You are on page 1of 8

Aswamedha Parwa Bagian Ke 25 -----------------------------------------------------------------------------------

Bagian Keduapuluhlima

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 1 of 8

Aswamedha Parwa Bagian Ke 25 -----------------------------------------------------------------------------------

Brhmaa tentang rahasia

pertapa

itu

melanjutkan kurban). O ini.

ceriteranya: Dengarkanlah sebuah ceritera kuna Caturhotra yang (Upacara adindaku tercinta, aku akan mengungkapkan sangat dikeramatkan Ketahuilah bahwa seluruh alam semesta ini diliputi oleh empat zat yang kita andaikan sebagai empat pendeta penyelenggara upacara kurban. Keempat pendeta itu adalah Alat-alat (Sarana), Tindakan (Kegiatan). Pengantar (media), dan akhirnya Kebebasan Abadi. Yang disebut alat-alat, sebenarnya tidak lain dari pada alat-alat pengindraan dan penghayatan dari Roh, yaitu hidung, lidah, mata, kulit dan telinga yang semuanya biasa disebut paca indriya, Ditambah dengan pengertian dan pikiran hingga lengkap menjadi tujuh. Karena adanya alat-alat itu, maka kita mendapatkan pengetahuan tentang nilai-

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 2 of 8

Aswamedha Parwa Bagian Ke 25 -----------------------------------------------------------------------------------

nilai. Bau, rasa, warna, suara, rasa raba, semuanya lima hal yang menjadi objek pikiran, dan selanjutnya menjadi objek pengertian. Dan itu semua menjadi penyebab dilakukannya tindakan dan kegiatan. Mereka yang mencium bau, merasakan lezatnya makanan, yang melihat, yang merasakan panas dan dingin, halus dan kasar dan mereka yang mendengar, berpikir dan mengerti. Semuanya itu mempunyai nilai-nilai serta kadar sendiri-sendiri. Mereka yang mendahului menyatakan yang baik dan yang buruk, menikmati yang baik dan yang buruk. (Semuanya ini menyangkut sarana, medium dan tindakan. Sifat-sifat dan kadar yang dimilikinya menyangkut Kebaikan, Nafsu dan Kegelapan). Sedangkan Roh itu tidak dipengaruhi oleh sifatsifat itu. Ketujuh hal yang disebutkan itu mendorong semua mahluk untuk mencari Kebebasan. Orang-orang yang sudah belajar dan

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 3 of 8

Aswamedha Parwa Bagian Ke 25 -----------------------------------------------------------------------------------

pengertiannya

cukup,

terutama

yang

pengertiannya setingkat dengan dewa-dewa, akan dapat menikmati kurban tuangan itu sebagai mana mestinya dan sebagai mana diharapkan. Jadi kurban tuangan yang dipersembahkan kepada Roh (tman) dan seterusnya menuju Brahman; adalah segalagalanya yang tercium oleh hidung, yang terlihat dengan mata, yang terkecap oleh lidah, yang terdengar oleh telinga, yang teraba oleh kulit, yang dapat dipikirkan dan dihimpun oleh pengertian. Semuanya itu dituangkan kepada api suci yang berada di dalam Roh melalui alat-alat yang disebutkan tadi itu, dan dalam menjalankan tugas atau fungsinya itu, alat-alat itu mendapatkan kesenangan dan kedukaan pula. Alat-alat itu bukan Aku, namun orang yang kurang pengertiannya atau yang masih diliputi kegelapan menyatakan bahwa alat-alat itulah si

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 4 of 8

Aswamedha Parwa Bagian Ke 25 -----------------------------------------------------------------------------------

Akunya. Itulah sebabnya, orang bodoh itu, dalam memakan berbagai jenis makanan misalnya, akan terjerat oleh perasaan ke-Akuan yang keliru itu. Bagi orang bodoh itu, yang menikmati bukan Rohnya, melainkan indriyanya. Ia selalu mengatakan bahwa ini atau itu adalah miliknya, namun pada kenyataannya, yang diaku sebagai Dirinya, bukan DIRI yang sebenarnya, ia bersikeras menyatakan bahwa indriyanya itu adalah Dirinya. Karena kegelapan yang meliputi jiwanya, dirinya maka dengan ia bendamengidentifikasikan

benda pemuas yang berada di luar dirinya. Demikianlah ia mengunyah makanan hanya untuk kepentingan dirinya yang palsu itu hingga akhirnya ambruk dicelakan oleh perasaan keakuannya itu. Ia akan memakan makanan larangan dan meminum minuman keras yang akan menghancurkannya. Ia mengunyah dan

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 5 of 8

Aswamedha Parwa Bagian Ke 25 -----------------------------------------------------------------------------------

menghancurkan makanan dan bersamaan dengan itu menghancurkan dirinya sendiri pula. Orang bijaksana, memakan makanan untuk menghasilkan kembali makanan yang telah dikunyahnya itu. Dosa-dosa paling kecilpun tidak akan menodai dirinya sebagai akibat dari memakan makanan seperlunya itu. Segalanya yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan, ataupun yang didengar dan dilihat, diraba dan dicium, itu semuanya telah bergabung di dalam minyak dan dituangkan sebagai kurban persembahan, dicurahkan ke dalam api, setelah menutup semua indriya yang lima jumlahnya dan ditambah dengan pikiran menjadi enam itu. Itulah yang dicurahkan ke Api yang menyala di dalam badan, yang disebut Roh itu. (Dalam setiap keadaan dan kegiatan paca indriya dan pikiran itu supaya dikendalikan, setelah itu obyek pengindraan dan obyek pikiran itu

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 6 of 8

Aswamedha Parwa Bagian Ke 25 -----------------------------------------------------------------------------------

semuanya dituangkan ke atas api suci yang berada di dalam badan, yang tidak lain adalah Roh (tma) itu sendiri). Itulah makna dari setiap upacara kurban, dan demikian itulah aku menyelenggarakannya dengan jalan Yoga. Hanya dengan cara ini, maka api pengetahuan itu tetap menyala-nyala. Dalam upacara Yoga ini, pra yang mengalir ke atas menjadi Stotra. Apna yang bergerak ke bawah menjadi stra penunjangnya. Dan tidak mengikatkan diri kepada apapun juga di dunia ini, menjadi Dakia yang paling berharga dalam upacara Yoga ini. Kesadaran, pikiran dan pengertian bertindak sebagai Hot. Adhwaryu dan Udgat. Prastri dengan stranya adalah kebenaran. Ya, kebenaran itu menjadi Prastri dan stra dalam upacara Yoga ini dan Dakia adalah keadaan kita yang tidak mengikatkan diri kepada apapun benda-benda kenikmatan di dunia ini.

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 7 of 8

Aswamedha Parwa Bagian Ke 25 -----------------------------------------------------------------------------------

Selanjutnya,

orang

yang

biasa

memuja

Nryaa, akan menguncarkan sebagian dari mantram g Weda. Dahulu, di jaman purba, orang menyembelih binatang kurban untuk dipersembahkan, jaman itu sudah lama lampau, sekarang ini, indriya kitalah yang harus dikendalikan, jangan mengikatkan diri kepada segala macam kenikmatan indriya, itulah kurban yang paling utama. Patut pula, dalam hal ini diuncarkan beberapa bait .Samna. Di dalam itu semua terdapat kekuatan. Nryaa adalah Roh bagi segala-galanya!

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 8 of 8

You might also like