You are on page 1of 2

Buletin the WAHID Institute

Agama dan Keyakinan dalam R–KUHP


Alamat Redaksi: Jl. Taman Amir Hamzah No 8 Jakarta 10320 Indonesia. Telp: +62 21–3928233, 3145671 Faks: +62 21–3928250
E–mail: info@wahidinstitute.org. Web: www.wahidinstitute.org ; www.gusdur.net

Pengantar Redaksi
Salah satu problem krusial dalam
Penodaan Agama dalam
revisi KUHP adalah masalah agama.
Ada kecenderungan, kebijakan
pemerintah dalam masalah agama
senantiasa menimbulkan pro-kontra.
Praktik Peradilan
Hal ini karena kelompok-kelompok
agama di Indonesia mempunyai
(Bagian I)
aspirasi yang bukan saja berbeda, tapi
saling bertentangan. Karena itu,
kelompok-kelompok agama cenderung
ramai-ramai meminjam “tangan
negara” untuk memperjuangkan dan
mengamankan posisinya.
Kecenderungan ini tampak kian jelas
Kasus I
bila kita mengikuti pro-kontra Kasus/Korban:
sejumlah regulasi belakangan ini. HB Jassin: Cerpen “Langit Makin Mendung”
Berikut ini redaksi akan menyajikan Majalah Sastra, Th. VI. No. 8, Edisi Agustus 1968
bagaimana pasal 156a tentang
penodaan agama dipraktikkan untuk
Putusan
menjerat korban. Hal ini penting Satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun karena dianggap
dilihat untuk meneropong siapa sih melakukan penodaan agama (pasal 156a KUHP)
yang dianggap pelaku penodaan
terhadap agama. Dengan itu, kita akan Gambaran Kasus
memperoleh gambaran bagaimana Seorang tokoh bernama Ki Panjikusmin yang menulis cerpen berjudul
pasal tindak pidana terhadap agama “Langkit Makin Mendung” di Majalah Sastra, no. 8 tahun 1968. Cerpen
dan kehidupan keagamaan dalam R- tersebut dianggap melecehkan Islam. Akibatnya ratusan eksemplar
KUHP harus disusun.
majalah Sastra disita di berbagai toko, agen dan pengecer di kota
Dalam nomor ini (dan dua nomor Medan. Berlanjut dengan kantor majalah Sastra didatangi 50 pemuda
berikutnya), redaksi menyajikan kasus hingga dicoret-coret dindingnya dengan segala macam penghinaan.
penodaan agama yang sudah vonis
Misalnya H.B Jassin Kunjuk! (Kunyuk, ejaan lama-red), H.B Jassin Tangan
hakim. Analisis dan komentar akan
disajikan dalam nomor berikutnya. Kotor Gestapu PKI, Ini Kantor Lekra, Majalah Sastra: Anti Islam!, dan
sebagainya.

H.B Jassin selaku redaktur majalah Sastra diseret ke pengadilan. Akan


tetapi di muka pengadilan ia berkeras tidak mengungkap identitas Ki
Pandjikusmin dengan berpegang pada UU Pers 1966. Di pengadilan
H.B Jassin mengaku selama ini hanya berhubungan lewat surat. Ia juga
Dew an R
Dewan edaksi: Yenny Zannuba
Redaksi: mengatakan sang pengarang berprofesi sebagai pelaut. Alamatnya selalu
Wahid, Ahmad Suaedy, berpindah-pindah. Spekulasi bermunculan. Bahkan ada yang berasumsi
Rumadi, Moqsith Ghazali H.B Jassin sendirilah Ki Pandjikusmin. Ki Pandjikusmin sendiri
Redaktur: Gamal Ferdhi, Subhi bukannya tidak tinggal diam. Pengarang misterius ini lewat redaksi
Azhari, Nurul Maarif, Nurun Nisa Harian Kami tertanggal 22 Oktober 1968 mengeluarkan pernyataan
Desain: Widhi Cahya mencabut cerpennya dan menganggapnya tak pernah ada.

Kerjasama The Wahid Institute—Yayasan TIFA No. 3/Juli 2006


Penodaan Agama dalam Praktik Peradilan
(Bagian I)

Kasus II dengan Saleh adalah peristiwa kecil. Saleh hanyalah


tukang kebun di Masjid Nurul Islam, Gebang,
Korban/Kasus Kapongan, Situbondo. Tapi Kiai Zaini rupanya berkukuh
Arsewendo Atmowiloto memerkarakan Saleh ke pengadilan. Keresehan
Angket Majalah Monitor, 1990 masyarakat justru disulut oleh KH Zaini Abdul Aziz.
Setiap pengajian, Kiai Zaini selalu mengekspose kesesatan
Putusan ajaran yang diikuti Saleh. Bahkan surat pernyataan yang
Lima tahun penjara dengan tuduhan penodaan agama dibuat Saleh yang menyatakan bahwa KH As’ad
(pasal 156a KUHP) meninggal tidak baik, difotokopi oleh Kiai Zaini dan
disebarluaskan.
Gambaran Kasus
Tabloid Monitor, Senin 15 Oktober 1990, menurunkan Soal pernyataan Saleh yang menandaskan bahwa KH
hasil angket mengenai tokoh yang paling dikagumi As’ad Syamsul Arifin mati tidak baik atau ta acer,
pembaca. Hasil angket itu menunjukkan Nabi diperoleh Saleh dari seorang Madura yang tak dikenalnya.
Muhammad menempati urutan kesebelas sebagai tokoh Ucapan itu kemudian didengar KH Zaini Abdul Aziz
yang paling dikagumi, satu tingkat di bawah Arswendo dan Saleh diminta untuk membuat pernyataan tertulis
Atmowiloto, pemimpin redaksi Monitor yang menempati tentang pernyataannya itu. Pada saat surat tulisan Saleh
peringkat kesepuluh. Publikasi itu menimbulkan itu diedarkan oleh Kiai Zaini, Saleh dipanggil oleh Habib
kegemparan di kalangan umat Islam. Monitor dianggap Abdurrachman Alkaf. Waktu itu Saleh dimarahi Habib
melecehkan Nabi Muhammad dan membangkitkan Abdurrachman dan disuruh meminta lagi surat
kembali sentimen suku, agama, dan ras. Protes pun gencar pernyataannya itu kepada Kiai Zaini. Tapi Kiai Zaini tidak
dilancarkan pada Monitor, dari Majelis Ulama Indonesia memberikan malah memfotokopi dan menyebarluaskan.
(MUI) hing ga organisasi-organisasi yang Namun setahu saya, keluarga Kiai As’ad tidak ada yang
mengatasnamakan Islam, seperti Himpunan Mahasiswa terpancing emosi oleh surat itu.
Islam (HMI) dan Pemuda Muhamadiyah. Asrwendo
akhirnya ditangkap dan diajukan ke meja hijau. Saleh akhirnya benar-benar ditangkap dan diadili. Yang
menghebohkan, dalam sidang ke lima (10 Oktober 1996),
Dengan makin gencarnya protes terhadap Monitor, terjadi konsentrasi massa di PN Situbondo.Tiba-tiba
pemerintah melalui Menteri Penerangan Harmoko, Selasa terdengan suara “bunuh saleh!!” berulang-ulang.
23 Oktober 1990 membatalkan Surat Ijin Usaha Tindakan brutal baru terjadi seusai sidang. Sebagian massa
Penerbitan Pers-nya. Tak lama, Persatuan Wartawan In- yang tak puas dengan tuntutan jaksa, dan ingin Saleh
donesia cabang Jakarta, mengeluarkan surat yang isinya dihukum mati, mulai melempari gedung pengadilan
memberhentikan Arswendo Atmowiloto dari dengan batu. Suasana jadi kacau. Massa yang sudah kalap
keanggotaan PWI dan mencabut rekomendasi untuk terus mengamuk. Aparat dan para hakim, termasuk
jabatan pemimpin redaksi, tidak hanya untuk Monitor tapi Erman Tanri, ketua PN Situbondo yang keningnya luka
juga untuk majalah Hai. kena lemparan batu, melarikan diri lewat sungai di
belakang gedung PN. Saleh pun diselamatkan ke arah
Kasus III belakang.
Kasus/Korban
Saleh Situbondo, 1996 Entah siapa yang menyulut, ada massa yang berteriak
bahwa Saleh dilarikan ke Gereja Bukit Sion yang
Putusan terletak sekitar 200 meter sebelah barat gedung PN.
Lima tahun penjara dengan tuduhan melakukan penodaan Isu bahwa hakim yang mengadili ada yang beragama
agama (pasal 156a KUHP) Kristen pun merebak. “Padahal, 3 hakim dan jaksa
yang mengadili Saleh, semua beragama Islam,” kata
Gambaran Kasus Er man Tanri. Massa yang marah kemudian
Kepada K.H. Achmad Zaini, pimpinan pondok Nurul membakar mobil di depan gedung PN milik
Hikam, Saleh, seorang penjaga masjid, menyatakan Al- kejaksaan dan anggota Polres, serta sebuah sepeda
lah adalah mahluk biasa dan K.H. As’ad Syamsul Arifin, motor. Akhirnya, gedung PN pun membara. Massa
pendiri pondok pesantren Salafiyah As’syafiiyah, pun bergerak ke Gereja Bukit Sion. Berbekal bensin
Situbondo, dan tokoh NU yang amat dihormati, dari pom bensin di depan gereja dan dari kendaraan-
meninggal tidak sempurna, atau dalam bahasa Madura kendaraan ber motor yang dihentikan, mereka
disebut mate takacer. membakar gereja setelah lebih dulu menguras isinya.
Setidaknya ada 24 gereja terbakar dalam kasus ini.
Kronologisnya cukup panjang. Peristiwa yang berkenaan RUMADI

You might also like

  • Bahasa Indonesia: Ilusi Negara Islam
    Bahasa Indonesia: Ilusi Negara Islam
    Document325 pages
    Bahasa Indonesia: Ilusi Negara Islam
    Pulp Ark
    No ratings yet
  • Ragam Islam Nusantara
    Ragam Islam Nusantara
    Document170 pages
    Ragam Islam Nusantara
    witjak
    78% (9)
  • Factsheet 12
    Factsheet 12
    Document2 pages
    Factsheet 12
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 08
    Factsheet 08
    Document2 pages
    Factsheet 08
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 05
    Factsheet 05
    Document2 pages
    Factsheet 05
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 07
    Factsheet 07
    Document1 page
    Factsheet 07
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 12
    Factsheet 12
    Document2 pages
    Factsheet 12
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 09
    Factsheet 09
    Document2 pages
    Factsheet 09
    witjak
    No ratings yet
  • Nawala VI
    Nawala VI
    Document8 pages
    Nawala VI
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 10
    Factsheet 10
    Document2 pages
    Factsheet 10
    witjak
    No ratings yet
  • Nawala V
    Nawala V
    Document8 pages
    Nawala V
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 07
    Factsheet 07
    Document1 page
    Factsheet 07
    witjak
    No ratings yet
  • Perda
    Perda
    Document9 pages
    Perda
    witjak
    No ratings yet
  • Nawala V
    Nawala V
    Document8 pages
    Nawala V
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 04
    Factsheet 04
    Document2 pages
    Factsheet 04
    witjak
    No ratings yet
  • Perda
    Perda
    Document3 pages
    Perda
    witjak
    No ratings yet
  • Factsheet 02
    Factsheet 02
    Document2 pages
    Factsheet 02
    witjak
    No ratings yet
  • Nawala III
    Nawala III
    Document8 pages
    Nawala III
    witjak
    No ratings yet
  • Perda
    Perda
    Document10 pages
    Perda
    witjak
    No ratings yet
  • Nawala IV
    Nawala IV
    Document8 pages
    Nawala IV
    witjak
    No ratings yet
  • Nawala I
    Nawala I
    Document15 pages
    Nawala I
    witjak
    No ratings yet
  • Nawala IV
    Nawala IV
    Document8 pages
    Nawala IV
    witjak
    No ratings yet
  • Perda
    Perda
    Document10 pages
    Perda
    witjak
    No ratings yet
  • Perda 07-Gowa
    Perda 07-Gowa
    Document4 pages
    Perda 07-Gowa
    Reski Aprianty Pinni
    No ratings yet
  • Perda
    Perda
    Document9 pages
    Perda
    witjak
    No ratings yet
  • Perda
    Perda
    Document3 pages
    Perda
    witjak
    No ratings yet
  • Perda
    Perda
    Document3 pages
    Perda
    witjak
    No ratings yet
  • Perda 07-Gowa
    Perda 07-Gowa
    Document4 pages
    Perda 07-Gowa
    Reski Aprianty Pinni
    No ratings yet
  • Perda.5 Aceh
    Perda.5 Aceh
    Document9 pages
    Perda.5 Aceh
    Erik Baskara
    No ratings yet