Professional Documents
Culture Documents
Bagian Kedelapan
Selanjutnya Samwarta berkata : Sekarang perhatikan baik-baik apa yang kukatakan ini. Di atas pegunungan Himlaya terdapat sebuah puncak bernama Munjaban. Di sana Mahadewa, suami dewi Um sedang melakukan tapa dan latihan yoga. Awas terhadap senjata Triulanya yang maha dahsyat itu. Dan Dewa yang akti itu dilindungi oleh para pengiringnya golongan mambang dan peri yang memiliki perwujudan yang aneh-aneh. Penjaga-penjaga itu berkeliaran di sana memuaskan diri mengejar kesenangan. Mereka menghuni tempat-tempat teduh di bawah pohon-pohon raksasa, di dalam gua-gua atau di puncak-puncak gunung yang seram. Di atas puncak itu Mahadewa dipuja oleh para Rudra, Saddhya, Wiwadewa, Wasu, Yama, Warua dan Kuwera dengan pengiringpengiringnya yang terdiri dari roh-roh, mambang
dan peri. Juga dipuja oleh dewa kembar Awin, para Gandharwa, Apsara, Yaka, demikian juga para pendeta dari alam Kadewatan, juga Dewadewa dari alam Srya seperti juga mahlukmahluk yang bermukim di udara, tidak ketinggalan berjenis-jenis roh jahat. Dewa Mahadewa junjungan Um itu sungguh luar biasa aktinya, memiliki bermacam-ragam sifat yang berbeda-beda. Di puncak keramat itu Dewa pujaan itu bermain-main dengan para pengiring Kuwera, yaitu mahluk-mahluk liar namun suka bermain-main itu. Para pengiring itu bentuk perwujudannya memang aneh-aneh dan mereka itulah yang sering disebut hantu Dari kejauhan, puncak gunung itu nampak bersinar bagaikan sinar matahari pagi. Dengan mata biasa, puncak itu tidak mungkin dapat ditentukan bentuknya. Dan di sana tidak ada perasaan panas ataupun dingin. Matahari tidak bersinar dan tidak pula
dirasakan adanya hembusan angin. Tidak ada rasa bingung lapar, haus, kematian dan perasaan takut. Di segenap penjuru gunung itu terdapatlah tambang emas sedemikian banyak jumlah emasnya hingga terpancarlah sinarnya bagaikan sinar matahari di pagi hari. Para pengiring Kuwera yang ingin menyenangkan dewa Mahadewa itu menjaga tempat itu dengan ketat. Ke sanalah paduka harus pergi. Lunakkanlah hati Dewa itu yang juga dikenal dengan namanama seperti Sarwa, Bedha, Rudra Sitikantha, Surpa, Swarcha, Kapardi, Karala, Haryyaka, Warada, Tryaka, Punodantabhid, Wamna, iwa, Yamya, Awyktarpa, Sadwtta, akara, Kemya, Harikea, Sthanu, Arua, Harinetra, Munda, Ka, Uttarana, Bhskara, Sutrtha, Dewadewa, Chirawasa, Ranha, Uii, Suwaktra, Sidha, Sahasraka, Midhwan, Girisa, Prasanta, Yata, Wilwadanda,
Sarwadandhadhara, Mga, Wydha, Mahan, Dhanesa, Dikpati, Bhwa, Lelihana, Wara, Goshtha, Somawaktra, iddnamantra, Dhanwi, Wirupaka, Siddhamantra, Caku, Hiraya Bhu, Ugra, Wu, Paupati, Wa, Matribhakta, Senani, Madhyama, Bhrgawa, Tiknadanara, Sruwahasta, Aj, Yti, Kanetra,
Tikna, Waiwanaramukha,
Mahadyuti, Anaga, Sarwa, Dikpati, Bilohita Diptaksha, Mahauja, Wasuretas, Suwapu, Prithu, Krittiwasa, Mahadewa, Taptatapa, Sahasracharana, Danshtri, Kapalmali, Ka, Suwarnamukuta, Anagha, Tryambaka,
Krodhana, Nrisansa, Mridu, Wahusali, Dandi, Akrurakarma, Swadhaswarupa, Mahadewa, Tripuraghna, Pinaki, Sahasrasira, Wahurupa, Mahayogi, Trinayana,
Sarwabhuta-Dharana,
Dharanidhara,
Isana,
Sankara, Sarwa, Siwa, Wisweswara, Bhawa, Umapati, Pasupati, Wiswarupa, Maheswara, Wirupaksha, Dasabhuja, Wrisawadhwaja, Ugra, Sthanu, Siwa, Rudra, Sarwa, Girisa, iswara, Sitakantha, Aja, Sukra, Prithu, Prithuhara, Wara, Wiswarupa, Wirupaksha, Wahurupa, Umapati, Anangangahara, Hara, Saranya, Mahadewa, Chaturmukha. Di atas puncak gunung itu paduka harus melakukan sembah Dengan serta memohon paduka perlindungannya demikian
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dewa yang berkekuatan maha dahsyat itu. Apabila Mahadewa berkenan, paduka akan dikaruniakan olehnya emas yang terdapat di tempat itu. Orang-orang yang datang menghadap ke sana
dengan cara yang kujelaskan ini, pasti akan dikaruniakan olehnya emas secukupnya. Raja Mruta putera Karandhama itu segera melaksanakan petunjuk yang diyakinkannya itu dan sementara itu bagindapun melakukan persiapan-persiapan yang luar biasa untuk melakukan upacara kurban besar-besaran itu. Emas ditempa untuk dijadikan piala-piala dan bermacam-macam benda-benda perhiasan yang indah-indah. Mruta memang berhasil dalam perjalanannya menuju gunung tempat Mahadewa bertahta, karena itu emas pun berlimpah-limpah tidak terkirakan banyaknya. Segala persiapan untuk upacara pun sudah dapat dirampungkan. Kemudian bahwa raja Whaspati Mruta juga mengetahui
bertambah-tambah
kemakmuran
serta
kejayaannya,
hingga
sungguh-sungguh menyuramkan kemuliaan para Dewa. i Dewat itu menjadi bingung dan cemas. Beliau menduga tentulah Samwarta sudah menjadi lebih baik kedudukannya dari pada dirinya. Whaspati merasa terpukul dan sungguh sangat kecewa, sedih dan gusar. Demikianlah seri wajahnya lenyap dan tubuhnyapun menjadi kurus. Indra, maharaja Dewat itu kemudian juga mengetahui keadaan Whaspati sedemikian itu, maka dengan diiringkan oleh para Dewa sekalian lalu menuju ke tempat pemukiman Whaspati dan setibanya di sana langsung bertanya sebagai berikut: