You are on page 1of 5

http://klinikdokterparu.com/2012/03/23/bag aimana-membedakan-diagnosis-asma-atauppok-pada-usia-tua/ Bagaimana Membedakan Diagnosis Asma atau PPOK pada Usia Tua?

ASMA & PPOK by iRHoTeP Asma dan chronic pulmonary obstructive disease (COPD), atau umumnya di Indonesia disebut penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), merupakan dua penyakit pernapasan yang berbeda. Kelompok kerja internasional Global Initiative for Asthma (GINA) menekankan definisi asma sebagai bentuk reaksi radang kronik (sudah terjadi bertahun-tahun) pada saluran napas akibat hiperresponsivitas jalan napas yang bersifat reversible (dapat kembali atau mendekati keadaan seperti semula) dengan atau tanpa pengobatan dan gejala yang timbul bersifat episodik (hilang timbul).[1] Kelompok kerja internasional Global Initiative for COPD (GOLD) menekankan definisi PPOK sebagai reaksi radang kronik saluran napas akibat terpajan zat kimia, biasanya berupa gas, hingga terjadi gangguan pernapasan yang bersifat tidak sepenuhnya reversible.[2] Latar belakang demografis asma terutama diderita usia muda sementara PPOK terutama diderita usia tua.[1,2] Diagnosis asma tidak tertutup kemungkinan bisa terjadi pada kelompok usia tua.[3] Kedua penyakit pernapasan ini menyebabkan keluhan yang hampir sama yaitu sesak dan kadang disertai dengan suara mengi (wheezing) pada saat bernapas atau awamnya disebut bengek. Sifat sesak ini, serta gejala-gejala lain, bila ditelusuri dengan teliti pada penyakit asma berbeda dengan PPOK. Seseorang usia tua dengan keluhan sesak dapat didiagnosis sebagai asma atau PPOK dan untuk menentukan kepastian antara kedua diagnosis ini merupakan tantangan tersendiri. Tulisan kali ini berusaha untuk membuka wawasan dan kewaspadaan mengenai bagaimana membedakan diagnosis asma atau PPOK pada pasien usia tua. Sekilas Perbedaan antara Asma dan PPOK Asma merupakan penyakit pernapasan yang ditandai dengan radang kronik saluran napas akibat hiperresponsivitas jalan napas yang bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan dan gejala yang timbul bersifat episodik. Penderita asma biasanya disertai dengan riwayat alergi seperti gatal hidung, bersin, hidung mampet, gatal bila terkena debu atau udara dingin serta gatal atau kemerahan setelah makan makanan tertentu. Asma biasanya terjadi pada usia muda seperti anak-anak sehingga masalah ini dapat mengganggu aktivitas bersekolah anakanak yang menderita asma.[1] Penyakit paru obstruktif kronik merupakan reaksi radang kronik saluran napas akibat terpajan zat kimia, biasanya berupa gas, hingga terjadi gangguan pernapasan yang bersifat tidak

sepenuhnya reversible. Reaksi radang kronik ini berlangsung progresif (semakin lama semakin berat) terutama bila penyebab radang tidak disingkirkan. Radang saluran napas ini biasanya disebabkan oleh kebiasaan merokok dan menghirup gas buang industri atau kendaraan. Penyakit ini juga bisa disebabkan oleh kelainan produksi enzim -1antitripsin dan biasanya terjadi pada penderita PPOK sebelum usia tua.[2] Penyakit asma dan PPOK adalah dua penyakit pernapasan yang berbeda tetapi keduanya merupakan penyakit paru obstruktif. Penyakit paru obstruktif yaitu penyakit paru dengan gangguan aliran udara keluar masuk paru. Kedua penyakit ini memiliki gejala serangan (eksaserbasi) yang hampir sama yaitu sesak dan kadang disertai dengan suara mengi (wheezing) pada saat bernapas atau awamnya disebut bengek. Keluhan ini perlu ditelusuri lebih lanjut untuk membedakan sesak disebabkan oleh asma atau oleh PPOK. Tabel 1 merangkum perbedaan keluhan yang timbul pada asma dan PPOK. Tabel 1. Perbedaan antara Asma dengan PPOK[2,3] Asma PPOK Usia muda, di bawah 30 tahun Usia tua, di atas 45 tahun Usia mulai timbul gejala Malam hari, kering, terutama Pagi hari, banyak dahak Batuk saat eksaserbasi hampir setiap hari Lebih berat pada malam hari Tidak berhubungan dengan Sesak dan hilang timbul terutama waktu, semakin lama semakin saat eksaserbasi berat, berhubungan dengan aktivitas Alergi Rokok Faktor risiko Tidak khas Riwayat keluarga dengan Umum ditemukan keadaan serupa

Asma dan PPOK pada Usia Tua Asma terutama diderita oleh anak-anak dan usia muda dan tidak tertutup kemungkinan juga diderita usia tua. Diagnosis asma pada usia tua merupakan tantangan tersendiri karena terdapat berbagai penyakit dengan gejala yang menyerupai asma. Hal ini terjadi karena usia tua rentan terhadap berbagai penyakit lain seperti PPOK, gagal jantung dan kelainan metabolisme yang dapat menimbulkan gejala seperti sesak napas. Asma diperkirakan diderita oleh 4-13% usia tua dan persentase ini bersifat tidak menyeluruh karena masih ada usia tua dengan asma yang tidak terdiagnosis. Asma dapat meningkatkan kejadian kematian pada usia tua hingga 3 kali lipat dibandingkan anak-anak dan usia muda.[3] Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membedakan asma dan PPOK pada usia tua. Penelitian-penelitian terdahulu telah mencoba membedakan kedua penyakit tersebut berdasarkan pemeriksaan spirometri, pemeriksaan kapasitas difusi (DLCO), analisis gas darah dan pemeriksaan lain seperti uji reaktivitas/alergi.[3] Pemeriksaan spirometri digunakan untuk menilai fungsi paru dalam proses pernapasan. Parameter penilaian spirometri yang digunakan untuk menilai derajat berat asma dan/atau PPOK adalah arus puncak ekspirasi/APE (peak flow rate, PFR), volume ekspirasi paksa detik pertama/VEP1 (forced expiratory volume of first second, FEV1), kapasitas vital paksa/KVP (forced vital capacity,

FVC) dan arus ekspirasi paksa/AEP (forced expiratory flow, FEF25-75%). Peningkatan VEP1 sebesar 12% atau 200 mL setelah diberikan inhalasi bronkodilator menunjukkan suatu reversibilitas yang merupakan karakteristik asma dan tidak khas ditemukan pada PPOK. Temuan ini belum tentu ditemukan pada usia tua karena asma pada usia tua biasanya telah terjadi proses penuaan saluran napas seperti terjadi fibrosis paru dan bronkiektasis sehingga reversibilitas belum tentu tercapai.[3-5] Karakteristik parameter lain yang khas adalah penurunan FEF25-75% lebih tinggi pada PPOK dibandingkan asma. Analisis gas darah terutama ditemukan peningkatan tekanan parsial karbondioksida (pCO2) dan penurunan tekanan parsial oksigen (pCO2) serta saturasi oksigen akibat hipoksia menahun pada PPOK.[4] Diagnosis pasti asma di segala usia adalah dengan menggunakan uji provokasi bronkus dengan metakolin (methacholine challenge test).[1] Uji provokasi bronkus aman dilakukan pada usia tua kecuali bila terdapat hipertensi tidak terkontrol, riwayat serangan jantung dan/atau stroke. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk membedakan asma dengan PPOK pada usia tua adalah pemeriksaan kapasitas difusi/DLCO (Gambar 1). Penderita asma usia tua biasanya memiliki kapasitas difusi normal atau meningkat sementara kapasitas difusi pada PPOK biasanya menurun. Cara lain yang tidak berhubungan langsung dengan kondisi paru yaitu uji kepekaan/alergi dengan uji tusuk alergen (skin prick test) yang sering ditemukan positif pada penderita asma (37%) dibandingkan pada penderita PPOK (8,3%).[3] Tatalaksana Asma dan PPOK pada Usia Tua Tatalaksana asma dan PPOK pada usia tua tidak jauh berbeda. Prinsip utama penanganan penyakit paru obstruktif adalah menghindari faktor risiko, mencegah eksaserbasi, pemberian bronkodilator dan pemberian kortikosteroid.[3] Penderita PPOK mengalami penyakit yang berlangsung menahun dan semakin lama semakin memberat sehingga perlu ditambahkan fisioterapi paru dan bila perlu suplementasi oksigen.[2] Respons bronkodilator dan kortikosteroid dilaporkan tidak serupa antara penderita asma dan PPOK pada usia tua dan disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Respons Pengobatan antara Asma dan PPOK pada Usia Tua[1-3,5] Asma Agonis- Kerja (salbutamol, terbutaline)

PPOK -/+

pendek ++

Kerja (salmeterol, formoterol)

panjang ++, bila tidak responsif dengan ++ kortikosteroid inhalasi

Antikolinergik Kortikosteroid inhalasi Metilxantin Leukotriene modifier

++ +++ tidak dianjurkan ?

+++ terutama tiotropium -/+, harus sebagai kombinasi tidak dianjurkan ?

Penderita asma usia tua dapat menggunakan bronkodilator agonis- kerja pendek sebagai pelega dan kortikosteroid inhalasi sebagai pengontrol tergantung pada derajat berat dan tingkat pengendalian asma.[1] Pemberian agonis- kerja panjang pada penderita asma usia tua hanya diberikan bila pemberian kortikosteroid inhalasi tidak membuahkan hasil dan tidak memiliki kelainan jantung. Pemberian agonis- harus diwaspadai terjadi berbagai efek sistemik yang mungkin terjadi seperti gangguan elektrolit (hipokalemia dan hipomagnesemia) dan aritmia.[5] Pemberian antikolinergik terutama ditujukan pada penderita PPOK karena pemberian antikolinergik (ipratropium) pada penderita asma usia tua berhubungan dengan peningkatan mortalitas.[5] Pemantauan efek antikolinergik sistemik seperti dehidrasi, anhidrosis, konstipasi dan glaukoma harus dilakukan pada penderita usia tua yang diberikan antikolinergik.[5] Kortikosteroid inhalasi terutama diberikan rutin sebagai pengontrol pada penderita asma usia tua dan diberikan pada saat eksaserbasi atau derajat tertentu PPOK usia tua.[1,2] Pemberian kortikosteroid perlu dipantau ketat karena berhubungan dengan kejadian katarak, osteoporosis dan infeksi sekunder.[1,2,5] Golongan metilxantin tidak dianjurkan karena memiliki dosis terapeutik yang sangat sempit dan berhubungan dengan efek samping seperti takikardia, aritmia, hipokalemia, mual, muntah, agitasi dan kejang serta banyak berinteraksi dengan obat-obat yang sering dikonsumsi oleh kelompok usia tua seperti cimetidine, allopurinol, penyekat kalsium dan beberapa antibiotik.[5] Kelompok usia tua juga biasanya memiliki faktor lain yang berhubungan dengan eksaserbasi asma, seperti pengguna obat penyekat- (contohnya timolol pada penderita katarak senilis dan propanolol pada penderita penyakit jantung koroner,) sehingga perlu penelusuran mendalam dan edukasi yang menyeluruh dalam tatalaksana asma pada usia tua.[5] Kesimpulan Asma dan PPOK merupakan dua jenis penyakit pernapasan yang serupa dengan sifat dan perjalanan penyakit yang berbeda. Gejala yang timbul akibat penyakit ini adalah sesak dan kadang disertai gejala lain. Kelompok usia tua terutama dapat mengalami asma walaupun yang tersering adalah PPOK. Asma terutama disebabkan dan dipicu oleh alergi sementara PPOK terutama disebabkan oleh pajanan gas berbahaya seperti asap rokok yang berlangsung menahun/kronik. Wawancara medis (anamnesis), pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang (spirometri, DLCO, analisis gas darah dan uji tusuk kulit) secara mendalam akan membantu untuk membedakan asma dan PPOK pada usia tua walaupun sulit. Prinsip pengobatan hampir sama yaitu menghindari faktor risiko, mencegah eksaserbasi, pemberian bronkodilator dan pemberian kortikosteroid. Khusus pada PPOK, karena penyakit ini berlangsung menahun dan semakin lama semakin memberat maka perlu ditambahkan fisioterapi paru dan bila perlu suplementasi oksigen. Bronkodilator dan kortikosteroid dapat diberikan dan memiliki respons yang berbeda antara kasus asma dengan PPOK pada usia tua. Efek samping dari masing-masing obat juga perlu menjadi perhatian dalam pemberian obat pada kasus asma dan PPOK pada usia tua. Referensi 1. GINA. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Global Initiative for Asthma; 2011 [updated 2011 Dec; cited 2012 Feb 14]; Available from: http://www.ginasthma.org/.

2. GOLD. Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Global Initiative for COPD; 2011 [updated 2011 Dec; cited 2012 Feb 14]; Available from: http://www.goldcopd.org/. 3. Tzortzaki EG, Proklou A, Siafakas NM. Asthma in the elderly: can we distinguish it from COPD? Journal of Allergy. 2011;2011:843543 9. 4. Sin BA, Akkoca , Saryal S, ner F, Msrlgil Z. Differences between asthma and COPD in the elderly. J Investig Allergol Clin Immunol. 2006;16(1):44-50. 5. Busse PJ. Asthma in the Elderly. New England Society of Allergy [serial on the Internet]. 2011 [cited 2012 Feb]: Available from: http://www.newenglandsocietyofallergy.org/2011%20Fall%20Docs/Asthma%20in%20the%2 0Elderly%20handout.doc.

You might also like