You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Lanjut usia tidak identik dengan pikun (demensia) dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti dialami oleh lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang diderita oleh lansia. Tapi kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin. Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia sering kali terjadi pada lansia yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. Demensia dibagi menjadi dua kategori, yaitu 1. Demensia senilis (>/ 60 tahun), 2. Demensia prasenilis (<60 tahun). Sekitar 56.8 % lansia mengalami demensia dalam bentuk demensia Alzheimer (4 % dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16 % pada usia 85 tahun, dan 32 % pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 30 juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai sebab. Gangguan kognitif salah satunya demensia atau pikun merupakan kumpulan gejala yang menghasilkan kehilangan kemampuan kognitif mencakup daya ingat tentang diri sendiri, orang lain, waktu, tempat, dan aktivitas sehari- hari. Hal ini dapat mengakibatkan para lansia menjadi merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada lansia.

Adapun tujuan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Degeneratif Pada Sistem Neurologi : Parkinson dan

Alzheimersebagai berikut : 1. Tujuan umum : Mahasiswa dapat memahami mengenai Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Degeneratif Pada Sistem Neurologi : Parkinson dan Alzheimer. 2. Tujuan khusus : a. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai Konsep Dasar

GangguanDegeneratif Gangguan Gerontik i : Demensia dan Alzheimer. b. Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan GangguanGerontik Demensia dan Alzheimer.

B.

Metode Penulisan Metode penulisan yang kamu gunakan dalam penyusunan makalah ini

adalah pola deskripsi yakni memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah kami dapat dan pelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang telah kami temukan. Adapun metode penulisan untuk bahan sumber yang kami dapatkan yaitu buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan, konsultasi dengan dosen pembimbing, dan bahan dari internet.

C.

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diawali dengan penulisan bab I yang terdiri dari

pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan teori mengenai Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan Keperawatandengan Gerontik Demensia dan Alzheimer. Bab III, yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan, kemudian diakhiri dengan daftar pustaka.

BAB II TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR MEDIS DEMENSIA A. PENGERTIAN

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari- hari. Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan

beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah keaadaan dimana seseorang mengalami penurunan

kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari- hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari- hari penderita. (Azizah. 2011 ; 81). Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo, 2009). Jadi demensia adalah kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktifitas kehidupan sehari-hari penderita.

B. ETIOLOGI Penyebab demensia yang reversible sangat penting diketahui karena pengobatan yang baik pada penderita dapat kembali menjalankan kehidupan seharihari yang normal. D Drugs (obat)

Obat sedative Obat penenang minor atau mayor Obat anti konvulsan Obat anti depresan Obat anti hipertensi Obat anti aritmia E M Emotional (gangguan emosi, ex :depresi) Metabolik dan endokrin Seperti : DM Hipoglikemi Gangguan ginjal Gangguan hepar Gangguan Tiroid Gangguan elektrolit E N Eye dan ear (disfungsi mata dan telinga) Nutritional Kekurangan vitamin B6 (pellagra) Kekurangan vitamin B1 ( Sindrom wernicke) Kekurangan vitamin B12 (Anemia pernisiosa) Kekurangan asam folat T I Tumor dan trauma Infeksi Ensefalitis oleh virus, contoh : herpes simplek Bakteri, contoh ; oleh pnemokokus TBC Parasit Fungus Abses otak dan Neurosifilis A Arterosklerosis (komplikasi penyakit aterosklerosis misalnya : infark

Keadaan yang secara potensial reversible atau yang bisa dihentikan seperti : Intoksiaksi (obat, termasuk alkohol, dll) Infeksi susunan saraf pusat Gangguan metabolic Gangguan vaskuler (demensia multi- infark)

Lesi Hematoma subdural/ subdural hematoma (SDH) merupakan kelainan bedah saraf umum yang sering memerlukan intervensi bedah. SDH adalah jenis perdarahan intrakranial yang terjadi di bawah duramater dan mungkin terkait dengan cedera

otak l a i n n ya .

Metastase neoplasma Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan , tidak terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus meskipun rangsang yang menimbulkan telah hilang.

Hidrosefalus yang bertekanan normal


Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.

Demensia Non reversible 1. Penyakit degenaratif Penyakit Alzheimer Demensia yang berhubungan dengan badan Lewy Lewy disebabkan oleh pemundaran dan matinya sel-sel saraf di otak. Nama itu berasal dari adanya struktur-struktur abnormal berbentuk bola disebut kumpulan lewy, yang tumbuh dalam sel-sel saraf. Di duga struktur itu ikut menyebabkan kematian sel-sel otak. Orang yang mempunyai demensia dengan kumpulan lewi cenderung melihat sesuatu yang tidak ada (halusinasi visual), mengalami kekakuan atau gemetar

(parkinsonisme) dan kondisi mereka cenderung berubah-ubah secara cepat, sering dari jam ke jam atau dari hari ke hari. Gejala itu memungkinkan dibedakannya penyakit ini dari penyakit Alzheimer. Demensia dengan kumpulan Lewy kadang-kadang muncul bersamaan dengan penyakit Alzheimer dan/atau demensia Vaskuler. Mungkin sulit untuk

membedakan demensia dengan kumpulan Lewy dari penyakit Parkinson dan orang dengan penyakit Parkinson menderita demensia yang serupa dengan yang terlihat pada demensia dengan kumpulan Lewy. Penyakit Pick Penyakit Niemann-Pick adalah suatu penyakit keturunan dimana terjadi kekurangan suatu enzim khusus yang

mengakibatkan penimbunan sfingomielin (hasil metabolisme lemak) atau terdapat penimbunan kolesterol yang abnormal.

Penyakit Huntington Penyakit Huntington adalah penyakit turunan disebabkan oleh kemunduran otak yang terjadi berangsur-angsur dan

menimbulkan efek pada pikiran dan tubuh. Penyakit ini biasanya muncul antara umur 30 dan 50 tahun dan ditandai dengan menurunnya kemampuan berpikir dan gerakan-gerakan anggota badan atau otot wajah yang tidak teratur dan tidak terkendali. Gejala-gejala lain termasuk perubahan kepribadian, gangguan ingatan, berkata-kata tidak jelas, pertimbangannya terganggu dan ada masalah kejiwaan. Tidak ada pengobatan untuk menghentikan jalannya penyakit, tetapi obat-obatan dapat mengendalikan penyakit-penyakit yang mempengaruhi gerakan tubuh dan juga gejala-gejala kejiwaan. Demensia terjadi pada sebagian besar kasus penyakit Huntington. Kelumpuhan supranuklear progresif Kelumpuhan Supranuklear Progresif menyebabkan kekakuan otot, ketidakmampuan untuk menggerakkan mata dan

kelemahan pada otot tenggorokan. Penyakit Parkinson Penyakit Parkinson adalah penyakit sistem syaraf yang terjadi berangsur-angsur, ditandai dengan gemetar, kaku pada anggota-anggota badan dan persendian, kesulitan berbicara dan kesulitan memulai gerakan fisik. Pada tahap lanjut dari penyakit ini sebagian orang akan terkena demensia. Obatobatan mungkin dapat meringankan gejala fisik, tetapi dapat menimbulkan efek sampingan yang dapat termasuk halusinasi, delusi (anggapan yang salah), kebingungan yang bertambah secara sementara dan gerakan-gerakan tidak normal.

2. Penyakit Vaskuler Penyakit Demensia Vaskuler Demensia Vaskuler adalah istilah umum untuk demensia yang berkaitan dengan masalah sirkulasi darah ke otak dan merupakan bentuk paling umum kedua dari demensia. Ada

beberapa jenis demensia Vaskuler. Dua jenis yang paling umum adalah demensia Multi-infarct dan penyakit

Binswanger. Demensia Multi-infarct disebabkan oleh sejumlah serangan otak (stroke) ringan, disebut ministroke atau Transient Ischaemic Attack (TIA) dan mungkin merupakan jenis yang paling umum dari demensia vaskuler. Penyakit Binswanger Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai demensia vaskuler subkortikal) dihubungkan dengan perubahan di otak yang disebabkan oleh serangan otak. Penyakit ini disebabkan oleh tekanan darah tinggi, penebalan pembuluh nadi dan aliran darah yang tidak cukup. Embolisme serebral Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Arteritis Arteritis Temporalis (Giant Cell Arteritis, Arteritis Sel Raksasa) adalah penyakit peradangan menahun pada arteriarteri besar. Anoksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat intoksikasi karbon monoksida 3. Demensia Traumatic Perlukaan kranio-serebral Demensia pugilistika Demensia Pugilistika adalah gangguan daya ingat konsentrasi serta perubahan kepribadian yang diakibatkan oleh kontusio serebral berulang, seperti yang dialami oleh para petunju. Dapat timbul gejala serebral, piramidal, dan ekstrapiramidal, dengan perubahan neuropatologis di daerah septum, substansia grisea temporal tengah, dan jaras nigra serta serebelar.

4. Infeksi Demensia pasca ensefalitis

C. KARAKTERISTIK DEMENSIA Menurut John (1994) bahwa lansia yang mengalami demensia juga akan mengalami keadaan yang sama seperti orang depresi yaitu akan mengalami deficit aktivitis kehidupan sehari- hari (AKS). Gejala yang sering menyertai demensia adalah a. Gejala awal Kinerja mental menurun Fatique Mudah lupa Gagal dalam tugas

b. Gejala lanjut Gangguan kognitif Gangguan afektif Gangguan perilaku

c. Gejala Umum Mudah lupa Aktivitas sehari- hari terganggu Disorientasi Cepat marah Kurang konsentrasi Resti jauh

D. PATOFISIOLOGI Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.

Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisikondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. (Boedhi-Darmojo, 2009).

E. TAHAPAN DEMENSIA Penyakit alzheimer dan penyakit lain yang menyebabkan

demensia dikenal dengan keanekaragaman perjalanan penyakitnya, munculnya dan berkembangnya gejala. 1. TAHAP AWAL perubahan alam perasaan atau kepribadian gangguan penilaian dan penyelesaian masalah konfusi tentang tempat (tersesat pada saat akan ke toko) konfusi tentang waktu keslitan dengan angka, uang, dan tagihan anomia ringan menarik diri atau depresi

2.

TAHAP PERTENGAHAN gangguan memori saat ini dan masa lalu anomia, agnosia, apraksia, afasia ganguan penilaian dan penyelesaian masalah yang parah

konfusi tentang waktu dan tempat semakin memburuk gangguan persepsi kehilangan pengendalian impuls ansietas, gelisah, mengeluyur, berkeras hiperoralitas kemungkinan kecurigaan, delusi, atau halusinasi konfabulasi gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar mulai terjadi inkontinensia gangguan siklus tidur bangun

3. TAHAP AKHIR gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan temantemannya gangguan komunikasi yang parah (dapat menggerutu, mengeluh, atau menggumam) sedikitnya kapasitas perawatan diri inkontinensia kandung kemih dan usus kemungkinan menjadi hiperoral dan memiliki tangan yang aktiv penurunan nafsu makan, disfasia dan resiko aspirasi depresi sistem imun yang menyebabkan meningkatnya resiko infeksi gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot dan paratonia refleks menghisap dan mengemgam menarik diri gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu tidur

F. KLASIFIKASI DIMENSIA a. Demensia Senilis Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan metabolisme dan O2 yang menyertainya merupakan penyebab kelainan anatomis di otak. Pada banyak orang terdapat kelainan aterosklerosis seperti juga terdapat pada demensia senilis, tetapi tidak ditemukan gejala- gejala demensia. Otak mengecil terdapat suatu atrofi umum, terutama pada daerah frontal. Yang penting ialah jumlah sel berkurang. Kadangkadang ada kelainan otak yang jelas, tetapi orang itu tidak psikotik, sebaliknya pada orang yang sudah jelas demensia kadang- kadang ada sedikit kelainan pada otak, jadi tidak selalu ada korelasi antara besarnya kelainan histology dan beratnya gangguan intelegensi. 1. Gejala Biasanya sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala- gejala yang jelas untuk membuat diagnosa demensia senilis. Penyakit jasmaniah atau gangguan emosi yang hebat dapat mempercepat kemunduran mental. Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal hal yang baru terjadi, merupakan gejala dini, juga kekurangan ide- ide dan gaya pemikiran abstrak. Yang menjadi egosentrik dan egoistic, lekas tersinggung dan marah- marah. Kadang- kadang timbul aktivitas seksual yang berlebihan atau yang tidak pantas, sesuatu tanda control berkurang atau usaha untuk kompensasi psikologis. Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap pakaian dan rupanya. Ia menyimpan barang- barang yang tidak berguna, mungkin timbul waham bahwa ia akan dirampok, akan dirancuni atau ia miskin sekali atau tidak disuka orang Orientasi terganggu dan ia mungkin pergi dari rumah dan tidak mengetahui jalan pulang.

Penilaiannya berkurang sehingga ia dapat menyukarkan dan membahayakan lalu lintas di jalan. Ia mungkin jadi korban penjahat karena ia mudah diajak, umpamanya dalam hal penipuan dan sex

Bnayak menjadi gelisah waktu malam, mereka berjalan- jalan tak bertujuan dan menjadi destruktif. Mungkin timbul delirium waktu malam, ini karena penglihatan yang terbatas di waktu gelap bila penderita dengan demensia senilis ditaruh dalam kamar yang gelap, maka akan timbul disorientasi.

Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu, maka makin lama makin banyak ia lupa, sehingga penderita hidup dalam alam pikiran sewaktu ia masih muda atau masih kecil.

Gejala jasmani : kulit menjadi tipis, keriput, dan atrofis, BB mengurang, atrofi pada otot- otot, jalannya menjadi tidak stabil, suara kasar, dan bicaranya jadi pelan, dan tremor pada tangan dan kepala.

Gejala psikoogis : sering hanya terdapat tanda kemunduran mental umum (demensia simplek). Tetapi tidak jarang juga terjadi kebingungan dan delirium, atau depresi atau serta agitasi. Ada yang menjadi paranoid. Pada presbiofrenia terutama dapat gangguan ingatan serta konvabu; lasi dan dapat dianggap sebagai satu jenis demensia senilis dan beberapa gejala yang menonjol dan sedikit lebih cepat.

2. Prognosa Tidak baik jalannya penyakit progesif, dimensia makin lama makin berat sehingga akhirnya penderita hidup secara vegatif saja walaupun demikian penderita dapat hidup selama 10 tahun atau lebih setelah gejala-gejala menjadi nyata.

3. diagnosa Perlu dibedakan dari arterosklerosa otak, tetapi kedua hal ini tidak jarang terjadi bersama-sama. Pada melakonlia involusi tidak didapati tanda-tanda dimensia, kadang-kadang sindroma otak organik, karena uremia, anemia, payah jantung atau penyakit paru-paru dapat serupa psikosa senilis.

4. pengobatan a. pertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikan dan cobalah memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang, tercapainya sesuatu dan di hargai b. kamarnya jangan gelap gulita dan letakkan barang-barang yang sudah ia kenal sejak dulu untuk mempermudah orientasinya. B. Demensia Presenilis Gangguan ini gejala utamanya ialah seperti sebelum masa senile akan dibedakan menjadi dua macam demensia presenilis yaitu: G. PENANGANAN PASIEN DEMENSIA

Tindakan- tindakan yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi pasien demensia ialah seabgai berikut: a. Terapi obat dengan pengawasan dokter. b. Intervensi non obat: 1. Intervensi lingkungan Penyesuain fisik ( bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia). Penyesuaian waktu ( membuat jadwal rutin) Penyesuaian lingkungan malam hari ( mandi air hangat, tidur teratur).

Penyesuaian indera ( mata, telinga) Peyesuaian nutrisi ( makan makanan gizi seimbang)

2. Interbvensi perilaku Wandering a. Yakinkan dimana keberadaan pasien b. Berikan keluasan bergerak di dalam dan di luar rumah c. Gelang pengenal hendaya memory Agitasi dan agresifitas Hindari situasi yang memprofokasi Hindari argumentasi Sikap kita tenang dan mantap Alihkan perhatian dan kenal lain

Sikap dan pertanyaan yang berulang Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian. Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan alihkan ke hal yang menarik. Perilaku seksual yang tidak wajar atau sesuai Tenang dan bimbing pasien ke ruang pribadi Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah pakaian atau selimut untuk menutup badannya. Bantu gunakan baju kembali. 3. Intervensi Psikologis a. Resiko terapi individual b. Resiko terapi kelompok c. Resiko terapi keluarga

4. Intervensi untuk Care Giver ( pengasuh) diperlukan : a. Dukungan mental b. Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian c. Kemampuan menerima kenyataan 5. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi mudah lupa : a. Lakukan latihan terus menerus, berulang ulang b. Tingkatkan perhatian c. Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada dalam otak 6. Aktivtas keagamaan 7. Mengembangkan hobi yang ada seperti melukis, memasak, main musik, berkebun, potografi.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIKDENGAN GANGGUAN:DEMENSIA DAN ALZHEIMER MAKALAH diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Sistem Gerontik Program Studi S1 Keperawatan

Oleh Ester Rini Anggraini Ferina Santi Gregoriana Buke Bataona Jeni Veronika Sinurat Maria Yuni Oktavianus Supriadi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS BANDUNG 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Degeneratif Pada Sistem Neurologi : Parkinson dan Alzheimer. Pembuatan makalah ini, dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam mencapai tujuan mata ajar Asuhan Keperawatan Sistem Neurologisehingga para mahasiswa mampumeningkatkan wawasan dan pengetahuannya. Penulisan isi makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih perlu dikembangkan lebih lanjut lagi sebagaimana mestinya, mungkin hal ini dikarenakan faktor kemampuan dan lain sebagainya yang menghambat proses pembuatannya, namun untuk memenuhi tugas dengan dosen Ns. Friska Sinaga, S.Kep ini, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan isi dari makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna dalam proses pembelajaran. Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA Azizah, Lilik Maarifatul. 2011. Keperawtan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu Stenli, Mickley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC

You might also like