You are on page 1of 14

PANDUAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

BAB I PENDAHULUAN

Praktikum Ilmu Ukur Tanah adalah salah satu mata kuliah wajib di Fakultas Teknik Jurusan T.Sipil Universitas Malikussaleh. Praktikum Ilmu Ukur Tanah mempunyai kode mata kuliah TSI 241. 1.1 Mata Kuliah Prasyarat

Sebagai prasyarat peserta praktikum ilmu ukur tanah harus sudah lulus mata kuliah ilmu ukur tanah dengan nilai minimal D. 1.2 Waktu

Pelaksanaan Praktikum adalah setiap semester genap sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh bagian akademik Jurusan Teknik Sipil. 1.3 Tempat

Tempat pelaksanaan praktikum akan ditentukan kemudian dengan memperhatikan efektifitas dan efesiensi serta ketercapaian sasaran praktikum. Diusahakan tidak ada 2 kelompok yang melaksanakan praktikum pada 1 tempat yang sama. 1.4 Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Tujuan dari praktikum ilmu ukur tanah adalah sebagai berkut: 1. Peserta mengerti cara kerja alat-alat ukur tanah 2. Peserta mampu melakukan praktikum ilmu ukur tanah berdasarkan ketentuanketentuan yang berlaku. 3. Peserta mampu menganalisa data-data pengukuran untuk selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk gambar. 4. Peserta mampu menginterpretasikan gambar hasil pengukuran 1.5 Kelompok Praktikum

Para mahasiswa yang yang mengambil mata kuliah praktikum IUT nantinya akan dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok akan dikoordinir oleh satu orang koordinator yang dipilih oleh mahasiswa sendiri. Jumlah peserta untuk masing-masing kelompok akan ditentukan kemudian.

1.6

Instruktur

Instruktur praktikum adalah orang yang ditunjuk oleh Ketua Laboratorium T. Sipil untuk membimbing mahasiswa dalam melaksanakan praktikum dilapangan. Dalam hal ini staff Teknisi Laboratorium Teknik Sipil dapat ditunjuk sebagai Instruktur. 1.7 Pembimbing

Pembimbing praktikum adalah dosen pengasuh mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang ditunjuk oleh Ketua Laboratorium Teknik Sipil untuk membimbing mahasiswa dalam melaksanakan praktikum, menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan praktikum dan pengolahan data hasil pengukuran dilapangan ke atas kertas. 1.8 Koordinator

Koordinator praktikum adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan praktikum dan dijabat ex officio oleh ketua laboratorium teknik sipil

2 2.1 2.1.1 Penentuan Lokasi Pembuatan titik polygon

BAB II LANGKAH KERJA

1. Tentukan posisi titik pertama dan ukur jarak terhadap patok-patok berikutnya dengan meteran sehingga terbentuk polygon tertutup. 2. Pemancangan patok dengan bahagian yang masuk kedalam tanah 30 cm dan bahagian diatas tanah 20 cm. 3. Ukur kembali ketinggian semua patok dari permukaan tanah dan catat ke form pengukuran 2.1.2 Menentukan titik ikat

Sebagai titik ikat diambil arah utara. Penentuan arah utara dilakukan dengan menggunakan kompas 2.2 2.2.1 Pengukuran arah, sudut dan jarak Persiapan

1. Dirikan statif dan tempatkan instrument diatasnya, lalu kunci dengan pengikat statif. 2. Stel theodolit tepat diatas paku payung pada patok dengan menggunakan untingunting dan centring optis. 3. Seimbangkan nivo kotak dengan menyetel sekrup A, B, dan C dan kemudian lihat patok dengan centring optis, jika belum pas ulangi lagi langkah-langkah diatas. 4. Setelah nivo tabung dalam keadaan seimbang maka theodolit siap digunakan. Disamping itu syarat-syarat utama lainnya telah terpenuhi,yaitu: Sumbu I tegak lurus dengan Sumbu II Sumbu II mendatar Garis bidik tegak lurus sumbu II Kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak = nol 5. Ukur tinggi instrument dari atas patok (sampai as putaran sumbu II) 2.2.2 1. 2. 3. 4. Pengikatan titik

Pengikatan titik dilakukan terhadap titik utara Longgarkan klem sumbu I Arahkan teropong terhadap arah utara Kunci klem sumbu I dari bawah dan dari atas. Tepatkan paku patok utara atau bak meter yang didirikan tegak lurus diatasnya pada benang diafrakma teropong dengan bantuan penggerak halus klem sumbu I 5. Baca sudut horizontal yang terbentuk kearah utara. Pembacaan sebaiknya dinolkan untuk mempermudah perhitungan sudut selanjutnya. 6. Longgarkan klem sumbu I di atas dan di bawah lalu putar plat lingkaran sudut sehingga sudut horizontal tepat menunjukkan skala nol. 7. kunci kembali klem sumbu I atas dan bawah.

2.2.3 1.

Pengukuran sudut poligon Longgarkan klem sumbu I atas, arahkan theodolit ke patok titik 2 dengan pembidik kasar, kunci klem sumbu I dan tepatkan pada paku titik 2 atau pada bak meter yang tegak lurus diatas diatas patok 2. geser penggerak halus untuk mendapatkan titik focus yang maksimal. baca sudut horizontal yang terbentuk. kemudian longgarkan kembali klem sumbu I atas, arahkan theodlit ke patok titik terakhir untuk mendapatkan pembacaan luar biasa lalu baca sudut horizontal yang terbentuk. pindahkan theodolit ke titik ke 2 lakukan hal yang sama seperti pada titik pertama dan baca sudut horizontal yang terbentuk. Pengukuran titik detail (Situasi) 1. Pada pengukuran titik detail, pelaksanaannya sama seperti pengukuran sudut polygon. Tetapi titik sasarannya tidak ditentukan, kita memilih sendiri titik di lokasi yang kita anggap penting untuk penggambaran peta beserta detail penampang. 2. Pembacaan dilakukan terhadap benang atas (Ba), benang tengah (Bt) dan benang bawah (Bb) juga sudut horizontal dan vertical.

2. 3.

4. 2.2.4

2.3

Pengukuran Beda Tinggi 1. Letakkan statif beserta waterpass diatasnya diantara dua titik polygon 2. Stel waterpass hingga sumbu horizontal sejajar dan teropong sejajar sumbu horizontal 3. Arahkan waterpass ke patok didepannya, baca Bt, Ba, Bb ( bacaan muka ). Longgarkan klem sumbu horizontal, putar waterpass searah jarum jam menghadap titik yang dibelakangnya, baca Bt, Ba, dan Bb (bacaan belakang) 4. Lakukan langkah diatas sebanyak dua kali pada posisi yang berbeda yang disebut double stand, terhadap titik yang sama. 5. Selisih antara Bt bagian muka dengan Bt bagian belakang adalah beda tinggi antara kedua titik tersebut. 6. lakukan pembacan beda untuk semua titik polygon yang ada, sedangkan beda tinggi-titik detail mengikuti beda tinggi dari titik asal pengukuran titik detail yang bersangkutan.

2.4

Metode Perhitungan Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran yang telah di catat ke dalam formulir pengukuran terdiri dari tiga data utama yaitu: 1. Data Pengukuran Waterpass 2. Data Pengukuran Situasi 3. Data Pengukuran Poligoon

Masing-masing formulir pengukuran melahirkan output yang berbeda-beda, namun antara satu dan lainnya saling berhubungan. 2.4.1 Perhitungan sudut Poligon

Tujuan Pengukuran sudut poligoon adalah untuk mendapatkan titik-titik yang ditentukan. Titik-titik tersebut dinamai misalnya: BM0, A, B, C, D dan seterusnya. Hasil akhir formulir poligoon adalah diketahuinya koordinat X dan Y untuk masing-masing titik. Adapan langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Dari pengukuran awal diperoleh sudut azimut () BM0-A dan sudut jurusan () untuk masing-masing titik. 2. Cek jumlah sudut jurusan pengukuran dengan sudut jurusan teoritis, gunakan rumus: a. (n-2) X 180 Jika yang diukur sudut dalam b. (n+2) X 180 Jika yang diukur sudut luar c. Jika terjadi selisih tidak lebih dari 3 menit maka pengukuran ditolerir, namun selisih harus di koreksi kedalam setiap titik sampai selisih sudut pengukuruan dan sudut teoritis adalah nol 3. Hitung sudut Azimut lainnya dengan menggunakan rumus a. A-B = Bm0-A + A Koreksi - 180 0 0 b. Demikian juga dengan sudut-sudut yang lain. 4. Hitung X dan Y, perlu diketahui bahwa penjumlahan X dan Y harus nol. Jika tidak nol maka perlu dikoreksi ke dalam masing-masing titik secara proportional. Jarak masing-masing dibagi dengan jumlah jarak dikalikan dengan besar angka koreksi. 5. Hitung koordinat X dan Y. Asumsikan titik BM0 mempunyai koordinat (0;0) 2.4.2 Perhitungan Situasi

Perhitungan situasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan lebih mendetail mengenai kondisi topografi dan posisi titik-titik tambahan lainnya di lapangan. Semakin banyak titik yang diukur maka akan semakin akurat hasil survey yang didapatkan. Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut: 1. ukur tinggi alat atas patok dan patok atas tanah, catat benang pada baak meter: benang atas, benang tengah dan benang bawah. Baca sudut azimut dan sudut vertikal () 2. Sudut helling () didapat dengan mengurangkan 9000 terhadap sudut vertikal () 3. Jarak (dm) diukur berdasarkan jarak optis dengan menggunakan rumus: a. (BA-BB) X 100 b. Bisa juka diukur dengan meteran ukur. 4. Jarak datar dihitung berdasarkan rumus: D = dm X Cos 5. H Tabel dihitung dengan rumus: H Tabel = dm X sin 2

6. Beda tinggi H dihitung dengan rumus H = H Tabel BT+ Tinggi alat atas patok 7. Tinggi titik peil tinjauan diambil dasar titik Bmo sebesar 3.00 m. ini dianggap 3 meter diatas permukaan air laut. Pengambilan acak seperti ini hanya dibenarkan bagi praktikum mahasiswa tapi pada pengukuran yang sebenarnya tidak diperbolehkan. 2.4.3 Perhitungan Waterpass

Pada praktikum ini pengukuran waterpass dilakukan dengan maksud untuk menentukan tinggi titik-titk peil. Titik-titik peil tersebut sangat penting sebagai standar bagi pegukuran dan perhitungan situasi. Perhitungan beda tinggi ini dilakukan secara double stand. Alat diletakkan antara 2 titik patok dan pada masing-masing patok diletakkan baak meter. Selanjutnya diukur BT, BA dan BB nya. Alat selanjutnya dipindah sedikit dari kedudukan semula dan diseimbangkan lagi lalu di ukur BT, BA dan BB untuk posisi kedua. Rumus-rumus yang dijabarkan dalam formulir pengukuran waterpass telah cukup jelas dan tidak perlu penjelasan lebih lanjut. 2.4.4 Penggambaran Data Hasil Pengukuran.

Langkah selanjutnya adalah memindahkan data yang telah dihitung ke atas kertas. Adapun peralatan yang dibutuhkan adalah: a. Jangka b. Busur 360 c. Rol berbagai ukuran d. Kertas milimeter ukuran A2 Langkah-langkah penggambaran: 1. Tentukan titik-titik patok sesuai dengan koordinat yang telah dihitung. Tetapkan BM0 berkoordinat (0;0). Selanjutnya titik-titik lain disesuaikan. 2. tentukan titik situasi dan catat ketinggian masing-masing titik 3. buat garis kontur berdasarkan titik-titik ketinggian tersebut 4. untuk daerah yang tidak tersedia data ketinggian boleh di sesuaikan dengan data yang ada 5. usahakan seluruh data tercantum kedalam gambar

BAB III TATA CARA PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

3.1

Out line Laporan Praktikum ilmu ukur tanah

Adapun sistematika penulisan laporan praktikum ilmu ukur tanah adalah sebagai berikut: 1. Lembaran judul (halaman i) 2. Lembaran pengesahan (ii) 3. Lembaran prakata (iii) 4. Daftar isi (iv) 5. Isi laporan terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi sedikitnya tentang : latar belakang pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah, tujuan yang diinginkan dari praktikum dan gambaran umum tentang ilmu ukur tanah. Jumlah halaman pada bab ini adalah 1 2 halaman. BAB II PENGENALAN ALAT Bab ini berisi sedikitnya tentang: alat-alat yang digunakan dalam praktikum, baik dalam perhitungan sudut dan beda tinggi, cara menyetel alat, pembacaan data, gambar sketsa theodolit dan waterpass lengkap dengan keterangan gambar, fungsi dari setiap bagian alat baik waterpass maupun theodolit. Jumlah halaman pada bab ini adalah 8 12 halaman.

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM Bab ini berisi tahapan tahapan pelaksanaan praktikum dimulai dari peninjauan lokasi, penentuan lokasi dengan pembuatan poligon, penentuan arah sudut titik ikat , pengukuran arah, besar sudut dan jarak, pengukuran beda tinggi. Jumlah halaman pada bab ini adalah 5 8 halaman.

BAB IV HASIL PENGUKURAN Bab ini berisi data-data hasil pengukuran dan data hasil pengolahan baik untuk data pengukuran theodolit maupun waterpass, data tersebut ditampilkan dalam bentuk sketsa gambar dan penjelasannya. Jumlah halaman pada bab ini adalah 1 6 halaman.

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP Berisi kesimpulan tentang pelaksanaan praktikum ini, kendala-kendala yang dijumpai dan saran saran perbaikan. Jumlah halaman pada bab ini adalah 12 halaman. 6. Lampiran perhitungan (halaman disesuaikan) 7. Lampiran daftar gambar (halaman disesuaikan) 3.2 Penggunaan Bahasa

Penggunaan bahasa indonesia dalam dalam menulis laporan harus memenuhi kriteria bahasa laporan yang telah baku yang memperlihatkan ketepatan, kelugasan, kelengkapan unsur, dan kecermatan penggunaan ejaan dengan spesifikasi : 1. Kalimat tidak terlalu panjang, tetapi lengkap dan mudah dipahami pembaca. 2. Ketepatan bahasa adalah merupakan kejelian dalam memilih kata-kata menyusun kalimat dan alinea yang tidak tumpang tindih. 3. Kelugasan dimaksud sebagai kecermatan dalam menyusun kalimat atau alinia yang padat, jelas. Penjelasan suatu masalah atau pernyataan tidak berulang ulang. 4. Kelengkapan unsur dimaksudkan lengkap unsur-unsur tata bahasa dan kausa bahasa yang diperlukan untuk menjaga agar tidak menimbulkan salah penafsiran dalam membacanya. Jadi sebuah kalimat minimal jelas susunan subjek, prediket dan objek. 5. Dalam menggunakan bahasa indonesia yang baik selalu berpedoman 6. Dalam setiap penulisan laporan, prinsip-prinsip efisiensi perlu diperhatikan penguasaan terhadap penggunaan bahasa akan mencerminkan wawasan dan tingkat penalaran seorang penulis. 3.3 Pengetikan

Pengetikan ataupun fotocopy laporan dilakukan diatas kertas HVS putih 70 gram berukuran kwarto (21.50 x 28.50 cm atau 8.50 x 11.25 inci). Seluruh kertas yang digunakan haruslah sama kwalitas dan berwarna putih. 3.4 Huruf

Laporan ditulis dengan komputer dengan huruf Times New Roman 12 pt, kepadatan huruf adalah 10 pitches ( 10 huruf dalam 1 inci). Untuk tabel dan gambar dapat dipilih ukuran huruf yang kecil asal seimbang (tidak terlampau banyak jenis dan ukurannya) 3.5 Ukuran margin dan spasi

Pengetikan laporan harus dilakukan didalam margin sebagai berikut : 1. Margin Kiri = 4 cm 2. Margin Kanan = 3 cm 3. Margin atas = 4 cm 4. Margin Bawah = 4 cm

Ketentuan margin ini berlaku juga untuk tabel, gambar atau ilustrasi lainnya termasuk semua lampirannya. Jarak spasi baris bervariasi menurut kedudukannya dalam laporan : 1. Jarak antara isi dan judul bab 4 Spasi 2. Jarak antara baris isi tulisan 1,5 spasi (6 baris/ inci) 3. Jarak antara isi bab dengan judul pasal 3 spasi 4. Jarak antara judul pasal dengan isi tulisan 3 spasi (3 baris/ inci) 5. Jarak antara isi tulisan dengan judul tabel 3 spasi 6. Jarak antara tabel dengan tulisan sumber tabel 1,5 spasi 7. Jarak antara awl pengetikan alenia dan paragraf baru dengan margin kiri 7 ketukan 3.6 Penomoran Halaman

Penomoran dimulai dari halaman lembar pengesahan dengan nomor angka romawi kecil yang sesuai dengan dengan halaman ke berapa lembar itu terletak, dihitung dari halaman lembar judul. Nomor-nomor halaman pembukaan ini diyempatkan ditengah-tengah bawah, 2 spasi dibawah margin bawah. Seluruh bagian isi dan penutup laporan diberi nomor halaman yang menggunakan angka arab. Nomor-nomor halaman ini ditempatkan dibagian kanan atas, 2 spasi diatas margin atas rata margin kanan. 3.7 Judul Bab

Judul laporan bagian isi termasuk judul-judul lembaran bagian pembukaan dan penutupan seluruhnya diketik dengan huruf besar(kapital) dan ditemptkan di tengah-tengah atas dengan pengetikan berjrak 2 spasi. Nomor bab diberi angka romawi besar. Seluruh katakata di dalam judul tidak boleh diberi garis di bawahnyakecuali pada kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau daerah. Setiap bab sebaiknya di dahului dengan suatu pengantar (tanpa heading) yang mengintisarikan secara kronologistentang isi yang dibahas dalam bab tersebut. Suatu bab dapat dibagi dalam pasal untuk mempermudah sistematika pembahasan. Setiap pasal selanjutnya hanya dapat dibagi sekali lagi ke dalam subpasal. 3.7.1 Pasal

Setiap huruf pertama dari kata-kata pasal,kecuali kata penghubung dan kata petunjuk, diketik dengan huruf kapital, sedangkan huruf kedua dan seterusnya tetap menggunakan huruf kecil. Penulisan pasal diawali dengan menulis nomor urut dengan angka arab dengan titik dibelakang angka tersebut. Nomor pasal diawali dengan nomor bab dan diikuti nomor urut pasal dalam bab itu. Pasal tidak bergaris bawah dan tidak diakhiri dengan titik. Nomor

pasal dimulai dari margin kiri dan bila judul pasal lebih sebaris, baris berikutnya diketik berjarak satu spasi yang dimulai dibawah huruf pertama baris diatasnya. 3.7.2 Sub Pasal

Penomoran sub pasal dimulai dengan nomor bab diikuti dengan nomor pasal dan dilanjutkan dengan nomor urut sub pasal, tiap-tiap angka dibatasi dengan titik. Seluruh kata-kata sub pasal kecuali huruf awal, ditulis dengan huruf kecil dan tidak diberi garis bawah dan tidak diberi titik pada akhir sub pasal. Ketentuan lain sama seperti yang telah diuraikan pada pasal diatas. Contoh : 4.3.2 Pendimensian batang tarik Dalam hal ini : 4 = menunjukkan Bab IV 3 = menunjukkan urutan pasal 2 = menunjukkan sub pasal pendimensian batang tarik menunjukkan kepala paragraf. Keterangan : Tidak boleh menggunakan angka romawi atau alphabet dalam penomoran pasal dan sub pasal (kecuali untuk bab sendiri dipakai angka romawi). 3.7.3 Alinea baru atau paragraf

Alinea baru atau paragraf baru diketik setelah ketukan ke 7 dari margin kiri (huruf pertama dari ketukan ke 8).hindari menulis sebuah paragraf yang hanya terdiri dari sebuah kalimat saja. Pengetikan dalam suatu paragraf bila menggunakan mesin ketik, tidak harus menggunakan batas kanan yang rata asalkan tidak melewati margin kanan. Bila menggunakan komputer, batas pengetikan jarus rata kanan. 3.7.4 Kutipan dan rujukan

Kutipan kepustakaan dianjurkan menggunakan sistem hardford yaitu sistem nama pengarang dan tahun serta menyebutkan pada halaman ke berapa kutipan diambil. Cara menulisnya adalah dimulai dengan menuliskan nama akhir pengarang lalu dalam kurung ditulis tahun penerbit diikuti titik dua dan nomor halaman dari mana kutipan diambil kemudian ditulis isi kutipan. Contoh: Amin (1997; 13) menyebutkan bahwa .. Apabila pengarang dua orang maka nama akhir kedua pengarang ditulis, dan apabila pengarangnya lebih dari 2 orang maka ditulis nama akhir pengarang pertama dan kemudian diikuti dengan menulis kata et all. 3.8 Daftar kepustakaan

Daftar kepustakaan adalah daftar sumber bacaan suatu laporan atau karya tulis ilmiah yang biasanya dicantumkan pada akhir suatu karya ilmiah. Kadar ilmiah suatu laporan/karya tulis

sangat tergantung dari wawasan penulisnya. Luasnya wawasan penulis diwarnai oleh luas dan terpilihnya bahan bacaan yang digunakan. Daftar kepustakaan disusun menurut abjad berdasarkan nama pengarangnya. Cara menulis daftar kepustakaan adalah berdasarkan urutan-urutan sebagai berikut: 1. Anonymous, 1993, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Penerbit Erlangga, Jakarta. 2. Bowles, J.E, 1986, Sift-Sifat Fisis dan Geoteknik (Mekanika Tanah),Terjemahan: JK.Hainim, Penerbit Erlangga, Jakarta, Indonesia. 3. Chung, k.L, 1974, A Course in Probability Theory, 2nd ed, Academic Press, New York. 3.9 Penyusunan tabel 1. Usahakan agar tabel dapat di buat ringkas mungkin (tidak melebihi satu halaman ) 2. Setiap tabel diberi nomor tabel dan nama / judul tabel yang dituliskan di atas tabel yang bersangkutan dalam bentuk : Tabel 4.1. Daftar Hadirin Dalam Hal Ini 4 adalah nomor bab dan 1 adalah nomor urut tabel dalam bab tersebut 3. Apabila tabel terpaksa ditulis dalam lebih dari satu halaman maka: a. Bila ditulis dalam halaman-halaman lepas, masing-masing sambungan diberi nomor dan judul tabel Tabel 4.1 Dafar hadirin (lanjutan U/V) U : Nomor Lembar Tabel V : Jumlah Lembar Tabel Nama masing-masing kolom juga harus diisipada masing-masing tabel lanjutan, sesuai dengan lembaran pertama b. Bila besar tabel menurut arah horizontal melebihi satu halaman kuarto, perlu dibuat dua atau lebih halaman kuarto. 3.10 Penyusunan gambar dan grafik 1. setiap gambar atau grafik yang tertera dalam satu paragraf / bab diberi nomor dan nama yang ditempatkan dibagian bawahnya dalam bentuk : gambar 4.1. gambar orang-orangan dalam hal ini 4 menunjukkan bab dan satu menunjukkan nomor urut gambar gambar dalam bab tersebut 2. suatu gambar harus dapat membantu memperjelas bahan yang dibahas 3. suatu gambar tidak boleh mengawali atau mengakhiri suatu paragraf atau halaman, kecuali gambar yang satu halaman penuh. Ukuran gambar tidak melebihi satu halaman (kecuali gambar dalam lampiran)

4. bagian dari gambar (termasuk nomor dan namanya) harus terpisah secara jelasdengan uraian dalam paragraf 5. gambar yang dipetik (termasuk foto copy) dari sumber lain, harus diberi nomor dan nama gambar sendiri di bagian bawahnya sesuai dengan butir 1 diatas, dibawahnya harus dicantumkan sumbernya (tidak perlu mencantumkan sumber : penulis untuk gambar yang diolah sendiri ) 3.11 Penyusunan lampiran 1. bagian lampiran berisi : tabel, gambar / grafik atau perhitungan-perhitungan yang oleh karena formatnya terlalu besar, tidak dimasukkan kedalam paragraf / bab. 2. lampiran dipisahkan letaknya dalam 3 kelompok : A = tabel B = perhitungan C = Gambar/Grafik Contoh : Lampiran b.7. perhitungan kolom Dalam hal ini : b = kelompok perhitungan 7 = lampiran ke 7 untuk perhitungan tersebut 3. nomor halaman dari lampiran-lampiran merupakan lanjutan dari halamanhalaman sebelumnya

3.12 Format Lembaran Pengesahan format lembaran pengesahan untuk praktikum ilmu ukur tanah dapat dilihat pada halaman selanjutnya :

LEMBARAN PENGESAHAN

Hari / Tanggal Lokasi Pelaksana

: .. : .. : ..

Telah dilaksakan praktikum Ilmu Ukur Tanah sebagai salah satu prasyarat memperoleh gelar sarjana (S1) Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh oleh :

KELOMPOK I Dengan anggota No 1 2 dst

Nama

NIM

Tanda Tangan

Nilai

Lhokseumawe, 2005 Instruktur

Ka. Lab T. Sipil

Pembimbing

Format Cover Laporan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Kurikulum Pada Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II

LABORATORIUM TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH 2013

You might also like