You are on page 1of 23

ASKEP HEPATITIS

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep dasar medis 1. Anatomi dan fisiologi a. Hati Hati terletak di belakang tulang-tulang iga ( Kosta ) dalam rongga abdomen daerah atas. Hati memiliki berat sekitar 1.500 gr di bagi menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil disebut lobus. ( Smeltzer & Bare, 2001, ed 8 vol 2, hal. 1150 ). b. Fungsi hati Hati adalah pabrik kimia terbesar dalam tubuh. Hati memiliki suplai darah yang besar ( 1-1 Liter per menit ) yang di terima melalui : 1) Vena porta, yang membawa produk pencernaan dari saluran cerna. 2) Arteri hepatica, yang membawa O2 yang dibutuhkan oleh hati Fungsi hati meliputi : - Mengubah zat makanan yang diasorbsi dari usus halus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan. - Mengubah zat buangan dalam bahan beracun untuk disekresikan dalam empedu dan urine - Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen - Sekresi empedu - Pembentukan ureum - Menyimpan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air. c. Fungsi metabolik hati 1). Metabolisme Glukosa Glukosa yang diambil dari vena portal disimpan dan diubah dalam hepatosit sebagai cadangan energi. Pada saat diperlukan glukogen diubah menjadi glukosa dan dilepaskan kedalam aliran darah untuk mempertahankan kadar glukosa normal. 2). Konversi Amonia Amonia merupakan hasil samping dari proses glukoneogenesis dengan penggunaan asam amino. 3). Metabolisme Lemak Asam lemak dapat dipecah oleh hati untuk memproduksi energi dan badan keton yang dapat masuk aliran darah dan menjadi sumber energi bagi otot dan jaringan tubuh. Pemecah asam lemak terjadi pada kondisi seperti kelaparan dan diabetes tidak terkontrol. 4). Metabolisme Protein Hati mensintesis hampir seluruh plasma protein. Vitamin K diperlukan hati untuk mensintesis protombin dan sebagian faktor pembekuan lain. 5). Menyimpan Vitamin dan zat besi Vitamin A, D dan beberapa vitamin b kompleks serta besi dan tembaga disimpan didalam hati. 6). Pembentukan empedu Secara kontinyu hepatosit membentuk empedu dan dikumpulkan dalam kanalikulus serta saluran empedu. Empedu dikumpulkan dan disimpan dalam kandungan empedu untuk kemudian dialirkan kedalam intestinum bila diperlukan bagi pencernaan. 7). Ekskresi bilirubin Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam darah, melalui reaksi kimia mengubahnya

menjadi asam glukoronat lewat konjugasi sehingga lebih dapat larut dalam larutan encer. 8). Metabolisme obat dalam hati meliputi proses konjugasi akibat tersebut dengan sejumlah senyawa seperti asam glukoronat untuk membentuk substansi yang lebih larut sehimgga dapat diekskresikan kedalam feses atau urine seperti ekskresi bilirubin (Smeltzer dan Bare (2001), edisi 8 vol 2, hal.1152 ) 2. Pengertian a) Hepatitis adalah inflamai hati yang dapat terjadi karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia (non-verbal) atau infeksi virus (Hepatitis A,B,C,D,E.). (Doenges, 1999, hal 534). b) Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat- obatan termasuk obat tradisional (www.chom.is-try.org/-41k). 3. Etiologi a. Bakteri serta virus hepatitis b. Toksin/racun c. Obat-obatan d. Malnutrisi e. Alkohol 4. Patofisiologi Disfungsi hati terjadi akibat kerusakan pada sel-sel parenkim hati. Proses perjalanan penyakit yang berkembang menjadi disfungsi hepatoseluler seperti bakteri serta virus, obat-obatan dan defisiensi nutrisi. Sel hati bereaksi terhadap unsur-unsur yang paling toksik melalui glikogen lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak. Metabolisme abnormal menyebabkan penurunan konsentrasi albumin serum dan edema. Hepatitis B terutama ditularkan melalui darah (Jalur perkutan dan permuosa). Virus tersebut pernah ditemukan dalam darah, saliva, secret vagina, dan dapat ditularkan melalui membrane mukosa serta luka pada kulit. Hepatitis memiliki massa inkubasi yang panjang (1 sampai 6 bulan).Virus hepatitis mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relative lama sehingga memungkinkan penularan virus tersebut. Gejala dan tanda hepatitis B dapat samaran dan bervariasi. Klien dengan hepatitis B dapat mengalami atralgia dan ruam, penurunan selera, makan, dyspepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak ene badan dan lemah.gejala ikterus dapat terlihat atau kadang-kadang tidak nampak. PATOFLODIAGRAM

5. Manifestasi klinis a. Penurunan selera makan, anoreksia b. Dyspepsia, nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada hepar c. Pegal-pegal yang menyeluruh, tidak enak badan dan lemah d. Ikterus, tinja berwarna cerah dan urine berwarna gelap e. Hati dan limfa membesar ( Smeltzer & Bare (2001), ed 8 vol 2, hal 1174 ). 6. Pemeriksaan diagnostic a. Tes fungsi hati : Abnormal (4 10 kali) b. SGOT/SGPT : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1 2 minggu sebelum ikterik, kemudian tampak menurun. c. Darah lengkap : SDM menurun berhubungan dengan penurunan hidup SDM/mengakibatkan perdarahan d. Leucopenia : Trombositopenia mungkin ada e. Feses : Warna tanah liat. f. Albumin serum : Menurun g. Gula darah : Hiperglikemia transient/hipoglikemi. h. HBsAg : Dapat positif (tipe B)/negatif (tife A) i. Masa protrombin : Mungkin memanjang j. Urinalisa : peningkatan kadar bilirubin ( Doenges, 1999. hal 535 ). 7. Penatalaksanaan a. Tirah baring b. Nutrisi yang adekuat, diare rendah protein c. Masa pemulihan, pengembalian aktivitas fisik d. Tidak mengkonsumsi alcohol e. Melindungi individu yang berisiko tinggi 8. Komplikasi

a. Nekrosis sel hati Nekrosis diikuti oleh regenerasi dari jaringan hepar, tetapi tidak dalam cara yang normal. Jaringan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk normal lobule hepar. Perubahan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk normal lobule hepar. b. Kegagalan hati Fulminan Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati hepatic yang terjadi dalam waktu beberapa minggu sesudah dimulainya penyakit pada pasien yang tidak terbukti menunjukan riwayat disfungsi hati. Hepatitis virus merupakan penyebab gagal hati fulminan yang paling sering ditemukan. Penyebab lainnya mencakup obat-obatan toksik dan zat-zat kimia, gangguan metabolic dan perubahan struktur hati. B. Konsep dasar keperawatan Ilmu keperawatan didasarkan pada teori yang sangat luas. Proses keperawtan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu, tekhnik, dan keterampilan intrapersonal dan ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data sebagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien ( Nursalam, 2001, hal. 1 ). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan Asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Setelah dilakukan pengkajian data kemudian dikumpulkan dan terdiri dari 2 tipe data yaitu : a. Data subjektif, data yang didapat dari klien sendiri sebagai salah satu pendapat terhadap situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui interaksi atau komunikasi. (Nursalam dikutip dari et-al,1996,2001,hal.19). b. Data objektif, data yang dapat diobservasi dan diukur ( Nursalam dikutip dari Iyer et. al, 1996, 2001, hal. 19). Untuk kasus hepatitis pada klien pengkajian yang dilakukan menurut Doenges (1999), hal 533 a. Makan/cairan Gejala :hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema) mual/muntah. Tanda : Asites b. Sirkulasi Tanda : bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sclera c. Eliminasi Gejala urine gelap, diare/konstipasi. d. Neurosensori Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis e. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artrolgia, sakit kepala, gatal. Tanda : otot tegang, gelisah f. Pernafasan Gejala : tidak minat/enggan merokon (perokok) g. Keamanan

Gejala : adanya transusi darah/produk darah Tanda : demam, urtikasia, lesi makulopopuler, splenomegali. h. Seksualitas Gejala : pola hidup/perilaku meniingkat resiko terpajan 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasikan, memfokuskan dan mangatasi kebutuhan spesifik klien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. ( Doenges, 1999, hal. 8 ). Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dan individu atau kelompok perawat secara pasti untuk menjaga, membatasi, mencegah dan mengubah status kesehatan. (Nursalam, 2001. hal. 35 ). Ada dua contoh Hirarki yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah, yaitu : a. Hirarki maslow. Maslow (1976) menjelaskan kebutuhan dasar manusia di bagi lima, yaitu: fisiologi, rasa aman dan nyaman, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologi biasanya sebagai prioritas utama bagi dan dari kebutuhan lainnya. (Sumber ; Nursalam, 2001, hal.52).

Gambar skema hirarki kebutuhan manusia menurut maslow. Keterangan : 1) Kebutuhan fisiologis. Contoh : udara, air, makanan, elektrolit. 2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan. Contoh : terhindar dari penyakit, pencurian dan perlindungan hukum. 3) Kebutuhan rasa memiliki dan afeksi. Contoh : mendambakan kasih sayang, ingin mencintai dan dicintai, diterima oleh kelompok. 4) Kebutuhan harga diri dan hormat diri. Contoh : dihargai dan menghargai, respon dari orang lain, toleransi dalam hidup berdampingan.

5) Kebutuhan aktualisasi diri. Contoh : pemenuhan diri, hasrat untuk mengetahui dan memahami kebutuhan estetik, ingin di akui, berhasil dan menonjol dari orang lain. (Sumber : Smeltzer dan Bare (2001), edisi 8 vol 2, hal.14). b. Hirarki Kalish. Kalish 91983) lebih jauh menjelaskan kebutuhan Maslow dengan berbagai kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup, yaitu udara, air, temperature, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri. (Nursalam 2001 h-53) Dikutip dari Iyer et.al 1996. Adapun diangnosa yang muncul pada klien dengan hepatitis adalah: a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan gangguan rasa nyaman (Doenges, 1999) b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah (Doenges,1999). c. Resiko tinggi transmisi infeksi berhubungan dengan sifat dapat menular agen virus (Capernito,1999) d. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit berhubungan dengan kurang inormasi. (Doenges,1999). 3. Perencanaan Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain masalah untuk mencegah. Mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan mengumpulkan rencana dokumentasi. (Nursalam dikutip dari Iyer, Tap tich dan Bernocchi-Losey, 1996). Langkah-langkah perencanaan untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa komponen yang perlu di perhatikan, yaitu : a. Menentukan prioritas b. Menentukan criteria hasil c. Menentukan rencana tindakan d. Dokumentasi (Sumber : Nursalam, 2001, hal.52). Adapun perencanaan dari tiap-tiap diagnosa yang sudah ditetapkan adalah ; a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan gangguan rasa nyaman Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas Kriteria : - Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan klien - Menunjukan teknik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas Intervensi : 1. Tingkatkan tirah baring/duduk Rasional: meningkakan istirahat dan ketenangan 2. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik. Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan 3. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendi pasif/aktif Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. 4. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati Rasional : menunjukan kurangnya resolusi/ekaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, menganti program terapi (Doenges,1999,hal.534)

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah. Tujuan : Perbaikan status nutrisi Kriteria : - Melaporkan peningkatan selera makan dan rasa sehat - Menunjukan peningkatan berat badan Intervensi : 1 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia 2 Berikan perawatan mulut sebelum makan Rasional : menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan 3 Anjurkan makan pada posisi duduk tegak Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan 4 Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen sepanjang hari Rasional : bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna (Doenges,1999,hal.534) c. Resiko tinggi transmisi infeksi berhubungan dengan sifat dapat menular agen virus Tujuan : Mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi Kriteria : Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tampa komplikasi Intervensi : 1 Pantau tanda-tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat terjadi. 2 Tunjukan/dorong teknik mencuci tangan yang baik Rasional : efektif berarti menurunkan penyebaran/ tambahan infeksi 3 Batasi pengunjung sesuai indikasi Rasional : menurunkan pemejanan terhadap pathogen infeksi lain. 4 Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual Rasional : tergantung pada tipe infeksi, respon terhadap antibiotic, kesehatan umum pasien, dan terjadinya komplikasi, teknik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran (Doenges,1999,hal 169) d. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi Tujuan : Klien mengerti tentang proses penyakit dan pengobatan Kriteria : - Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan - Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan Intervensi : 1. Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/ prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan 2. Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit

Rasional : Kebutuhan akan bervariasi karena tipe hepatitis 3. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas pengalih Rasional : Aktifitas yang dapat dinikmati akan membantu klien menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang 4. Diskusikan efek samping dan bahaya obat yang dijual bebas Rasional : Beberapa obat merupakan toksik untuk hati (Doenges,1999,hal 535) 4. Pelakasanaan Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dikutip dari Iyer et-al., 1996 (Nursalam, 2001, hal.63). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping(Nursalam, 2001, hal.63). 5. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam,2001,hal.71). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam, 2001, hal.71). Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian, yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazim menggunakan format SOAP. (Iyer,et-al,1996, Dalam Dokumentasi Nursalam). 6. Perencanaan pulang a. Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tanda gejala serta komplikasi yang mungkin timbul b. Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai penyebaran virus hepatitis B dan cara melindungi diri dari virus hepetitis B c. Dorong keluarga untuk memberikan dukungan yang positif selama proses penyembuhan d. Pengobatan lanjut di rumah e. Rencanakan kontrol ulang untuk mengetahui kemajuan dalam pengobatan
................

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

A. DEFINISI

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
B. 1. Virus ETIOLOGI

Type C Type D Type E Metode Parenteral Parenteral Fekal-oral transmisi jarang seksual, perinatal, orang ke orang, memerlukan perinatal koinfeksi dengan type B Keparah-an Tak ikterik Parah Menyebar luas, Peningkatan Sama dan asimtodapat berkem- insiden kronis dan dengan D matik bang sampai gagal hepar akut kronis Sumber virus Darah, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah, feces, saliva semen, sekresi melalui darah feces, vagina saliva 2. Menyebabkan Alkohol sirosis.

Type A Fekal-oral melalui orang lain

Type B Parenteral seksual, perinatal

alkohol

hepatitis

dan

selanjutnya

menjadi

alkohol

3. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut. C. TANDA DAN GEJALA 1. Masa tunas Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari) Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari) 2. Fase Pre Ikterik Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 27 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B. 3. Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu. 4. Fase penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

D. PATOFOSIOLOGI Patways terlampir. Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Klik Gambar Untuk Memperbesar

DIAGNOSTIK 1. Laboratorium a. Pemeriksaan pigmen urobilirubin direk bilirubun serum total bilirubin urine urobilinogen urine urobilinogen feses b. Pemeriksaan protein protein totel serum albumin serum globulin serum HbsAG c. Waktu protombin respon waktu protombin terhadap vitamin K d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase AST atau SGOT ALT atau SGPT LDH Amonia serum 2. Radiologi foto rontgen abdomen - pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif kolestogram dan kalangiogram arteriografi pembuluh darah seliaka 3. Pemeriksaan tambahan laparoskopi biopsi hati F. KOMPLIKASI Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati 1. Aktivitas Kelemahan

E.

PEMERIKSAAN

2. 3. 4. 5. 6. Bradikardi Ikterik pada ( sklera Urine Diare feses Makanan Berat Mual Peningkatan warna dan badan dan tanah hiperbilirubin kulit, berat membran

Kelelahan Malaise Sirkulasi ) mukosa Eliminasi gelap liat Cairan Anoreksia menurun muntah oedema Asites Neurosensori rangsang tidur Letargi Asteriksis Kenyamanan abdomen kanan Mialgia Atralgia kepala )

Peka Cenderung

terhadap

Nyeri Kram Nyeri tekan Sakit ( pada

/ kuadran

Gatal

pruritus

7. Keamanan Demam Urtikaria Lesi makulopopuler Eritema Splenomegali Pembesaran nodus servikal posterior 8. Seksualitas Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. 3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap

inflamasi hepar 4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu 6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus G. INTERVENSI 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi. a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya. c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan. d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. Hasil yang diharapkan : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya) a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri. b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri Akui adanya nyeri - Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri c. Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan) d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi

R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri. 3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar. Hasil yang diharapkan : Tidak terjadi peningkatan suhu a. Monitor tanda vital : suhu badan R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari. R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit. 4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang b. Sarankan klien untuk tirah baring R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit. c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi) R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus. a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering - Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin) Keringkan kulit, jaringan digosok R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus

d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan 6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret. Hasil yang diharapkan : Pola nafas adekuat Intervensi : a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen b. Auskultasi bunyi nafas tambahan R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan c. Berikan posisi semi fowler R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran sekret d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia 7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus Hasil yang diharapkan : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen - Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh - Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan. R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi
.................

EPATITIS 1. Pengertian Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

2. Anatomi Fisiologi Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006). Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum Falsiformis (Noer, 2002). Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006). Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006) Fungsi dasar hati dibagi menjadi : Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah. Ada dua macam aliran darah pada hati, yaitu darah portal dari usus dan darah arterial, yang keduanya akan bertemu dalam sinusoid. Darah yang masuk sinusoid akan difilter oleh sel Kupffer. Fungsi metabolik. Hati memegang peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin (Guyton, 1997). Fungsi ekskretorik. Banyak bahan diekskresi hati di dalam empedu, seperti bilirubin, kolesterol, asam empedu, dan lain-lain. Fungsi sintesis. Hati merupakan sumber albumin plasma; banyak globulin plasma, dan banyak protein yang berperan dalam hemostasis (Chandrasoma, 2006).

anatomi hati

3. Penyebab

Type A Metode Fekal-oral transmisi melalui orang lain

Type D Type E Parenteral perinatal, Fekal-oral memerlukan koinfeksi dengan type B KeparahanTak ikterik Parah Menyebar luas, Peningkatan insiden Sama dengan dan dapat berkembang kronis dan gagal D asimtomatik sampai kronis hepar akut Sumber Darah, feces, Darah, saliva, Terutama melalui Melalui darah Darah, feces, virus saliva semen, darah saliva sekresi vagina Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis aku 4. Patofisiologi

Type B Parenteral seksual, perinatal

Type C Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal

Silahkan klik pada gambar untuk mendownload bagan patofisiologi hepatitis

5. Tanda dan Gejala a. Masa tunas Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari) Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari) b. Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 27 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B. c. Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu. d. Fase penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

6. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi adalah : 1. Komplikasi akut : Kern Ikterik pada bayi dan anak, coma hepatikum. 2. Komplikasi yang menahun : Serosis Hepatis, Hepatoma, Hematemesis Melena 7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium a. Pemeriksaan pigmen

urobilirubin direk bilirubun serum total bilirubin urine urobilinogen urine urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

protein totel serum albumin serum globulin serum

HbsAG

c. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase


AST atau SGOT ALT atau SGPT LDH Amonia serum

2. Waktu protombin

respon waktu protombin terhadap vitamin K

3. Radiologi

foto rontgen abdomen pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif kolestogram dan kalangiogram arteriografi pembuluh darah seliaka

4. Pemeriksaan tambahan

Laparoskopi biopsi hati

8. Penatalaksanaan Medis 1. Pencegahan 1. Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah. 2. pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular. 2. Obat-obatan terpilih. a. Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang berlebihan. Contoh :

Hidrocotison 100 mg intravena tiap 6 jam. Interveron, hanya diberi pada kasus kasus agak berat. Starting dosis 40 mg / hr dan dikurangi secara bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu.

b. Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral. c. Lactose 3 x (30-50) ml peroral. d. Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena. e. Roboransia. f. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia) g. Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air. h. Infus glukosa 10% 2 lt / hr. 3. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. 4. Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah muntah sebaiknya di berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup 5. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat obatan yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.

9. Pengkajian Keperawatan PENGKAJIAN Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati Aktivitas

Kelemahan Kelelahan Malaise

Sirkulasi

Bradikardi ( hiperbilirubin berat ) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

Eliminasi

Urine gelap Diare feses warna tanah liat

Makanan dan Cairan

Anoreksia Berat badan menurun Mual dan muntah Peningkatan oedema Asites/Acites

Neurosensori

Peka terhadap rangsang Cenderung tidur Letargi Asteriksis

Nyeri / Kenyamanan

Kram abdomen Nyeri tekan pada kuadran kanan Mialgia Atralgia Sakit kepala Gatal ( pruritus )

Keamanan

Demam Urtikaria Lesi makulopopuler Eritema Splenomegali Pembesaran nodus servikal posterior

Seksualitas

Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

10. Diagnosa Keperawatan Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan tidak nyaman di kuadran atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada perut atas 4. Kelelahan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu 6. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar 7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus 8. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada pada perut atas dan punggung, terapi tirah baring

You might also like