You are on page 1of 8

NO. 3/TH.

I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

NO. 3/TH. I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

„ ISI N AWALA
„
„
„
„
Tajuk
Fokus
Riset
Wawancara
hal.1
hal.1
hal.2
hal.3
THE WAHID INSTITUTE Seeding Plural and Peaceful Islam
„ Kolom hal.5
„ Rak Buku hal.6
„ Penerbitan hal.7 „ FOKUS
„ Aktivitas hal.8

KALA AGAMA IKUT PILKADA


„ TAJUK
Dalam pilkada langsung yang
digelar dari 2005 -2006, beberapa
kandidat dan partai pendukungnya
menggunakan isu dan simbol agama
untuk menduduki singgasana
kekuasaan. Ternyata isu tersebut
bukanlah faktor penentu.
Jaringan politik partai dan si calon
justru amat berperan. Lahir
semacam ketidakyakinan dari partai
agama bahwa mereka dapat meraup

Foto:TEMPO/Gunawan Wicaksono
banyak dukungan jika bergandengan
dengan partai sejenis. Bahkan
mereka kerap berkompetisi.
Dalam Nawala edisi III ini the
WAHID Institute mengulas isu-isu
Simbol dan idiom keagamaan kerap muncul dalam Pilkada. Demonstrasi pendu-
agama yang muncul di beberapa
pilkada. Riset kami menampilkan
kung salah satu calon kepala daerah di Depok, Jawa Barat September 2005 lalu.
beberapa kandidat pemenang
pilkada, parpol pendukungnya dan DUA badan otonom Nahdlatul Ulama di Kota Padahal ia melakukannya karena darurat; ada
isu berbau agama yang disungnya. Serang resah ketika mengetahui salah satu isi pemogokan angkot, sehingga ia baru dapat pulang
Kami berterimakasih kepada kontrak politik calon Gubernur Banten malam hari. Namun organisasi pendukung
Lembaga Kajian Pengembangan Zulkieflimansyah-Marissa Haque dengan sejumlah pemberlakuan Peraturan Daerah Syariat Islam
Masyarakat dan Pesantren kyai dan ulama Banten. (Perda SI) di Tasikmalaya ini tak peduli. Kepala
(LKPMP) Makassar, Lembaga Klausul kontrak itu, yang berbunyi larangan Alifah pun digunduli.
Pendidikan Anak rakyat (LAPAR) keluar malam bagi kaum perempuan di atas jam Mungkin karena banyaknya pengalaman pahit
Makassar, Lembaga Studi 21.00 WIB, dinilai Ketua Ikatan Pelajar Putri bagi kaum perempuan itu, Maya Sri Hayati
Kemanusiaan (LENSA) Mataram, Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Cilegon Maya Sri mewanti-wanti pasangan cagub-cawagub dari
Laboratorium Dakwah (LABDA) Hayati dan Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Sarikat
Shalahudin Yogyakarta, Jaringan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Cilegon Indonesia (PSI) itu agar tidak hanya berpikir untuk
Pendidikan Pemilih untuk Rakyat
Ferdany Geany, mendiskriminasi perempuan. memenangkan pilkada.
(JPPR) dan Enceng Shobirin dari
Lembaga Penelitian, Pendidikan
“Meski baru wacana, tapi harus diantisipasi dari “Jangan hanya karena ingin mendapat simpati
dan Penerangan Ekonomi Sosial sekarang. Karena segala kemungkinan akan dan dukungan (dalam pilkada, red), lalu apapun
(LP3ES), yang telah emperkaya terjadi. Bila itu diberlakukan, apa jadinya nanti disetujui. Saya tidak setuju, dan saya yakin
nawala ini. kaum hawa di Banten ini?” tanya Ferdany di Serang, mayoritas perempuan di Banten tidak akan setuju,”
Banten 9 Oktober lalu. tegas Maya.
Pemberlakuan jam malam bagi perempuan Agama seolah barang yang paling manjur
Kritik dan Saran: memang getol dikampanyekan pengusung digunakan untuk memenangkan atau menjatuhkan
Jl. Taman Amir Hamzah No 8 formalisasi syariat Islam di beberapa daerah di In- kandidat kepala daerah. Wasidi Swastomo kalah
Jakarta 10320, Indonesia
donesia. Masih terekam kisah Alifah (nama dengan selisih 0,29 persen dari saingannya,Tjetjep
1
Phone: +62 21-3928233,
3145671|Fax: +62 21-3928250 samaran, red) yang digelandang Forum Bersama Muhtar dalam pilkada Kabupaten Cianjur, 30
Email: info@wahidinstitute.org | Pemuda Islam Tasikmalaya, karena bepergian Januari lalu, juga karena isu agama.
www.wahidinstitute.org malam hari tanpa didampingi mahram. Padahal seperti juga Tjetjep, Wasidi ‘menjual’
REDAKTUR A HLI : Y ENNY Z ANNUBA W AHID, A HMAD S UAEDY | S IDANG R EDAKSI: RUMADI, G AMAL F ERDHI , NURUL H UDA M AARIF , S UBHI A ZHARI | R EDAKTUR P ELAKSANA: N URUN N ISA
DESAIN : WIDHI CAHYA
NO. 3/TH. I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

Islam agar dapat menang dalam pilkada, bahkan ia adalah perintis ungkap Imam Subkhan dari Laboratorium Dakwah (LABDA)
terbitnya Perda SI di daerah itu yang bermula dari pencanangan Shalahuddin Yogyakarta. Calon yang dimaksud adalah Ibnu
Cianjur sebagai Gerbang Marhamah (Gerakan Pembangunan Subiyanto-Sri Purnomo dari PDI Perjuangan dan didukung Partai
Masyarakat Berakhlaqul Karimah). Amanat Nasional, yang kemudian menjadi bupati terpilih untuk
Rupanya ada gosip sensitif yang membuat sang bupati incumbent periode 2005-2010.
ini terjegal dalam pilkada. Kabar yang beredar,Wasidi mengizinkan Simbol-simbol agama terlihat sering dijual dalam pertarungan
pembangunan gereja baru di kawasan Gereja Lembah Karmel. memperebutkan singgasana kepemimpinan daerah. Tetapi apakah
Isu agama juga muncul dalam pilkada di beberapa kabupaten di ‘komoditi’ ini memang menjadi penentu?
Sulawesi Selatan. “Semua cabup-cawabup di Bulukumba, Maros, “Memang beberapa calon kandidat menjadikan perda agama
dan Pangkep menggunakan isu Perda SI dalam kampanyenya”, sebagai jualan pilkada. Tetapi masyarakat lebih memikirkan soal
ungkap aktivis Lembaga Kajian Pengembangan Masyarakat dan perut. Makanya, banyak partai nasional yang menang karena
Pesantren (LKPMP) Makassar, Syamsul Pattinjo. memiliki sumber ekonomi yang lebih besar dibanding partai Is-
Lain cerita di Indramayu. Ribuan eksemplar kitab suci Al-Quran lam,” ungkap Syamsul Pattinjo.
yang di halaman pertamanya terpampang gambar foto Bupati Disamping soal dana, penentu kemenangan lainnya adalah net-
Indramayu Irianto MS Syafiuddin -- akrab dipanggil Yance -- dan working politik yang mapan. Partai-partai politik besar lah yang
bertuliskan visi serta misinya sebagai calon bupati dalam Pilkada biasanya memiliki kelebihan ini. “Di Dompu, pemenangnya adalah
2005-2010 beredar di sejumlah masjid dan Pondok pesantren serta bupati incumbent yang kader Partai Golkar, walaupun kendaraannya
tokoh agama lainnya di daerah itu. parpol lain,” tutur pegiat Lembaga Studi Kemanusiaan (LENSA)
Gambar Bupati Indramayu itu berukuran setengah halaman Mataram, Nusa Tenggara Barat ini.
barang cetakan tersebut, terletak di halaman pertama setelah sampul Faktor penting lain, menurut peneliti dari Lembaga Pusat
Al-Quran, kemudian halaman berikutnya surat Al-Fatihah. Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES)
“Kalau Bupati Indramayu menerbitkan Al-Quran dengan Enceng Shobirin, adalah fanatisme pemilih kepada alirannya.
mencantumkan foto dirinya serta misi dan visinya dalam menghadapi “Saya sebenarnya lebih melihatnya bukan hanya pada persoalan
Pilkada 2005 ini, hal itu merupakan penghinaan yang sangat dalam agama, tetapi persoalan aliran. Politik aliran sebagaimana
terhadap Al-Quran serta umatnya,” kata Rois Syuriah PBNU yang dimaksudkan oleh Clifford Geertz. Jadi ada abangan, ada santri,
juga Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Buntet Pesantren santri Muhammadiyah, santri NU, sangat berpengaruh dan efektif
Cirebon KH Addib Rofi’uddin Izza, 5 Mei 2005 lalu. dalam pemilihan kepala daerah,” jelas Enceng.
Namun kecaman dari ulama dan sejumlah pemantau pemilu Resep ini sangat manjur terutama di Pulau Jawa seperti terjadi
independen terhadap ulahYance itu bak hilang ditelan ombak.Yance diWonosobo dan Kulonprogo. Seperti diungkapkan Enceng, bupati
dan pasangannya cawabup Herri Sudjati yang diusung Partai Golkar terpilih Wonosobo (Abdul Khaliq Arif, Red.) memang charming,
terpilih untuk periode 2005-2010. pintar, dekat dengan masyarakat, dan santun. “Tetapi kemenangan
Dalam bentuknya yang lain, agama juga dilibatkan dalam Pilkada telaknya juga tidak lepas dari latar belakang ke-NU-an dan ke-
Kabupaten Sleman. “Pengurus Distrik Muhammadiyah (PDM) PKB-annya,” tambah Enceng. (Lihat: Partai Islam Berkoalisi Karena
Sleman merasa perlu membuat fatwa khusus untuk mendukung Alasan Pragmatis).
calon tertentu yang memiliki latar belakang Muhammadiyah,” Fenomena serupa terjadi di Kulonprogo. Toyo Santoso Dipo-

„ RISET
Tabel Koalisi Partai Agama dan Partai Nasionalis dalam Pilkada
No. Regio Pemenang Partai Penentu Kemenangan
1 Prov insi Kalimantan 1 . Rudy A rifin, Wakil Ketua KPUD Kalsel PPP, PKB Rudy adalah anak angkat Guru Ijai (KH.
Selatan 2. Rosehan, Ketua PKB Kalsel Zaini A bdul Ghani), ulama paling
berpengaruh di Martapura
2 Kabupaten Bulukumba 1 . Sy ukri Sappewali, Kepala Perbekalan dan PDIP, PBB Memiliki sumber eko nomi y ang lebih
(Sulawesi Selatan) A ngkutan Kodam V II / Wirabuana bany ak ketimbang partai-partai Islam dan
2. Paddasi, Birokrat partai lain y ang ada
3 Kabupaten Cianjur 1 . Tjetjep Muhtar Sholeh, A sda Pemkab Cianjur PKS, PD Mengusung Perda SI sementara
(Jawa Barat) 2. Dadang Sufianto , Eselon II Pemkab Cianjur masy arakat dan elemen kegamaan
memiliki tekad y ang sama
4 Kabupaten Dompu 1 . A bu Bakar A hmad, SH (Bupati Inc umbent) PKB, PNU, PPDI A bu akar y ang inc umbent memiliki
(Nusa Tenggara Barat) 2. Saifur Rahman Salman, SE (Mantan Ketua GP networking politik y ang bagus berkat
A nsor Do mpu) keanggo taanny a di Golkar dan Saifur
Rahman adalah anak toko h agama
kharismatis Dompu, Rumah Guru Haji
Salman Faris
5 Kabupaten Po so 1 . Piet Inkiriwang, Legislator asal Minahasa PDS-PPD Pasangan c alo n dianggap mampu
(Sulawesi Tengah) Selatan, (PDS) membangun kehidupan y ang harmonis
2. A . Muthalib Rimi, A kademisi (PPD)
6 Kabupaten Kulonprogo 1 . Toy o Santoso Dipo , Bupati Inc umbent (PDI-P) PDIP-PA N Cabup adalah bupati y ang sedang
(Daerah Istimewa 2. Muly o no, Pengusaha Muhammadiy ah (PA N) menjabat dan c awabup merupakan kader
Y ogy akarta) Muhammadiy ah di daerah basis ormas

2 7 Kabupaten Wonosobo
(Jawa Tengah)
1 . A bdul Kholiq A rif (Mantan Wakil Bupati)
2. Muntohar
PA N, PKB, PKS
tersebut
Kandidat adalah o rang NU di daerah
berbasis NU
NO. 3/TH. I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

Mulyono memenangkan pilkada di daerah itu, bukan hanya karena atau pemenuhan basic needs juga harus diperhitungkan dalam pilkada.
Toyo seorang bupati incumbent. Tetapi juga Mulyono yang seorang “Isu agama sebagai jualan partai Islam sudah tak laku,” tegas Adung
pengusaha sekaligus warga Muhammadiyah kultural, mendapat A. Rochman, Koordinator Nasional JPPR.
berkah dari sentimen ormas ini. Hasil penelitian Lembaga Survey Indonesia (LSI) menguatkan
“Kulonprogo adalah basis Muhammadiyah. Di sinilah satu-satunya pendapat Adung. Delapan dari sepuluh responden yang seluruhnya
tempat di mana Amien Rais unggul dalam pilpres kemarin,” papar muslim meyakini demokrasi adalah sistem politik terbaik. “Karena
Imam Subkhan. itu, partai Islam yang benar-benar mengusung simbol dan isu Islam
Selain di Jawa, fenomena politik aliran ini juga tampak di kurang diminati,” ungkap Syaiful Mujani dalam konferensi pers
Kalimantan Selatan (Kalsel). Rudy Arifin-Rosehan, pasangan penelitian Prospek Partai Islam di Jakarta, 16 Oktober lalu.
gubernur terpilih, menang karena Rudy memproklamirkan diri Bahkan survey JPPR yang dipublikasi pada Juni 2006
sebagai anak angkat Guru Ijai, tokoh agama paling berpengaruh di mengungkapkan, dari 213 pilkada yang digelar, gabungan partai-
Martapura. partai Islam berada di peringkat paling buncit yaitu 2,68 persen
“Ini fenomena luar biasa. Orang kalau sudah bicara Guru Ijai, (enam daerah).
tidak ada pilihan lain. Yang lain pasti kalah,” ungkap Koordinator Kemudian peringkat keempat yaitu 4,91 persen (11 daerah)
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Kalsel dimenangkan partai Islam tanpa berkoalisi. Peringkat ketiga
Hasanuddin. Untuk menarik massa, mereka juga meresmikan tiang dimenangkan partai nasional tanpa koalisi sebanyak 22,27 persen
pancang sebuah masjid di Martapura, walaupun hingga enam bulan (51 daerah).
pasca pilkada belum menjadi bangunan utuh. Disusul gabungan partai-partai nasionalis sebanyak 32,59 persen
Figur kandidat yang populis dan program penyejahteraan rakyat (73 daerah). Justru mayoritas pilkada dimenangkan oleh partai

„ Wawancara
“PARTAI ISLAM BERKOALISI KARENA ALASAN PRAGMATIS”
Wawancara dengan Peneliti LP3ES Enceng Shobirin

Tidak ada satu pun partai di Indonesia yang bertarung atas dasar ideologi.
Bahkan antar partai Islam pun bersaing untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing.
Berikut pernyataan Associate Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial
(LP3ES) Enceng Shobirin kepada Nurun Nisa dari the WAHID Institute.

Sejauh mana partisipasi rakyat dalam pilkada? Habib Luthfi Pekalongan. Bisa juga dalam bentuk keterikatan terhadap
Signifikan sekali. Pilkada ini merupakan pemilihan kepala daerah secara Muhammadiyah, NU atau PKS. Itu akan efektif betul.
langsung yang menumbuhkan partisipasi rakyat lebih intens daripada Berarti sampai di sini, hanya terjadi perubahan terhadap
pemilu legislatif atau pemilu presiden. Mereka betul-betul terlibat partisipasi rakyat saja. Apakah tipikal pemilih belum beralih
secara emosional. menjadi lebih rasional?
Apakah partai yang memiliki kursi mayoritas otomatis Belum sampai. Kalau bicara soal preferensi pemilih Indonesia, belum
menang dalam pilkada? bisa kita bicara dalam tataran rasional tidak rasional. Umumnya masih
Tidak otomatis. Sangat tergantung tokohnya. Tokoh itu lebih terikat dengan sentimen-sentimen aliran semacam itu.
menentukan daripada partai. Kalau tokoh partai tertentu yang didorong Saya ingin menegaskan bahwa Islam sebagai ‘agama’ tanpa dikaitkan
jadi kandidat pilkada itu memang populer, biasanya simpatisan partai dengan derivasinya, itu tidak efektif di daerah-derah yang mayoritas
tersebut otomatis mendukung. Akan tetapi, bukan berarti partai tidak penduduknya Islam. Ini agak sedikit berbeda dengan yang terjadi di
penting dalam pilkada. Sebab, partai juga bisa menjadi mesin politik daerah-daerah Kristen.
yang efektif kalau betul-betul di-manage. Di Poso, misalnya, didukung jika ada komitmen calon itu terhadap
Apakah isu agama memainkan peran yang cukup penting masyarakat Kristen. Di sini, partai Kristen memainkan peran. Tetapi
dalam kemenangan seorang calon? secara umum, kalau mau ditarik nilainya sekarang, dalam politik di
Indonesia, faktor politik aliran masih sangat menentukan. Itu sebabnya
Sejauh di daerah Islam, sebenarnya, faktor agama tidak terlalu kenapa saya ragu dengan kualifikasi pemilih rasional dan tidak rasional.
menentukan. Itu kalau agama disebut sebagai agama dalam pengertian
Islam, Kristen, dan seterusnya. Sejauh di Jawa, sebenarnya isu Dengan keadaan-keadaan di atas, bagaimana pertarungan
Muhammadiyah dan NU lebih berpengaruh. ideologi antar partai dalam pilkada?
Saya sebenarnya lebih melihat bukan pada persoalan agama, tetapi Ndak ada. Karena persoalan ideologi ini artifisial. Tidak ada satu
persoalan aliran. Politik aliran sebagaimana dimaksudkan oleh Clifford pertarungan ideologi yang serius antar partai. Misalnya PKB-PAN
Geertz. Abangan, santri, santri Muhammadiyah, santri NU, sangat yang sebenarnya hampir satu platform dengan Golkar dan PDIP yang
berpengaruh dan efektif dalam pilkada. Misalnya, seperti pertarungan juga satu platform pluralis. Tetapi mereka juga tidak vis-à-vis atau
kepala daerah di Wonosobo dan Kulomprogo. berhadap-hadapan, misalnya dengan PPP atau PKS.
Politik aliran ini juga menyangkut penggunaan semua simbol yang
memungkinkan orang terbangkitkan keterikatannya secara emosional.
Apakah itu muncul dalam sosok seperti Guru Ijai, Gus Dur atau
Begitu pula kompetisinya. Tidak ada pertarungan yang betul-betul
kompetitif. Ini karena tampaknya sesama partai Islam saling menjaga
diri atas nama sama-sama partai Islam, sehingga yang demikian ini
3
NO. 3/TH. I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

nasionalis yang berkoalisi dengan partai agama, terutama Islam. dengan hitung-hitungan politik. Kalau berkoalisi dengan partai
Jumlah ini mencapai 37,05 persen atau meliputi 83 daerah pilkada. nasionalis kemungkinan besar bisa menang. Sebaliknya, kalau
Sebagai contoh, pilkada Bulukumba (Sulsel) dimenangkan oleh berkoalisi dengan partai-partai Islam yang sama-sama kecil, tidak
koalisi partai nasionalis PDI Perjuangan dengan partai Islam Partai mungkin menang,” ungkap Enceng Shobirin.
Bulan Bintang. Di Cianjur (Jabar), bupati terpilih adalah kader PKS Walaupun demikian, masih banyak kandidat yang bersandar pada
yang merangkul Partai Demokrat. Di Kalsel, pasangan cabup- simbol-simbol agama untuk meraih kekuasan. “Bisa kita lihat, apakah
cawabup yang menang dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mereka manut saja pada fatwa kyai. Masyarakat sekarang sudah
bergandengan dengan partai nasionalis, Partai Kebangkitan Bangsa bisa membedakan mana yang urusan politik dan mana yang urusan
(PKB). agama, biarpun belum semua pemilih masuk kategori dewasa
Di Dompu (NTB), calon gabungan dari PPP, PKB dan Partai berpolitik,” terang Adung A. Rochman.
Demokrasi Indonesia yang memenangkan pilkada. Bahkan di daerah Optimisme juga disampaikan Enceng Shobirin. Dia yakin proses
kantong Kristen, semisal Poso (Sulteng), yang terpilih adalah hasil politik saat ini akan bermuara pada sistem kenegaraan yang
koalisi partai Kristen, Partai Damai Sejahtera dengan Partai demokratis. “Dengan adanya demokrasi, saya kira, kesempatan
Persatuan Daerah (Lihat: Tabel Koalisi Partai Agama dan Partai masyarakat untuk belajar semakin besar,” tegas Enceng.
Nasionalis). Itu artinya, pengalaman-pengalaman berpolitik akan semakin
Kecilnya angka persentase kemenangan itu, juga karena sesama mendewasakan rakyat. Pada saatnya nanti rakyat akan memilih
partai Islam memang jarang berkoalisi. Justru antar partai Islam sesuai kesadarannya. Janji dan jualan kampanye yang tidak
lebih sering berkompetisi demi meng-goal-kan kepentingannya menyentuh kepentingan rakyat dijamin tidak laku lagi. Termasuk
masing-masing. membajak agama demi kepentingan kekuasaan. Wallahu A’lam.[]
“Partai-partai Islam itu berkoalisi berdasarkan pragmatisme saja; Nurun Nisa, Gamal Ferdhi

Sambungan dari “Partai Islam Berkoalisi ...” dern maupun di pedesaan–banyak hal yang bisa menjadi trigger
terjadinya konflik horizontal; mulai dari isu agama, isu etnis, isu
sangat mengaburkan. Pertanyaan selanjutnya, apakah PPP itu sama kesukuan, dan lain sebagainya.Tetapi ini sebenarnya sangat tergantung
dengan PBB atau PBB sama dengan PKS yang sama-sama partai Islam? pada elit.
Kan sebenarnya tidak. Pada saat isu-isu tersebut tidak dimanfaatkan oleh elit, konflik hori-
Itulah, perbedaan platform dan ideologi antar partai Islam tidak pernah zontal itu tidak pernah terjadi. Kalau dimanfaatkan, konflik itu bisa
muncul ke permukaan dan tidak pernah menjadi latar belakang untuk manifes. Hampir seluruh konflik horizontal yang terjadi di negeri ini
saling berkompetisi di dalam proses-proses politik itu. dalam 10 tahun terakhir —apakah yang antar suku di Kalimantan
atau di mana—, karena ‘pemanfaatan’ itu. Masyarakatnya sendiri cukup
Temuan JPPR, pemenang pilkada mayoritas didominasi oleh
dewasa menerima berbagai perbedaan yang ada.
koalisi antara partai nasionalis dengan partai Islam.
Sementara koalisi antar partai Islam di posisi paling buncit. Lalu, upaya apakah yang bisa dilakukan untuk mencegah
Kenapa ini bisa terjadi? konflik horizontal ini?
Koalisi antar partai Islam jarang terjadi. Mereka lebih berkompetisi Pilkada diusahakan menjadi salah satu saluran untuk mengatasi
berdasarkan kepentingannya masing-masing. Tidak berdasarkan kemungkinan terjadinya konflik yang sifatnya horizontal. Calon-calon
ideologinya. Itu yang saya sebutkan. Maka, sebagaimana yang diteliti tertentu yang memiliki komitmen untuk membangun kohesivitas
JPPR, itu sangat bagus kesimpulannya. Akhirnya partai-partai Islam integrasi masyarakat lah yang kemudian didukung oleh masyarakat.
itu berkoalisi berdasarkan pragmatisme saja; dengan perhitungan- Itu artinya, masyarakatnya lebih cenderung (menyukai) kehidupan
perhitungan kalau berkoalisi dengan partai nasionalis kemungkinan yang lebih harmoni.
besar bisa menang. Sebaliknya, kalau berkoalisi dengan partai-partai Kasus pilkada Poso cukup menarik untuk soal ini. Bupati terpilihnya
Islam yang sama-sama kecil, tidak mungkin menang. Akibat inilah, adalah calon dari Kristen yang berpasangan dengan calon wakil dari
kenapa kemudian koalisi nasionalis itu lebih banyak memenangkan Islam, tetapi dikualifikasi sebagai putra daerah yang dianggap
pilkada daripada partai-partai Islam. berkomitmen membangun harmoni antara komunitas yang berbeda
Sederhana sekali persoalannya. Tetapi ini juga tidak lepas dari agama. Bahwa kemudian terjadi ledakan-ledakan, itu karena permainan
kecenderungan masyarakat kita. Ternyata masyarakat kita lebih antara elit di sana. Nah, di sinilah, sebenarnya masyarakat bisa
cenderung tidak memilih dan tidak mendukung partai agama. menentukan.
Di beberapa daerah yang menerapkan perda SI, apakah Dan saya kira, di mana-mana, masyarakat tidak suka konflik. Kalaupun
kampanye dengan ‘menjual’ perda SI cukup efektif untuk mereka bisa menerima konflik, mereka berpikir bagaimana konflik
menang? dikelola dengan baik. Salah satu caranya, ya itu, dengan menunjuk
Isu perda syari’ah, saya kira, bukan isu mainstream dari pilkada. Bahkan, pemimpin-pemimpin yang lebih diterima, yang lebih mengutamakan
itu isu sambil lalu saja. Karena kalau survey-survey pribadi saya, bukan kehidupan yang harmoni.
LP3ES, menunjukkan bahwa kecenderungan masyarakat tidak tertarik Masihkah perlu pendidikan politik dalam keadaan begini?
pada isu kebijakan syari’ah , tapi pada basic needs; kemiskinan, korupsi, Oh, pasti. Pendidikan politik ini lebih diarahkan agar terjadi dialog-
bahan pokok, dan seterusnya. Saya kira yang praktis-praktis pada dialog yang lebih rasional antara masyarakat di satu sisi dan elit-elit
umumnya. pemimpin di sisi lain. Juga supaya masyarakat tidak mudah dibodohi
Apakah politik aliran akan mengakibatkan konflik hori- oleh elit pemimpin. Ini untuk konteks pilkada maupun pemilihan-
zontal? pemilihan yang lain.

4 Memang kalau dilihat dari pluralitas masyarakat kita dan berbagai


persoalan yang menjadi bagian dari realitas masyarakat–sektor mo-
Dengan pilkada beserta lika-likunya di atas, bagaimana kira-
kira prospek demokrasi Indonesia ke depan?
NO. 3/TH. I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

„ KOLOM
PILKADA BULUKUMBA;
PARPOL ISLAM MASIH TERTINGGAL
Syamsurijal Ad’han
Staff Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Makassar

KETIKA Otonomi daerah mulai dibuka, khususnya dengan kinerja pemerintah dan juga perbaikan
munculnya Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Th. ekonomi. Meski soal penegakan
1999 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 syariat tetap menjadi salah satu
Th. 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan agendanya, namun kelihatannya dalam berbagai kampanye,
propinsi sebagai daerah otonom, salah satu hal yang signifikan penekanannya lebih pada agenda yang pertama.
seperti dikemukakan Affan Gaffar, adalah rekruitmen politik Fakta ini setidaknya menunjukkan, bahwa masyarakat lebih
lokal dan pemilihan langsung kepala daerah. Dalam konteks melihat program partai atau seorang kandidat, pada sejauh mana
pemilihan langsung ini, proses ‘mendekatkan rakyat’ dengan berkaitan dengan basic need mereka dibanding isu-isu sektarian
pemerintahnya bisa tercipta. Tentu saja peran partai politik dan ideologis. Di Bulukumba, lewat pilkada ini, rakyat telah
dalam hal ini masih sangat diperlukan. Namun partai-partai menunjukkan bahwa problem paling mendasar yang
politik dalam sistem politik seperti ini harus betul-betul bisa seharusnya diselesaikan adalah problem korupsi, perbaikan
mengangkat isu-isu yang moderat dan bersentuhan langsung pelayanan pemerintah, dan problem ekonomi. Sebab dari dulu,
dengan basic need dari rakyat. Bila tidak, maka dia akan kehilangan masyarakat Bulukumba merasakan pelayanan publik yang
massa pendukung. diberikan pemerintah belum layak. Ekonomi masyarakat juga
Inilah yang terjadi dalam beberapa Pilkada di Sul-Sel. Partai- masih terpuruk.
partai Islam yang lebih banyak mengangkat isu-isu ‘Islam Terbukti, Bulukumba adalah daerah yang penduduknya
sendiri’ ternyata gagal mengantar calonnya menjadi pemenang banyak menjadi TKI ilegal ke Malaysia. Ini sejalan dengan
dalam pilkada. Di Luwu Timur yang mendudukkan Hatta pendapat Bachtiar Effendi, bahwa Partai Islam dari dulu sampai
Marakka sebagai Bupati diusung oleh Golkar dan PAN, di sekarang tidak akan dapat meraih suara melebihi 42,5 persen.
Maros yang berhasil mendudukkan calonnya Nadjamuddin Ini disebabkan isu-isu yang diusungnya lebih banyak bermain
sebagai Bupati berasal dari Golkar, demikian halnya di Gowa, di isu sendiri, yaitu syariat Islam dan kepemimpinan Islam,
Ichsan Limpo yang berhasil terpilih juga berasal dari partai dibanding isu-isu yang moderat dan populis. Komentar
Golkar, PDK, dan PAN. Rata-rata yang memenangkan Pilkada Bachtiar ini menanggapi hasil survei Lembaga Survei Indone-
justru berasal dari partai-partai sekuler. Partai-partai Islam di sia (LSI) yang menemukan dari 1.092 responden tidak lebih
tempat-tempat itu meski sudah berkoalisi, tapi tidak dari 10 persen kekuatan partai-partai Islam.
mendapatkan suara signifikan. Hal lain yang menarik dikemukakan, itu terkait isu syariat
Fenomena paling menarik adalah Pilkada di Bulukumba. Islam yang terus didengungkan di Bulukumba ini. Jangan-
Daerah yang dikenal gencar melakukan formalisasi Syari’at jangan apa yang dimaksudkan dengan syariat Islam oleh
Islam (SI), ternyata partai-partai Islamnya belum mendapatkan pemerintah dan partai politik Islam yang mengarah kepada
kepercayaan signifikan dari masyarakat. A. Syukri Sappewali formalisasi SI, ternyata tidak sama dengan pandangan
yang terpilih, ternyata didukung partai ‘sekuler’ yaitu PDIP masyarakat? Sebab di masyarakat, sesungguhnya syariat Islam
dan PKB. Betul, bahwa Syukri juga didukung PBB. Namun adalah apa yang telah mereka praktikkan sehari-hari.
warna Islamnya dalam konteks Bulukumba tidak terlalu Relegiusitas dan keberagamaan mereka, seperti dikatakan Jack
ditonjolkan. Dalam pemilihan ini, Syukri unggul 56.135 suara, Goody, adalah pergulatan mereka dengan pengalaman, tradisi
dari 201.023 suara sah. Adapun A.Syahrir yang didukung dan teks keagamaan. Maka lagi-lagi, ketika partai Islam merasa
beberapa partai Islam, hanya berada di posisi keempat dengan sedang merepresentasikan masyarakat Islam, ternyata yang
40.869 suara. terjadi malah depresentasi. Alih-alih isu syariat Islam yang
Diantara calon-calon Bupati di Bulukumba saat itu, A.Syukri diangkat mendekatkan mereka pada masyarakat, kenyataannya
bersama partai pendukungnya memang lebih getol mereka justru semakin mengalienasi diri, berjarak dengan
menyuarakan soal pemberantasan korupsi dan perbaikan masyarakat.[]

Sambungan dari “Partai Islam Berkoalisi ...” pilihan sistem politik yang harus sama-sama dikembangkan oleh
masyarakat. Nah, kecenderungan berpikir politik semacam ini tidak
Demokrasi Indonesia ke depan akan terus-menerus berproses. Dengan bisa dibendung lagi, sehingga demokrasi menjadi satu keniscayaan.
adanya demokrasi, saya kira, kesempatan masyarakat untuk belajar Persoalannya adalah apakah semua unsur dalam masyarakat, terutama
semakin besar. Memang resikonya besar sekali, karena demokrasi elitnya itu, bisa belajar dari proses demokrasi yang seperti ini? Karena
menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan kadang-kadang tidak maju-tidak maju atau cepat-tidak cepatnya demokrasi berkembang
efektif. Ini proses-proses yang memang harus dilalui.
Tapi saya kira, dari sudut keinginan untuk membangun satu kehidupan
bersama yang melibatkan semua unsur, maka demokrasi adalah satu
ke arah sistem yang lebih matang, akan sangat ditentukan oleh
kemampuan elit itu sendiri untuk bisa mengembangkan satu sistem
politik yang lebih matang, yang lebih dewasa.[]
5
NO. 3/TH. I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

„ RAK BUKU
Islam untuk Keadilan
SOSOK Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memang tidak bisa pengembaraannya mencari-cari
dilepaskan dari soal peace and struggle justice. Usaha untuk perdamaian makhluk bernama negara Islam.
dan keadilan seakan menjadi ruh Gus Dur kapanpun dan di manapun, Pengembaraan itu menunjukkan
di hampir semua tulisannya. Seperti dalam buku Islamku Islam Anda bahwa tidak ada konsep negara
Islam Kita ini, hampir di setiap lembar (tema) nya menyuguhkan Islam yang final.
perjuangan akan perdamaian dan keadilan.
Konsep ekonomi Islam juga
Islamku berati Islam yang difikirkan, yang berasal dari pengalaman hanyalah sebentuk ‘demam
pribadi. Islam jenis ini patut dihargai, tapi juga tidak bisa dipaksakan. syariat’ saja. Hanya menjadikan
Islam anda berarti Islam yang berdasarkan keyakinan, bukan Islam sebagi predikat. Sebaliknya,
pengalaman. Sedangkan Islam kita menyangkut soal nasib Islam di Gus Dur mendukung sistem
masa depan yang harus diperjuangkan dalam kerangka demokratis. ekonomi kerakyatan yang
memihak pada kesejahteraan
Gus Dur yang terkenal akan perjuanganya untuk kaum tertindas amat rakyat. Ekonomi kerakyatan
gerah dengan ideologisasi, formalisasi, dan politisasi Islam sebagai tidak mengedepankan konsep
syariat. Karena ini hanya pemanfaatan Islam sebagai simbol untuk atau bentuk. Bahkan Gus Dur tidak keberatan dengan sistem ekonomi
mewujudkan ambisi. Islam hanya dijadikan alat politik yang kotor. kapitalis (kompetitif, kerja keras), karena fastabiqul khairat, amanat
Hal ini terlihat dengan kegigihan Gus Dur menolak apa yang disebut keadilan yang menjadi semangat Al-Qur’an (Islam) menjadi landasan
negara Islam dan ekonomi Islam. Fakta menunjukkan, ketimpangan percaturan ekonomi.
masih terus terjadi di negara yang menerapkan Islam sebagai ideologi. Berbeda dengan ekonomi kapitalis Barat yang menjadikan persaingan
Para penguasa di negara muslim hampir tidak punya agenda menyudahi sebagai acuan.Tidak memiliki orientasi kerakyatan, apalagi kepedulian
berbagi penindasan. Syariat yang dijadikan hukumpun tak memiliki kepada mereka yang kalah di pasar (mustadh’afin). Dalam fiqh ada
kekuatan untuk menegakkan keadilan. Negara Islam bukan menjadi keharusan yang selalu diulang-ulang Gus Dur, tasharruf al-imam ‘ala ar
jaminan adanya sistem yang memihak rakyat. Gus Dur yang pernah ra’iyyah manuthun bi al-mashlahah (kebijakan dan tindakan pemimpin
menjadi aktivis Ikhwanul Muslimin ini, bahkan merasa sia-sia mengingat harus terkait langsung dengan kesejahteraan rakyat yang dipimpin

Cara Islam Menaungi Demokrasi


NEGARA muslim tak bisa demokratis. Kesimpulan itu bisa jadi komponen bangsa menyikapi
absah. Meski hanya berlaku untuk negara-negara dan periode tertentu. demokrasi itu sendiri.
Negara-negara di Timur Tengah, sebagai contoh, memang kerap
mengalami persoalan dalam mendamaikan ajaran Islam dengan sistem Sikap mereka bahkan terbelah
demokrasi. Sering tidak kompatibel. Tapi tidak dengan negara dengan menjadi tiga. Mereka yang
penduduk muslim terbesar di dunia, yaitu Indonesia. Negara yang tergolong kelompok
berdiri di kawasan Asia Tenggara ini tidak bermasalah dengan tradisionalis moderat, tarekat
demokrasi. Damai-damai saja. Sampai hari ini, ber-Islam sekaligus moderat, dan kaum modernis
berdemokrasi bisa dijalani. moderat, menerima demokrasi
dengan tanpa syarat. NU dan
Ada banyak bukti untuk mendukung opini ini. Pemilu langsung tahun Muhammadiyah masuk dalam
2004 lalu, adalah penanda mutakhir mesranya hubungan Indonesia kategori ini. Kelompok lainnya
dengan demokrasi. Tidak tanggung-tanggung, ada empat pemilihan adalah penerima demokrasi
umum langsung dilakukan. Pertama, DPR, DPRD I, dan DPRD. Kedua, dengan opsi. Mereka menolak
DPD —serupa senator di Amerika Serikat—yang baru pertama kali sebagian dan menerima
ada. Ketiga, presiden dan wakil presiden. Yang terakhir merupakan sebagiannya. Presiden
peristiwa yang tiada duanya di dunia. Amerika Serikat—sang kampiun perempuan, misalnya, tidak
demokrasi—bahkan belum pernah menghelatnya. Hasilnya di luar diterima ormas Persatuan Islam (PERSIS). Dan syari’at Islam dipaksakan
perkiraan. Semuanya untuk tegak di tengah ke-bhinneka-an masyarakat Indonesia oleh
berlangsung relatif damai dan Majelis Mujahidin Indonesia. Partai Keadilan Sejahtera sendiri
bisa dibilang sukses.Yang pal- menerimanya, dengan catatan hanya sebatas prosedural belaka.Terakhir,
ing up to date, tentu saja golongan yang tegas menolak demokrasi. Demokrasi bahkan dianggap
pemilihan kepala daerah sistem pemerintahan yang kufur. Tidak ada kompromi atau negosiasi.
(pilkada) secara langsung Hizbut Tahrir Indonesia dan eks Laskar Jihad masuk kelompok ini.
pula. Sudah ada 200-an Pesantren Gerut di Cianjur juga meyakini hal yang sama dengan alasan
daerah menggelar hajatan berbeda. Demokrasi yang tidak bisa terlepas dari nuansa politik, bagi
demokrasi lima tahunan ini. mereka, mutlak dijauhi. Tidak menghasilkan apapun kecuali
perpecahan di antara umat. Karena itulah, seumur-umur seluruh
Memang, ‘panen raya’ penghuninya memilih golput.
demokrasi tersebut tidak
dituai dalam semalam. Ada Meski berbagai kendala dialami, tapi, toh tak menahan laju Indonesia
proses, termasuk untuk menggelar hajatan demokrasi hasil ijtihad bangsanya sendiri.
pertentangan pendapat di Dan, tak sia-sia. Freedom House—lembaga pengawas kebebasan
6 dalamnya. Di antaranya,
adalah ketaksepahaman para
demokrasi bermarkas besar di AS—mengganjarnya dengan
meningkatkan ranking Indonesia dari partly-free menjadi free di medio
NO. 3/TH. I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

„ PENERBITAN
Newsletter the WAHID
Institute terbit berkala
[hlm. 176]). menyoroti masalah aktual
tentang pilkada. Untuk
Dalam masalah sosial, gagasan pribumisasi Islam menjadi tema sentral. mendapatkan edisi
Ini dapat dilihat dari banyaknya tema yang mengulas persoalan Islam sebelumnya (I & II), hubungi
dan kebudayaan. Pribumisasi Islam adalah upaya memberikan apresiasi redaksi the WAHID Institute
kepada kebutuhan-kebutuhan lokal. Dan bukan usaha atau download di
mencapuradukkan teologis dengan kepercayaan lokal (sinkretisme) www.wahidinstitute.org.
yang selama ini disangkakan.
Buku ini sebenarnya kumpulan tulisan Gus Dur pasca lengser dari
kursi kepresidenan. Tema yang diangkat, tentu tema yang selama ini
menjadi concern Gus Dur. Di antaranya soal Islam, kebudayaan, negara,
keadilan, HAM, perempuan, ekonomi, pendidikan, terorisme, Buletin hasil riset The WAHID
perdamaian, dan masalah internasional. Institute, mengenai Rancangan
KUHP, terkait jaminan
Bahasa yang renyah dan ringan akan membuat masyuk dalam kebebasan beragama di
membacanya.[] Indonesia. Untuk mendapatkan
Ufi Ulfiah, Mahasiswi UIN Jakarta dan warga komunitas SEROJA edisi I-IV, hubungi redaksi the
WAHID Institute atau
download di
Judul Buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita; www.wahidinstitute.org.
Agama, Masyarakat, Negara, Demokrasi
Penulis Abdurrahman Wahid
Pengantar M. Syafi’i Anwar Suplemen hasil kerjasama
Penerbit The WAHID Institute antara The WAHID Institute.
Tahun Terbit 2006 Majalah GATRA, dan The Asia
Jumlah Halaman 411 + xxxvi Foundation. Untuk
Tersedia di Toko Buku Delapan, Jl. Taman Amir Hamzah No 8, Jakarta 10320 mendapatkan arsip selama
Telp: 021-3928233, 3145671, Faks: 021-3928250 setahun, hubungi redaksi the
WAHID Institute atau
download di
www.wahidinstitute.org.

2006. Imbalan yang pantas untuk sebuah ikhtiar dalam meningkatkan


kualitas kebebasan sipil dan pengakuan politik.
Sampai di sini, demokrasi model Indonesia pantas untuk disaluti. Tak
syak, demokrasi a la Indonesia ini adalah demokrasi yang luar biasa. Ia
tak mengekor Timur Tengah, meski mayoritas penduduknya seagama
dengan negara-negara di wilayah itu. Pun Indonesia tidak taqlid buta
(baca: pengikut setia) kepada Barat yang notabene pemilik asli dari
sistem demokrasi. Indonesia punya cara sendiri; mengadaptasikan Suplemen Islam Rahmatan Lil
demokrasi dari berbagai tradisi. Tidak untuk saling mendominasi, ‘Alamiin The WAHID Institute
melainkan saling mengisi. Tidak pula untuk dibenturkan, melainkan kini hadir di Majalah TEMPO
dikawinkan. pada minggu keempat setiap
bulan.
Semua fakta ini terangkum dengan apik dalam buku bertitel Hajatan
Demokrasi; Potret Jurnalistik Pemilu Langsung Simpul Islam Indonesia dari
Moderat Hingga Garis Keras. Buku ini juga diterbitkan dalam edisi Bahasa
Inggris dengan judul A Celebration of Democracy:A Journalistic Portrayal of
Indonesia’s 2004 Direct Elections Amongst Moderate and Hard-line Muslims. Buku ini menyoal fatwa-fatwa
Majelis Ulama Indonesia.
Buku yang diterbitkan atas kerja sama The WAHID Institute, Majalah Ditulis oleh tokoh-tokoh
GATRA, dan The Asia Foundation ini memiliki cara tutur yang lugas muslim Indonesia. Tersedia di
dan mudah dicerna.[] Toko Buku Delapan,
Nurun Nisa Jl. Taman Amir Hamzah No 8,
Jakarta 10320.
Judul Buku Hajatan Demokrasi; Potret Jurnalistik Pemilu Telp: 021-3928233, 3145671,
Langsung Simpul Islam Indonesia dari Moderat Hingga Faks: 062 21-3928250
Garis Keras (edisi Indonesia)
A Celebration of Democracy: A Journalistic Portrayal
of Indonesia’s 2004 Direct Elections Amongst Moderate Arsip Kumpulan Peraturan
and Hard-line Muslims (edisi English) Daerah Diskriminatif
Editor Asrori S. Karni Dapat di download di
Jumlah Halaman ix + 367 hlm (Indonesia) - xxxiv + 327 hlm (English) www.wahidinstitute.org
Tahun Terbit September, 2006 atau hubungi:
Penerbit Kerja sama The WAHID Institute, Majalah GATRA, dan Redaksi the WAHID Institute
The Asia Foundation Jl. Taman Amir Hamzah No 8,
Tersedia di Toko Buku Delapan, Jl. Taman Amir Hamzah No 8, Jakarta 10320
Telp: 021-3928233, 3145671, Faks: 021-3928250
Jakarta 10320.
Telp: 021-3928233, 3145671,
Faks: 062 21-3928250
7
NO. 3/TH. I/AGUSTUS - NOVEMBER 2006

1
3

7 9
4

8 10
1. Orasi Direktur the WAHID InstituteYenny Zannuba 6. Diskusi Dampak Globalisasi dan Hutang Luar Negeri
5 Wahid saat Ulang Tahun The WAHID Institute ke-2 dan
Peluncuran Buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita, Hotel
Terhadap Negara Berkembang. Narasumber Julie Castro,
MD anggota Komite Internasional untuk Penghapusan
Aryaduta, 21-9-2006. Hutang Dunia Ketiga, di the WAHID Institute 10-11-
2. Posko Gus Dur untuk Kemanusiaan menyalurkan bantuan 2006.
untuk korban GempaYogyakarta, 2-6-2006. 7. Penyerahan Rumah Transisi bagi Korban Gempa Jogja oleh
3. Menerima Kunjungan Parlemen Australia. Delegasi yang KH Abdurrahman Wahid dan Direktur the Wahid Institute
datang yaitu Hon Peter Slipper MP, Michael Danby MP, Yenny Zannuba Wahid di Piyungan - Jogjakarta 10-10-
Senator Alan ferguson, Harry Jenkins MP, dan Dr. Anna 2006.
Dacre, 18-9-2006. 8. Seminar dan Workshop Rancangan Kitab Undang-Undang
4. Kelas Reguler Islam dan Pluralisme angkatan II Agustus- Hukum Pidana terkait jaminan kebebasan beragama.
November 2006. Diikuti 25 agamawan Kristen dari Crisis Wisma BPK Jakarta, 6-7 September 2006. Rangkaian
Center Gereja Kristen Indonesia. acara ini telah diselenggarakan di Surabaya, Sukabumi,
5. Peluncuran Buku Hajatan Demokrasi; Potret Jurnalistik Serang, Bandung danYogyakarta.
Pemilu Langsung Simpul Islam Indonesia dari Moderat 9. Direktur Eksekutif the WAHID Institute Ahmad Suaedy
Hingga Garis Keras (edisi Indonesia), dan A Celebration menjadi peserta Round Table Gerakan Muslim Progresif di
of Democracy: A Journalistic Portrayal of Indonesia’s 2004 Bangkok 3-6 September 2006.
Direct Elections Amongst Moderate and Hard-line 10. Direktur Eksekutif the WAHID Institute Ahmad Suaedy

8
Muslims (edisi English) di Jakarta, 21-9-2006. mengikuti Seminar Internasional tentang
6 Peluncuran juga dilaksanakan di Kalimantan Selatan,
Lombok, dan Sulawesi Selatan.
Fundamentalisme di Asia Tenggara di Singapura, 19-21
September 2006.

You might also like