You are on page 1of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

Bagian Keduapuluhsatu

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 1 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

Sekarang, dengarkanlah ceritera tentang sepuluh pendeta pelaksana upacara atau sepuluh Hot itu. Kesepuluh pendeta itu, apabila dikembalikan ke dalam badan jasmani, tidak lain adalah telinga, kulit, kedua mata, lidah, hidung, kaki dan tangan, alat kelamin, dubur dan ucapan. Suara dan rasa raba, warna dan rasa lidah, bau, ucapan, sperma, tindakan air seni dan dan gerakan, pelepasan tinja pengeluaran

kesemuanya itu merupakan kurban tuangan. Arah mata angin, hembusan angin, Srya, Candra, Bumi (Prwat), Agni (api), Wiu, Indra, Prajpati dan Mitra, itu semua disebut api kurban yang menerima kurban tuangan itu. Sepuluh alat-alat untuk mengetahui dan untuk bertindak itu sepadan dengan sepuluh Hot yang menyelenggarakan upacara kurban. Dan jenis kurban itupun sepuluh macam jenisnya. Obyek

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 2 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

dari sepuluh alat-alat itu menjadi bahan bakar yang patut dituangkan untuk menyalakan kesepuluh api kurban itu, pikiran dan simpanan pahala-pahala yang baik dan yang buruk sebagai sumbu api itu. Sebagaimana diketahui semuanya itu berkaitan dengan kehidupan keduniawian. Karena itu, semuanya harus dikurbankan. Setelah semuanya dikurbankan, maka yang tinggal adalah Pengetahuan tertinggi dan sejati. Kita semua sudah mendengar bahwa seluruh alam semesta ini sudah pula di bagi-bagi menjadi bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan. Namun bagaimana pun juga, yang menjadi obyek dari semua ilmu pengetahuan itu adalah pikiran atau kenyataan dari pikiran, ilmu pengetahuan sebagaimana disadari, hanyalah merupakan sarana untuk memahami, jadi bukan menjadi bagian dari pikiran itu sendiri, meskipun dengan ilmu pengetahuan itu kita

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 3 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

dapat memahami apa dan bagaimana pikiran itu. Yang mengetahui, Roh, membentuk dirinya menjadi gugusan abstrak dan ia merasuk ke dalam jasad kasar yang terlahir dengan proses pembuahan yang menunjang jasad kasar itu dari sebelah dalam adalah api yang disebut Grhapatya. Dari api inilah dibentuk api-api yang lain. Pikiran itu disebut api hawanya. Ke dalam api itu dituangkan kurban tuangan dan dari sana dihasilkan pengetahuan Weda-weda. Demikian itulah pikiran dilahirkan. Pikiran itu didorong oleh keinginan untuk menciptakan, lalu memikirkan dan mencetuskan Weda-weda atau Firman-firman. Setelah itu barulah dipikirkan tentang warna dan bentuk tanpa membedakan bentuk dan warna-warna khusus. Dan semuanya itu menuju ke dalam pikiran.

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 4 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

Wanita isteri Brhmaa itu selanjutnya bertanya : Mengapakah kata-kata yang pertama kali diciptakan, mengapa itu bukan hasil pikiran? Bukankah kata-kata pengolahan

pikiran? Menurut apa yang telah kakanda kemukakan di atas, pra itu bernaung di bawah pikiran. Mengapakah pada waktu tidur nyenyak tanpa mimpi, meskipun sudah lepas dari pengaruh pikiran, pra itu tidak juga dapat menanggapi obyek-obyek di sekitarnya? Apakah yang menghalangi kegiatan pra ketika itu? Setelah terbebas dari pengaruh pikiran, apna yang menguasai pra; ia diserap oleh apna hingga menjadi sesuai dengan apna itu dan bahkan dalam keadaan demikian, ia berubah menjadi apna itu sendiri. Terhambatnya gerakan pra yang pada saat itu terserap ke dalam apna, dikatakan sebagai awal dari

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 5 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

gerakan pikiran. Oleh karena itu, pikiran yang tergantung dari pra dan bukan pra yang tergantung dari pikiran. itulah sebabnya dalam keadaan tidur yang nyenyak, setelah pikiran itu lenyap, pra itu menjadi aktif bersama-sama dengan kelompok pra (hawa murni) yang lain, tidak lenyap bersama-sama dengan pikiran. Adinda telah menanyakan tentang pikiran dan kata-kata yang kedua-duanya menuju ke dalam. Rohani dari arah segala yang ada di sekitar Rohani itu. Dengarkanlah ceriteranya itu baikbaik. Setelah keduanya itu, yaitu Pikiran dan kata-kata itu tiba di tempat Rohani, mereka lalu menanyakan, siapa dari antara keduanya yang lebih tinggi tingkatannya. Menghadapi keduanya itu, Roh yang agung itu lalu memberikan penjelasan sebagai berikut ini: Aku mengetahui dengan pasti bahwa kalian berdua sama memiliki kekuatan-kekuatan yang khas untuk

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 6 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

dirimu sendiri, namun bagaimana pun juga, Pikiran adalah yang lebih tinggi! Kata-kata tidak puas, lalu menjawab sebagai berikut: Hambalah yang selalu mempersembahkan keinginan segalanya yang sepantasnya! Ketahuilah juga adindaku, bahwa Pikiran itu mempunyai dua ciri kepribadian. Yang pertama adalah bentuk kepribadian tetap sesuai dengan pandangan pikiran sendiri di dalam. Dan yang kedua bentuk kepribadian sesuai dengan pandangan orang lain terhadap pikiran kita itu. Misalnya, aku ini, mempunyai pikiran sendiri terhadap bentuk pikiran yang aku miliki ini, sedangkan adinda mempunyai pikiran pula terhadap bentuk pikiranku itu. Adinda mendapatkan gambaran tentang pikiran itu dihasilkan oleh

paduka! Rohani menjawab: Demikian itulah

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 7 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

melalui mantra-mantra yang kuucapkan, melalui tulisan yang kususun, yang kesemuanya itu dapat adinda jangkau dan diberikan tanggapan. Karena itu bentuk kepribadian pikiran yang datang dari luar atau sesuai dengan tanggapan orang lain itu jauh lebih mulia dari pikiran kita tentang bentuk pikiran kita sendiri itu. Itulah pula sebabnya mengapa pikiran yang mengarah ke dalam jauh lebih tinggi mutunya dari pikiran yang diarahkan ke luar. Jadi, pikiran yang ke dalam itu mencakup penilaian orang lain terhadap diri kita dan juga kegiatan introspeksi yang kita lakukan dan pikiran keluar itu adalah pikiran kita yang pada umumnya ditujukan kepada orang-orang dan benda-benda di luar. Karena itu, wahai adinda, jangan lagi ragu-ragu kemana adinda akan menuju: dengan penuh penyerahan nikmatilah buah-buah dari kesetiaanmu, dan aku, dengan menarik nafas

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 8 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

dalam-dalam kuhirup pula pikiran yang adinda pancarkan dan kusebut namamu. Dewi mulia yang menguasai kata-kata, selamanya bermukim di antara pra dan apna. Tetapi Dewi yang diberkati itu tergelincir ke dalam apna, karena berpisah dengan pra. Dia tidak bisa lagi muncul ke atas, bagaimana pun diusahakan untuk mendorongnya. Karena itu Dia bergegas menuju Prajpati seraya menghaturkan sembah: Semoga paduka O yang suci, merasa puas dengan diriku ini! Pada saat itu pra muncul sekali lagi untuk mendorong timbulnya kata-kata, berpapasan dengan hembusan nafas yang dalam dari tarikan nafas yang terakhir, maka sejak saat itu, tidak pernah lagi terdengar ucapan kata-kata.

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 9 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

Kata-kata itu ada yang dikeluarkan dengan jelas, ada pula kata-kata yang tidak terdengar sama sekali, yaitu berkata-kata di dalam pikiran. Dalam hal nilai, kata yang tidak diucapkan lebih bernilai dari kata yang dikeluarkan. Kata-kata yang tidak diucapkan dapat mempunyai banyak arti dan ia selalu menghasilkan kekekalan dan kebebasan. Kata itu mempunyai sifat ganda yang berlawanan, sifat suci dan tidak suci. Adinda perhatikanlah hakekat dasar dari kata-kata itu Isteri Brhmaa selanjutnya bertanya:

Apakah yang diucapkan oleh Dewi penguasa kata dahulu ketika kakanda merasakan dorongan keras untuk berbicara tetapi perkataan itu tidak bisa keluar? Pada waktu itu, kata-kata yang bangkit di dalam badan berkat dorongan pra, lalu

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 10 of 11

Aswamedha Parwa Bagian Ke 21 -----------------------------------------------------------------------------------

bersama-sama

dengan

pra

itu

mengalir

kedalam apna. Dari sana ia menuju ke udna dan bersama-sama dengan nafas terakhir keluar dari badan, namun segera ia diserap oleh alam raya bersama-sama dengan wyna. Setelah itu ia diserap oleh samna dan tetap tinggal di dalamnya. Demikian itulah kata-kata itu diucapkan pada jaman dahulu itu. Demikian, maka pikiran di dalam yang tidak bergerak itu dibedakan dengan Dewi penguasa kata-kata yang bergerak.

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 11 of 11

You might also like