan darah pada tempat yang luka atau memar 3. Mencegah terjadinya perdarahan

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d perdarahan a. Tujuan Mencegah kekurangan volume berlebihan akibat perdarahan b. Kriteria hasil Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan dengan tanda vital stabil, dan tak ada perdarahan INTERVENSI 1. Pantau TTV RASIONAL 1. Takikardia, hipotensi, dispnea, atau demam dapat mengindikasikan defisit volume cairan 2. Berikan cairan/minuman kesukaan pasien 3. Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran. Lakukan ini tiap hari 4. Kaji adanya perdarahan terus menerus yang keluar melalui anus 3. Membantu mengevaluasi status cairan 4. Perdarahan terus menerus menempatkan pasien pada defisit volume cairan 6. EVALUASI Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil. Tidak terjadi kekurangan volume cairan Menunjukkan kerusakan kulit berkurang 2. Untuk meningkatkan asupan

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

DAFTAR PUSTAKA Price, Sylvia Anderson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Vol. 2 E/8.Jakarta : EGC Cynthia M. Taylor. 2003. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

SKENARIO 2 PERDARAHAN

Page 27

You might also like