Professional Documents
Culture Documents
Pengantar Redaksi
Salah satu problem krusial dalam
Penodaan Agama dalam
revisi KUHP adalah masalah agama.
Ada kecenderungan, kebijakan
pemerintah dalam masalah agama
senantiasa menimbulkan pro-kontra.
Praktik Peradilan
Hal ini karena kelompok-kelompok
agama di Indonesia mempunyai
(Bagian I)
aspirasi yang bukan saja berbeda, tapi
saling bertentangan. Karena itu,
kelompok-kelompok agama cenderung
ramai-ramai meminjam “tangan
negara” untuk memperjuangkan dan
mengamankan posisinya.
Kecenderungan ini tampak kian jelas
Kasus I
bila kita mengikuti pro-kontra Kasus/Korban:
sejumlah regulasi belakangan ini. HB Jassin: Cerpen “Langit Makin Mendung”
Berikut ini redaksi akan menyajikan Majalah Sastra, Th. VI. No. 8, Edisi Agustus 1968
bagaimana pasal 156a tentang
penodaan agama dipraktikkan untuk
Putusan
menjerat korban. Hal ini penting Satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun karena dianggap
dilihat untuk meneropong siapa sih melakukan penodaan agama (pasal 156a KUHP)
yang dianggap pelaku penodaan
terhadap agama. Dengan itu, kita akan Gambaran Kasus
memperoleh gambaran bagaimana Seorang tokoh bernama Ki Panjikusmin yang menulis cerpen berjudul
pasal tindak pidana terhadap agama “Langkit Makin Mendung” di Majalah Sastra, no. 8 tahun 1968. Cerpen
dan kehidupan keagamaan dalam R- tersebut dianggap melecehkan Islam. Akibatnya ratusan eksemplar
KUHP harus disusun.
majalah Sastra disita di berbagai toko, agen dan pengecer di kota
Dalam nomor ini (dan dua nomor Medan. Berlanjut dengan kantor majalah Sastra didatangi 50 pemuda
berikutnya), redaksi menyajikan kasus hingga dicoret-coret dindingnya dengan segala macam penghinaan.
penodaan agama yang sudah vonis
Misalnya H.B Jassin Kunjuk! (Kunyuk, ejaan lama-red), H.B Jassin Tangan
hakim. Analisis dan komentar akan
disajikan dalam nomor berikutnya. Kotor Gestapu PKI, Ini Kantor Lekra, Majalah Sastra: Anti Islam!, dan
sebagainya.