You are on page 1of 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan data statistik Foods and Agriculture Organization (FAO) tahun 2009, kekurangan gizi di dunia mencapai 1,02 milyar orang yaitu kira-kira 15% populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi. Kira-kira setengah dari10,9 juta anak yaitu kira-kira 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi. Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali berisiko mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar (Litbang dalam Tesis USU, 2011). Soetjiningsih (1995) menjelaskan bahwa dampak jangka pendek dari kasus gizi buruk adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara serta gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang dari kasus gizi buruk adalah penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, serta gangguan penurunan rasa percaya diri. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kasus gizi buruk apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat mengancam jiwa, dan pada jangka panjang akan mengancam hilangnya generasi penerus bangsa.

1.2. Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien malnutrisi. 1.2.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui konsep teori tentang malnutrisi. 2. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien malnutrisi. 3. Untuk mengetahui rumusan diagnose keperawatan pada pasien malnutrisi. 4. Untuk mengetahui tujuan intervensi keperawatan pada pasien malnutrisi. 5. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada pasien malnutrisi. 6. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien malnutrisi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Malnutrisi Definisi malnutrisi menurut Oxford Medical Dictionary adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup. Malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya mal absorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Rani, 2013). Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.

2.2 Etiologi Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Selain itu, malnutrisi bisa disebabkan apabila asupan kalori yang berlebih dari kebutuhan harian, dan mengakibatkan penyimpangan energi dalam bentuk bertambahnya jaringan adiposa. Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energi protein (kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor), malnutrisi vitamin, mineral, dan obesitas (Lita, 2012).

2.3. Macam-Macam Malnutrisi Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energi protein (kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor), malnutrisi vitamin, mineral, dan obesitas (Lita, 2012).

2.4. Malnutrisi Kurang Energi Protein 2.4.1. Pengertian KEP KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Malnutrisi energy protein dapat primer, karena asupan protein dan atau sumber energy yang tidak memadai, atau sekunder karena penyakit yang mengganggu asupan atau penggunaan zat gizi atau penyakit yang meningkatkan kebutuhan zat gizi atau kehilangan metabolic, seperti keganasan , malabsorbsi usus, penyakit peradangan usus besar, AIDS dan gagal ginjal kronik (Isselbacher et all, 1997).

Tabel 2.4.1 Tabel Kebutuhan Energi Harian UMUR 0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun ENERGI 550 650 1000 1550 1800

Sumber : http://www.gizi.net)

2.4.2. Patofisiologi KEP


Ekonomi, Pendidikan, Pengetahuan Kelainan bawaan, infeksi kronis, kelainan pencernaan dan metabolik

Peningkatan kebutuhan nutrisi, penyerapan nutrisi menurun, peningkatan kehilangan nutrisi

Penurunan asupan nutrisi

Pembakaran cadangan karbohidrat, lemak dan protein melalui proses katabolik Stress katabolik Defisiensi protein

2.4.3 Jenis Malnutrisi KEP 2.4.3.1 Marasmus a. Pengertian Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada balita. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori (Kliegman et all, 1996) Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.

b. Manifestasi Klinis Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Menuut Kliegman et all (1996) manifetasi klinik pada marasmus diawali adanya kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Atrofi otot juga terjadi pada kasus ini Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Suhu tubuh subnormal, nadi lambat, dan angka metabolisme basal cenderung menurun . Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Badan kurus kering tampak seperti orangtua Lethargi Irritable Kulit keriput (turgor kulit jelek) Ubun-ubun cekung pada bayi Jaringan subkutan hilang

8. 9.

Malaise Kelaparan

10. Apatis

c. Patofisologi Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk

menggunakan karbohidrat, protein, dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, tetapi kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat

sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah

beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri untuk mencegah terjadi katabolisme protein lagi setelah kira-kira kehilangan protein separuh dari tubuhnya.

2.4.3.2 Kwashiorkor a. Pengertian Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak cukup (Kliegman et all, 1996). Berbeda dengan marasmus, yaitu disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.

b. Manifestasi Klinis Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-Kwashiorkor, antara lain: 1. Gagal untuk menambah berat badan 2. Pertumbuhan linear terhenti 3. Oedem menyeluruh (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit) 4. Diare yang tidak membaik 5. Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo). 6. Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut. 7. Penurunan masa otot 8. Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi. 9. Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia. 10. Pada keadaan akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma dan berakhir dengan kematian.

c. Patofisiologi Kekurangan protein dalam makanan menyebabkan asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh tidak adekuat. Asam amino essensial dalam serum diperlukan untuk sintesis dan metabolisme, terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel. Semakin

berkurangnya asam amino menyebabkan pembentukan kurangnya albumin oleh hepar (hipoalbuminemia). Berkurangnya produksi albumin menyebabkan depigmentasi yaitu kulit akan tampak bersisik dan kering. Selain itu, peran albumin adalah untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid. Hipoalbuminemia menyebabkan tekanan osmotik koloid menurun sehingga cairan akan berpindah dari intravaskuler kompartemen ke interstitial kemudian timbul edema.

2.4.3.3 Marasmik-Kwashiorkor Merupakan gabungan antara marasmus dan kwashiorkor

2.4.3.4 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Fisik a. Mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (kilogram) dibagi dengan TB (meter) c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak

dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan Atas (LLA) untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak). 2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit,Hb, Ht, transferin.

2.4.3.5 Pencegahan Tindakan pencegahan dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. 1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. 2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas 3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan

kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan

4. Pemberian imunisasi 5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap. 6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjangPemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan

2.4.3.6 Pengobatan Prinsip pengobatan kwashiokor adalah : 1. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologi tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral. 2. Makanan harus mudah dicerna dan diserap 3. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah. 4. Penanganan terhadap penyakit penyerta 5. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi tambahan. Prinsip pengobatan marasmus adalah :

2.4 Malnutisi Vitamin 2.4.1. Vitamin Larut Lemak Vitamin adalah nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk berbagai peran dalam tubuh manusia. Vitamin dibagi menjadi dua kelompok: yang larut dalam air (B kompleks dan C) dan larut dalam lemak (A, D, E dan K). Tidak seperti vitamin yang larut dalam air yang perlu diganti secara teratur dalam tubuh, vitamin yang larut dalam lemak disimpan dalam jaringan hati dan lemak, dan dibuang jauh lebih lambat dari vitamin yang larut dalam air.

Karena vitamin yang larut dalam lemak disimpan untuk waktu yang lama, mereka umumnya menimbulkan risiko lebih besar untuk toksisitas dari vitamin yang larut air bila dikonsumsi berlebihan. Makan diet seimbang yang normal tidak akan menyebabkan toksisitas pada individu yang sehat. Namun, mengkonsumsi suplemen vitamin yang mengandung mega dosis vitamin A, D, E dan K dapat menyebabkan keracunan. Pada anak, beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan vitamin. Hal ini sering terjadi pada ibu hamil dan bayi dengan kekurangan asupan vitamin yang adekuat dalam makanan yang dikonsumsi. 2.4.1.1 Vitamin A (Retinol) Fungsi dari vitamin A adalah memenuhi kebutuhan komponen dalam pembentukan pigmen rhodopsin (vision purple), membentuk dan memelihara jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi, membantu pertumbuhan spermatogenesis, membantu pembentukan tiroksin, dan sebagai antioksidan. Sumber vitamin A dapat terbentuk secara alamiah, seperti hati, ginjal, minyak ikan, susu, dan kuning telur. Sumber lain yang terbentuk dari provitamin A (carotene), seperti wortel, kentang, bayam, kubis, brokoli, labu, apricot, dan lainnya. Defisiensi vitamin A dapat mengakibatkan a. Rabun senja b. Keratinisasi pada epitel c. Xecroftalmia d. Phrynoderma (kulit kasar) e. Pengeringan pada respiratori, gastrointestin dan saluran genitourinary f. Enamel gigi rusak g. Pertumbuhan terhambat h. Gangguan pembentukan tulang i. Penurunan pembentukan tiroksin j. Penurunan resistensi terhadap infeksi.

10

Tanda awal pada anak dengan defisiensi vitamin A dilihat dengan adanya : a. Iritabilitas b. Anoreksia c. Pruritus d. Fisura pada sudut hidung dan bibir e. Kulit kering. Kondisi kelebihan vitamin A ditandai dengan adanya : a. Hepatomegali b. Jaundice c. Pertumbuhan terlambat d. Mencapai berat badan rendah e. Penebalan korteks di sepanjang tulang disertai nyeri dan kelemahan f. Bengkak keras lunak pada ekstremitas dan tulang g. Oksiput tengkorak. h. Kelebihan vitamin A juga dapat menyebabkan lahir cacat jika asupan vitamin A berlebih pada masa kehamilan. Penanganan pada anak dengan kekurangan vitamin A, antara lain: a. Anjurkan konsumsi makanan kaya vitamin A, seperti susu sapi (setelah 12 bulan) b. Sebagai pengurangan konsumsi susu, anjurkan makanan kaya vitamin A c. Pastikan asupan adekuat pada bayi prematur d. Anjurkan keluarga menggunakan suplemen yang aman untuk anak dengan campak e. Cegah tingkat keparahan dari bronkopulmonar dysplasia pada bayi prematur (pengaruh pertumbuhan sel epitel pada saluran

pernapasan)

11

f. Penanganan pada anak dengan kelebihan vitamin A, antara lain: 1. Tekankan koreksi pengunaan suplemen vitamin dan potensial bahaya berlebih 2. Evaluasi kebiasaan makan anak untuk menghitung kira-kira asupan; jika kelebihan, hindari sumber suplemen 3. Anjurkan keluarga pada karotin alamiah yang tidak berbahaya; tindakan menghindari kelebihan buah dan sayuran yang terpigmentasi, khususnya wortel; warna kulit kembali normal dalam 2 sampai 6 minggu.

2.4.1.2 Vitamin D2 (Ergocalciferol) dan Vitamin D3 (Cholecalciferol) Vitamin D mempunyai fungsi untuk mengabsorpsi kalsium dan fosfor, dan menurunkan eksresi fosor pada ginjal. Sumber vitamin D yaitu sinar matahari, minyak hati ikan Cod, mackerel, salmon, tuna, dan sarden. Sumber lain dari makanan yang diperkaya vitamin D, antara lain susu, produk dari susu, sereal yang diperkaya vitamin D, dan beberapa minuman untuk sarapan. Tanda kekurangan vitamin D pada anak yaitu rickets dan rachitic tetany (kejang), dan beberapa tanda pada bagian tubuh, antara lain: a. Kepala: Craniotables (perlunakan pada bagian kranial tulang, bagian tulang frontal menjadi tinggi), perubahan bentuk (tengkorak rata dan terdapat cekungan di bagian tengah), terlambatnya penutupan fontanel. b. Dada: Rachitic rosary (perluasan pada penghubung

costochondral rusuk), Harrison groove (cekungan horizontal pada bagian bawah tulang rusuk), pigeon chest (bentuk tonjolan keluar pada sternum). c. d. e. Tulang belakang (spine): kyphosis, scoliosis, lordosis Abdomen: konstipasi, perut buncit/gendut Ektremitas: lengan dan kaki menekuk, kaki pengkar keluar, saber shins, sendi panggul tidak stabil, perubahan bentuk pada pelvis, pelebaran pada epifisis di akhir tulang panjang

12

f.

Gigi: perlambatan kalsifikasi, khususnya gigi permanen Kelebihan vitamin D dapat mengakibatkan osteoporosis pada tulang panjang, peningkatan kalsium dan fosfor dalam serum, dan kalsifikasi pada jaringan lunak, seperti ginjal, paru, kelenjar adrenal, pembuluh darah (hipertensi), jantung, lapisan gaster, membrane timpani (tuli). Berdasarkan kondisinya, kelebihan vitamin D dapat ditandai

dengan: a. Akut: vomiting, dehidrasi, demam, kram abdomen, nyeri tulang, kejang, dan koma b. Kronik: lemah, ketelambatan mental, anoreksia, gagal tumbuh, kehausan, urinary urgency, polyuria, vomiting, diare, kram abdomen, nyeri tulang, fraktur patologi. Kelebihan vitamin D dapat dilakukan penanganan dengan diet rendah kalsium selama awal terapi. Pada anak dengan kekurangan vitamin D penanganannya adalah: a. Anjurkan konsumsi makanan kaya vitamin D, khususnya susu sapi yang telah difortifikasi (usia > 12 bulan) b. Anjurkan penggunaan suplemen vitamin D dengan usia 2 bulan pada semua jenis bayi c. d. Observasi kemungkinan overdosis dari suplemen Jika ditentukan, awasi penggunaan tepat alat bantu atau penyangga tubuh (splints dan braces)

2.4.1.3 Vitamin E Vitamin E dalam tubuh mempunyai fungsi dalam membantu produksi sel darah merah dan melindungi dari hemolysis, memelihara integritas otot dan hati, sebagai koenzim faktor dalam jaringan respiratori, meminimalisir oksidasi dari asamlemak poliunsaturasi dan vitamin A dan C dalam saluran dan jaringan intestin. Adapun sumber vitamin E adalah minyak sayur, minyak gandum, susu, kuning telur, ikan, padi, kacang, polong-polongan, bayam, dan brokoli.

13

Kekurangan vitamin E pada anak akan mengakibatkan terjadinya : 1. 2. Anemia Hemolitik dari hemolysis yang disebabkan oleh masa hidup sel darah merah yang pendek, khususnya pada bayi prematur; nekrosis focal pada jaringan. 3. Sedangkan kelebihan vitamin E hanya sedikit yang diketahui, seperti kurang toksik daripada vitamin larut lemak lain. Penanganan untuk kekurangan vitamin E pada anak, antara lain: 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi prematur; bisa juga membutuhkan suplemen 2. Berpotensi sebagai antioksidan dalam fungsi imunitas,

pencegahan atau meminimalisir keparahan dari retinopati dan pencegahan anemia hemolitik, bronkopulmonar displasia, dan perdarahan intrakranial.

2.4.1.4. Vitamin K Fungsi vitamin K dalam tubuh sebagai katalisator untuk memproduksi protrombin dan pembekuan darah faktor II, VII, IX, dan X di hati. Sumber vitamin K adalah daging babi, sayuran hijau, kubis, tomat, kuning telur, dan keju. Kekurangan vitamin ini pada anak ditandai dengan adanya perdarahan. Sedangkan kelebihan vitamin ini dapat mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik pada individu yang mengalami defisiensi pada dehydrogenase glukosa 6-fosfat. Penanganan pada anak dengan kekurangan vitamin K yaitu dengan: 1. Pemberian profilaksis untuk semua bayi yang baru lahir

14

2.

Indikasi lain termasuk penyakit intestin, tidak adanya empedu, terapi antibiotic yang diperpanjang; hal ini memungkinkan penggunaan manajemen pembekuan darah sewaktu antikoagulan seperti warfarin (Coumadin) dan dicumarol

(bishydroxycoumarin), merupakan antagonist vitamin K yang digunakan.

2.4.2 Vitamin Larut Air Substansi yang terdapat di dalam tubuh manusia terdiri dari vitamin, mineral, lemak dan beberapa substansi lainnya. Tubuh manusia

membutuhkan sedikitnya 13 jenis vitamin, yang terdiri dari vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air. Vitamin larut dalam air adalah vitamin B complex dan vitamin C. 2.4.2.1. Vitamin B kompleks Vitamin B kompleks terdiri dari vitamin Thiamin (B1), Riboflavin (B2), Niacin (B3) Pantothenic Acid (B5), Pyridoxine (B6), Biotin (B7) and Folic Acid (B9) and Cyanocobalamin (B12, Jathar, R., 2010). Masing-masing jenis vitamin ini memiliki manfaat dan fungsi bervariasi terhadap tubuh manusia. Ketidakseimbangan asupan vitamin bisa mengakibatkan gangguan fungsi pada organ tubuh manusia. Berikut akan dijelaskan beberapa manfaat dari setiap vitamin B kompleks, di antaranya: a. Perubahan bentuk karbohidrat menjadi glukosa dan energi di dalam tubuh b. c. d. Sintesis DNA dan RNA Mengatur fungsi kelenjar adrenal Menjaga keseimbangan sekresi hormone dan regulasi enzim sistem saraf e. f. Pemecahan lemak dan metabolisme lemak Berperan dalam menjaga kesehatan rambut, kuku, mata dan kulit

15

g.

Berperan dalam menjaga kesehatan sistem saraf pusat (SSP) dan mencegah beberapa kondisi gangguan mental seperti depresi, fatigue, letargi, gangguan konsentrasi, iritabilitas, stress, dan cemas.

Konsumsi vitamin B kompleks dalam jumlah berlebih dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan, di antaranya : diare, keram perut, bloating, beberapa masalah kesehatan terkait kesehatan saluran pencernaan, insomnia, masalah pada mata, mulut tereasa pahit, defisiensi kalsium, hiperaktifitas, peningkatan tingkat keparahan gangguan mental tertentu seperti depresi dan iritabilitas, mengurangi metabolism dan absorpsi nutrisi. Beberapa efek samping ketidakseimbangan konsumsi vitamin B kompleks diantaranya: anemia, tekanan darah rendah, sakit kepala, jantung berdebar, edema, nyeri sendi, gatal, kemerahan pada kulit, kehilangan nafsu makan, dan beberapa efek samping lain.

2.4.2.2. Vitamin C Vitamin C (asam askorbat) yang merupakan vitamin tidak larut dalam lemak memiliki beberapa manfaat (Wong, 2002), diantaranya: a. b. c. d. Penting untuk pembentukan kolagen Meningkatkan absorpsi zat besi untuk pembentukan hemoglobin Mendorong konversi asam folat menjadi asam folinik Memengaruhi sintesis kolesterol dan konversi prolin menjadi hidroksiprolin e. Bahan antioksidan (menjaga vitamin lain agar tidak mengalami oksidasi). Vitamin C bersumber dari beberapa jenis makanan, seperti buah jeruk, stroberi, tomat, kentang, kol, brokoli, kembang kol, cabai hijau, bayam, papaya, mangga, belewah, semangka, jus buah yang diperkaya. Kekurangan atau kelebihan vitamin C dapat berakibat pada gangguan beberapa fungsi, meliputi gangguan pada system musculoskeletal, gangguan pada gusi, dan beberapa masalah kesehatan. Gangguan pada

16

system musculoskeletal berakibat pada perdarahan otot dan sendi, pseudoparalisis akibat nyeri, pembengkakan sendi, benjolan

kostokondrial (skorbutikrosary). Gangguan pada gusi mengakibatkan gusi lunak, rapuh, bengkak, mudah berdarah, warna hitam atau merah kebiruan, gigi goyang dan tanggal. Beberapa gangguan kesehatan lainnya berupa iritasi, anoreksi, gelisah, nyeri, menolak bergerak, posisi seperti katak ketika telentang (pose Skorbutik), munculnya tanda anemia, proses penyembuhan luka lambat, dan menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Penatalaksanaan terhadap gangguan keseimbangan vitamin C terdiri dalam beberapa cara. Berikut akan dijelaskan beberapa cara

penetalaksanaan anak dengan gangguan keseimbangan vitamin C: 1. Kaji sumber vitamin pada diet bayi, terutama jika sumber diet utama berasal dari susu 2. Tekankan tentang pentingnya menerapkan teknik memasak dan teknik penyimpanan makanan 3. Cuci sayuran dengan benar, jangan pernah merendam sayuran di dalam air 4. Masak sayuran dalam pot bertutup dengan air minimal dan waktu yang singkat, hindari penggunaan alat masak dari bahan tembaga atau besi 5. Jangan menambah soda kue pada air matang 6. Konsumsi sayuran atau buah segar sesegera mungkin, simpan dalam lemari es 7. Simpan jus dalam wadah yang tidak tembus cahaya dan kedap udara 8. Bungkus buah yang telah terpotong atau segera makan setelah terpajan udara

17

9. Merawat anak yang menderita skorbut adalah dengan memosisikan anak pada posisi yang nyaman dan dan keadaan istirahat. Tangani dengan sangat lembut dan minimal. Berikan analgesic sesuai kebutuhan, cegah infeksi, berikan perawatan oral yang baik, berikan diet lunak cair dan tekankan pemulihan yang tepat ketika vitamin diberikan 10. Tekankan penggunaan supermen vitamin yang benar dan potensi efek samping jika diberikan dalam dosis berlebih. 11. Identifikasi kelompok yang bearisiko untuk diberi suplemen vitamin C, penderita talasemia, kelompok yang mendapat terapi antikoagulan dan antibiotic aminoglikosida.

2.5 Malnutrisi Mineral Mineral merupakan nutrien penting dan 4% tubuh manusia terdiri dari mineral. Mineral digolongkan menjadi dua jenis, yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral dibutuhkan lebih dari 100 mg perhari, antara lain kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), dan kalium (K), magnesium (Mg), sulfur (S), dan klorida (Cl). Mikromineral atau elemen renik ialah mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg perhari, yaitu besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan selenium (Se). Masalah terbesar pada mineral adalah terjadinya defisiensi, teutama zat besi, kalsium, fosfor, magnesium, dan zink. Kadar zink yang rendah dapat menyebabkan gagal tumbuh akibat nutrisi. Regulasi keseimbangan mineral di dalam tubuh merupakan proses yang kompleks. Diet ekstrim asupan mineral dapat menyebabkan sejumlah interaksi mineral-mineral yang dapat mengakibatkan defisiensi atau kelebihan mineral yang tidak diharapkan. Defisiensi juga dapat terjadi jika zat-zat dalam diet berinteraksi dengan mineral. Misalnya, zat besi, seng, dan kalsium dapat membentuk kompleks yang tidak larut dengan fitrat dan/atau oksalat (zat yang banyak terdaat dalam protein tanaman), yang mengganggu biovailabilitas mineral. Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium & klorida merupakan mineral dengan konsentrasi

18

terbesar yang terdapat di dalamnya. Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan natrium , kalium dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Di antara ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands).

2.6 Obesitas 2.6.1 Definisi Menurut WHO (2002) obesitas adalah kondisi abnormal atas akumulasi lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa. Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang mengakibatkan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan terhadap standar massa tubuh.

2.6.2 Tanda dan Gejala Pipi yang tembam Wajah membulat Dagu berlipat Leher yang pendek Perut buncit

2.6.3 Faktor-faktor Penyebab Obesitas 2.6.3.1 Faktor genetik Faktor genetik merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari. Apabila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anaknya. Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. apabila kedua orang tua obesitas maka 80% anaknya menjadi obesitas. Selain itu, jika salah satu orang tua obesitas maka kejadian obesitas menjadi 40% dan apabila kedua orang tua tidak obesitas maka prevalensinya menjadi 14%.

19

2.6.3.2 Kebiasaan makan Kebiasaan makanan sebagai tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan meliputi sikap, kepercayaan dalam pemilihan makanan. Pada penelitian tentang hubungan pola makana dan aktivitas fisik pada anak dengan obesitas pada anak usia 6-7 tahun pada tahun 2003 menyebutkan bahwa frekuensi makan lebih dari tiga kali setiap hari memiliki risiko terjadinya obesitas 2,1x dibandingkan dengan makan kurang atau sama dengan tiga kali sehari. 2.6.3.3 Kebiasaan Sarapan Penelitian membuktikan bahwa ketika mengkonsumsi sarapan, seorang anak akan memiliki tingkah laku dan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan ketika tidak

mengkonsumsi sarapan. Pollitt, dkk dalam penelitiannya menemukan anak usia 9-11 tahun dengan gizi baik yang melewatkan sarapan menunjukkan sebuah penurunan respon yang akurat dalam memecahkan masalah, namun meningkat dalam kekuratan berpikir jangka pendek. Anak perempuan lebih menyukai sarapan di rumah (46%) dibandingkan anak laki-laki, dan sekitar 20% dari anak usia 10 tahun melewatkan sarapannya setiap hari. 2.6.3.4 Konsumsi makanan cepat saji Konsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung energi dari lemak, karbohidrat, dan gula akan mempengaruhi kualitas diet dan meningkatkan risiko obesitas. 2.6.3.5 Konsumsi minuman ringan Minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi menyegarkan minuman ini. minuman menjadikan ini. Rasa yang sangat nikmat dan

anak-anak

menggemari

20

2.6.3.6 Kebiasaan Jajan Makanan jajan yang umumnya disukai anak-anak adalah berupa kue-kue yang sebagian besar terbuat dari tepung dan gula. Oleh karena itu, makanan jajanan tersebut hanya memberikan sumbangan energi saja, sedangkan tambahan zat pembangunan dan pengatur sangat sedikit. 2.6.3.7 Kebiasaan makan cemilan saat menonton TV TV dapat berdampak pada fisik anak. Semakin lama anak menonton TV makin besar angka kejadian obesitas pada anak. Anak yang menonton TV lebih dari satu jam akan meningkatkan resiko obesitas sebesar 2%. Oleh karena itu, anak cenderung mengunyah cemilan yang gurih atau manis dengan konsumsi yang besar tanpa diimbangi dengan gerak yang cukup. Komputer dan video games turu andil dalam kejadian obesitas pada anak. Keduanya menjadi berbahaya karena termasuk dalam aktivitas sedentary Ketika bermain video games, anak-anak biasanya memilih untuk makan cemilan tanpa berpikir panjang dan tidak melakukan interaksi dengan anakanak lain di luar rumah atau melakukan aktivitas yang menguras energi. 2.6.3.8 Susu dan olahannya Meskipun selama ini susu disebut-sebut sebagai makanan yang baik untuk anak-anak, namun tidak berarti susu merupakan makanan yang sempurna. Susu tidak dapat tahan lama dan cepat basi. Susu sedikit mengandung zat besi dan beberapa vitamin, namun kaya akan lemak dan kolesterol. Susu dapat

menyebabkan obesitas apabila dikonsumsi secara berlebihan baik dalam produk susu maupun produk makanan yang merupakan olahan susu.

21

2.6.3.9 Aktivitas Fisik Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu penyebab obesitas. Anak-anak dan remaja obesitas sedikit bergerak atau beraktivitas daripada anak dengan berat badan normal. Kegiatan fisik sangat diperlukan oleh anak-anak dan anak belajar menikmati beraktivitas fisik. Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar dalam mencagah obesitas pada anak untuk mengajarkan anak-anak berolahraga setiap harinya.

2.6.4. Pemeriksaan Diagnostik Umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan tiga metode pengukuran antropometri, sebagai berikut: a. Berat badan dibandingkan dengan tinggi badan (BB | TB). Obesitas pada anak didefinisikan sebagai berat badan menurut tinggi badan diatas persentil 90% atau 120% lebih banyak dibandingkan berat badan ideal. Sedangkan berat badan 140% lebih besar dibandingkan berat badan ideal didefinisikan sebagai superobesitas. b. WHO pada tahun 1997, NIH (The National Institutes of Health) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for Overweight in 45 Adolescent Preventive Services telah merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas 2 tahun. IMT merupakan penunjuk kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan kg dibandingkan dengan tinggi badan m2). Interpretasi IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin anak, karena anak laki-laki dan perempuan mempunyai lemak tubuh yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh. Nilai batas IMT (cut off point) untuk kelebihan berat badan pada anak dan remaja ialah persentil ke-95.

22

c. Pengukuran langsung lemak sub-kutan dengan mengukur tebal lemak lipatan kulit (TLK). Ada empat macam pengukuran TLK yang ideal, yaitu TLK bisep, TLK trisep, TLK subskapula, dan TLK suprailiaka. Indeks antropomteri yang umum digunakan dalam menilai status gizi anak ialah IMT (indeks massa tubuh). Untuk anak-anak, IMT dibedakan menurut umur dan jenis kelamin atau disebut BMI for age atau di Indonesia menjadi IMT | U. Hal tersebut disebabkan karena IMT berubah secara substansial pada anak-anak sesuai pertambahan umur, IMT | U merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk anak-anak usia 2-20 tahun. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan batas persentil dalam menentukan status gizi anak usia 2-20 tahun dengan IMT | U.

23

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN MARASMUS

3.1 Pengkajian a. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor register, agama, tanggal masuk RS. b. Keluhan utama Tidak ada nafsu makan dan muntah c. Riwayat penyakit sekarang Malnutrisi biasanya ditemukan nafsu makan kurang kadang disertai muntah dan tubuh terdapat kelainan kulit. d. Riwayat penyakit dahulu Apakah ada riwayat penyakit infeksi , anemia, dan diare sebelumnya. e. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi buruk.

3.2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi - Mata : agak menonjol - Wajah : membulat dan sembab - Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan - Abdomen : perut terlihat buncit - Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit, edema b. Palpasi Pembesaran hati 1 inchi c. Auskultasi Peristaltic usus abnormal

3.3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan darah

24

Pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darah. b. Pemeriksaan urin Pemeriksaan urin meliputi urin lengkap dan kulture urin c. Uji faal hati d. foto X paru 3.4 Mapping Keperawatan
Social ekonomi rendah Malabsorbsi, infeksi, anoreksia Kegagalan melakukan sintesis protein

Intake kurang dari kebutuhan

Hilangnya bantalan lemak

Defisiensi protein dan kalori

Kurang pengetahuan

Turgor kulit menurun dan keriput

Daya tahan tubuh menurun

Asam amino esensial menurun dan produksi albumin menurun

Kerusakan integritas kulit

Keadaan umum lemah

Atrofi / pengecilan otot

Resiko infeksi

Keterlambatan prtumbuhan dan perkembangan

Resiko Infeksi saluran pencernaan

Anoreksia, diare

Deficit volume cairan

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

25

3.5 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang. 2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi. 4. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun 5. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi 6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.6 Intervensi Keperawatan Marasmus 1. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang. NOC : status nutrisi : intake nutrisi dan cairan. Kriteria hasil : a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan. b. c. d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

NIC : Nutrition Monitoring Intervensi : a. Kaji riwayat diet b. Monitor kalori dan intake nutrisi c. Monitor berat badan anak d. Sajikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering e. Dorong orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan f. Berikan pujian pada anak saat berhasil menghabiskan makanan.

26

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001) Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik. Intervensi : a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan c. Ukur haluaran urine dengan akurat

3.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi. NOC : Tissue Integrity : skin and mucous membranes. Kriteria hasil : a. Integritas kulit baik dan bisa dipertahankan. b. Tidak ada luka / lesi pada kulit. c. Perfusi jaringan baik. d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang. e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami. NIC : Tissue integrity;skin and mucous. Intervensi : a. b. c. d. Monitor kulit akan adanya kemerahan. Oleskan lotion pada derah yang tertekan. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

4.

Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun NOC : Risk Control Kriteria hasil : a. b. c. Kenali faktor resiko infeksi Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko. Monitor perubahan status kesehatan.

27

d.

Mendorong gaya hidup yang baik untuk meningkatkan status kesehatan (dari status kesehatan yang buruk ke status kesehatan yang baik).

e.

Menunjukan perilaku hidup sehat.

NIC : Infection Protection Intervensi : a. b. c. d. e. f. Monitor tanda dan gejala infeksi. Monitor kerentanan terhadap infeksi. Batasi pengunjung. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas. Ajarkan teknik menghindari infeksi. Instrusikan pasien untuk minum obat antibiotik sesuai resep.

5. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi (Carpenito, 2011) Tujuan : Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya. Intervensi : a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia. b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas

perkembangan d. Berikan mainan sesuai usia anak.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. NOC : Knowledge : disease process Kriteria hasil : a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan.

28

b. c.

Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya.

NIC : Teaching ;Disease Process Intervensi : a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit. b. c. d. e. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit. Gambarkan proses penyakitnya. Berikan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara tepat. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

29

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa malnutrisi merupakan suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Penyebab Malnutrisi secara langsung ialah kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Selain itu, malnutrisi bisa disebabkan apabila asupan kalori yang berlebih dari kebutuhan harian, dan mengakibatkan penyimpangan energi dalam bentuk bertambahnya jaringan adiposa. Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energi protein (kwashiorkor, marasmus, marasmikkwashiorkor), malnutrisi vitamin, mineral, dan obesitas. Adapun masalah yang muncul pada penyakit anak dengan marasmus

diantaranya yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kerusakan integritas kulit, resiko infeksi, keterlambatan pertumbuhan dan perkemabangan dan kurangnya pengetahuan.

4.2 Saran Pemenuhan akan kebutuhan gizi dalam tubuh merupakan salah satu cara meminimaklisir terjadinya Malnutrisi. Cara itu dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna.

30

DAFTAR PUSTAKA

Isselbacher, Kurt J, et all. 1995. Harisson Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol.1 Edisi 13. Jakarta : EGC Kliegman et all. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Edisi 15. Jakarta : EGC NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi & Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medikaml.scribd.com/doc/86340996/MALNUTRISI-PADA-ANAK http://eprints.undip.ac.id/37466/1/DEWI_NOVITASARI_A,_G2A008052,_LAP ORAN_KTI.pd http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6688/1/057012011.pdf http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16316-1309105010-chapter1pdf.pdf its http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21367/5/Chapter%20I.pdf usu, 2009 http://www.scribd.com/doc/129850206/DEFINISI-MALNUTRISI rani, 2013 Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

31

You might also like