You are on page 1of 3

Penatalaksanaan Anastesi Umum pada Wanita 43 Tahun dengan Abses Tuba Ovarian

Abstrak
Seorang perempuan usia 43 tahun, status fisik ASA II dengan diagnosa tuba ovarian abses yang akan dilakukan tindakan operasi laparatomi drainase dengan rencana anestesi umum dengan ETT napas terkendali. Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesia yang ideal terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Anestesi umum dengan ETT napas kendali adalah suatu teknik anestesi umum dimana volume tidal serta rasio ekspirasi dan inspirasi dikendalikan dan disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Kata kunci : Anastesi umum, laparatomi, tuba ovarian abses

ISI
Seorang wanita 43 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah kurang lebih mulai dari 2 minggu SMRS. Pasien hanya membeli obat dari warung untuk mengurangi nyeri namun nyeri tidak membaik. Pasien juga mengeluh demam. Riwayat alergi, asma, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan pembekuan darah disangkal. Riwayat operasi sebelumnya disangkal. Gigi goyang, gigi palsu dan konsumsi obat tertentu juga disangkal. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang, vital sign TD 130/80mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit dan suhu 37 C, Pemeriksaan cor/pulmo dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan di daerah suprapubik. Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis. Berdasarkan ASA ( The American Society of Anesthesiologist) pasien ini tergolong ke dalam ASA 2. Pasien ini didiagnosis sebagai abses tuba ovarian yang akan dilakukan tindakan operasi laparatomi drainase dengan rencana anestesi umum dengan ETT napas terkendali. Premedikasi diberikan morphin 0,1 mg, induksi anastesi dengan propofol 100mcg, relaksasi otot dengan atracurium 25 mg. Sebagai obat anastesi diberikan isofluran 1,4% vol dengan tambahan O2 dan N2O dengan perbandingan 2:2.

Diagnosis Abses tuba ovarian pro laparatomi drainase dengan anastesi umum ETT napas terkendali dengan status ASA 2

Terapi Terapi pasca operasii yang diberikan pada pasien ini adalah IVFD RL 20 tetes/ menit, cefotaxime 1 gram/ 12 jam, tramadol 1 ampul/ 12 jam, ranitidine 1 ampul/ 12 jam, dan dexamethasone 1 ampul/ 8 jam

Diskusi Pada kasus ini, pasien berjenis kelamin perempuan dengan usia 43 tahun, status fisik ASA II, dengan diagnosis tuba ovarian abses telah dilakukan operasi laparatomi drainase dengan teknik anestesi umum dengan ETT napas terkendali.

Berdasarkan The American Society of Anesthesiologist (ASA), status fisik pasien dapat digolongkan menjadi 6 yaitu, ASA 1 : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik dan biokimia ASA 2 : Pasien dengan riwayat penyakit sistemik ringan atau sedang ASA 3 : Pasien dengan riwayat penyakit sistemik berat, aktivitas lebih terbatas ASA 4 : Pasien dengan riwayat penyakit sistemik berat dan penyaktinya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat ASA 5 : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam ASA 6 : pasien dengan mati batang otak yang organnya akan digunakan untuk tujuan donor KEBUTUHAN CAIRAN SELAMA ANESTESI Berat badan pasien : 56 kg Lama Puasa : 9 jam Estimated Blood Volume (EBV) : Berat badan x 70-75cc (pria) Berat Badan x 65-70cc (wanita) EBV Pada pasien : 56 x 65 = 3640 ml Allowed Blood Loss : 1/5 x EBV : 1/5 x 3640 = 728 ml Rumatan (kebutuhan per jam) : 2cc/kgBB/jam = 2x56 = 112 ml/jam Translokasi (stress operasi) : operasi sedang (6 ml/kgBB/jam) x BB = 6x56 = 336 ml/jam Cairan pengganti lama puasa : lama puasa x maintenance = 9jam x 112ml/jam = 1008 ml PEMBERIAN CAIRAN 1 Jam pertama Jumlah tetesan Cairan yang diberikan selama anestesi : rumatan + stress operasi + 50% pengganti : 112 ml + 336 ml + 50% x 1008 ml : 952 ml : 952 ml x 20 tetes / 60 : 317 tetes/ menit : RL III 1500 mL Fimahes 500 mL

Pada pasien dipilih untuk dilakukan tindakan anestesi umum dengan intubasi endotrakeal napas terkendali dengan pertimbangan keuntungan yang didapat dari tindakan anestesia tersebut. Keuntungan dari tindakan tersebut antara lain: Jalan napas yang aman dan terjamin karena terpasang ETT Pasien akan merasa lebih nyaman karena dalam keadaan tertidur Kondisi pasien lebih mudah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan operasi Mencegah gerakan pasien yang tidak diharapkan

Akan tetapi alasan yang lebih utama dipilihnya teknik anestesi ini karena jenis operasi yang hendak dilakukan adalah laparatomi drainase (salphingektomi). Setelah dipasang jalur intravena dengan cairan RL sebagai loading mulai dimasukkan obat premedikasi, morphin 0,1 mg analgetik opioid, propofol 100 mg sebagai obat induksi anestesia, muscle relaxant dengan golongan non depolarisasi jenis intermediate acting yaitu atracurium dosis 25 mg, sebagai obat anestesi diberikan isofluran 1,4 % vol dengan tambahan O2 dan N2O dengan perbandingan 2:2. Pada operasi ini, digunakan anastesi umum dengan pemasangan ETT nafas terkendali s u p a y a memastikan bahwa jalan nafas yang selalu berada dalam kondisi terbuka dan mendapatkan ventilasi yang adekuat selama operasi, serta mencegah terjadinya aspirasi atau regurgitasi yang dapat menjadi penyulit semasa operasi. Tehnik anestesi ini d a p a t j u g a digunakan untuk operasi dengan durasi yang lama dan pada kondisi-kondisi yang sulit untuk mempertahankan jalan nafas bebas dengan sungkup muka.

Kesimpulan Sebagai kesimpulan pada pasien ini didiagnosis tuba ovarian abses dengan status ASA 2 telah dilakukan operasi laparatomi drainase dengan teknik anestesi umum dengan ETT napas terkendali. Hasil tindakan anestesi yang baik didapatkan dengan persiapan yang baik dan tepat dengan dimulainya praanestesi, premedikasi, pemilihan teknik anestesi, pemilihan obat-obatan anestesi serta melakukan pengawasan tanda-tanda vital selama operasi dan tindakan pasca operasi.

Referensi 1. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.2. 2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2002. 3. Morgan GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology.3 rd ed. Appleton & LangeStamford 2002; 110-125 4. Miller RD. Anesthesia 5 th ed Churchill Livingstone Philadelphia.2000; 1585-1610.

Penulis Mutiana Muspita Jeli, Bagian Ilmu Anastesi, RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta

You might also like