You are on page 1of 7

Aswamedha Parwa Bagian Ke 26 -----------------------------------------------------------------------------------

Bagian Keduapuluhenam

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 1 of 7

Aswamedha Parwa Bagian Ke 26 -----------------------------------------------------------------------------------

Brhmaa

pertapa

melanjutkan

wejangannya: DIA adalah seorang raja, yang tidak ada duanya. Raja mulia dari yang paling mulia itu bersemayam di dalam hati sanubari! Sekarang ini aku berbicara tentang Dirinya. Baginda itu yang mendorong aku maju, bagaikan aliran air di atas bidang yang landai. DIA adalah Guru. Guru yang tidak ada bandingannya pula. Dia bermukim di dalam hati sanubari. Sekarang ini aku membicarakan Guru itu. Setelah mendapat pelajarannya, segala jenis ular mendapatkan sifat sebagaimana sepatutnya sifat ular! DIA adalah sahabat yang tidak ada taranya. Dia bermukim di dalam hati sanubari. Sekarang ini aku berbicara tentang sahabat itu. Dengan mendengarkan petunjuk-

petunjuknya, kita akan mempunyai sahabat-

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 2 of 7

Aswamedha Parwa Bagian Ke 26 -----------------------------------------------------------------------------------

sahabat tidak terhitung banyaknya. Dan Sapta i akan berbinar cemerlang di angkasa. DIA adalah seorang penjaga menyelamatkan kita dari mara bahaya. Dia menjaga kita sebaik-baiknya. Dia bermukim di dalam hati sanubari. Sekarang ini aku berbicara dengan dirinya, dan kepadamu aku berbicara tentang dirinya. Setelah hidup bersamanya serta mematuhi segala peraturannya, akra lalu berhasil menguasai seluruh alam di dunia. DIA adalah juga musuh yang tidak ada tandingannya. Dia bermukim di dalam hati sanubari. Sekarang ini aku ingin membicarakan tentang dirinya. Setelah belajar dari musuh yang satu ini seluruh bangsa ular mendapatkan keampuhan bisa yang mematikan itu. Selanjutnya dengarkanlah wahai adindaku, sebuah ceritera kuna tentang DIA ini yang pada suatu hari dihadap oleh bangsa-bangsa Ular,

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 3 of 7

Aswamedha Parwa Bagian Ke 26 -----------------------------------------------------------------------------------

Dewa-dewa, pada i, dan mahluk-mahluk lain yang ada di alam ciptaan ini. Seluruh mahluk di alam semesta ini duduk bersimpuh mengitari DIA yang maha kuasa. Semuanya memohon agar diajarkan apa saja yang terbaik bagi diri mereka masing-masing. Terhadap permohonan mahluk-mahluk itu, Hyang Maha Agung hanya menjawab dengan menguncarkan akara suci O, yang tidak lain adalah akara akti simbol Brahman. Setelah mendengar dengung suara akara itu, semua mahluk itu berlarian ke segenap penjuru Dunia. Berlari dengan membawa keinginan yang bergelora di dalam dada masing-masing. Suatu keinginan yang tidak dapat dibendung untuk meningkatkan diri masing-masing, pengertian sesuai dengan Dari tingkat antaranya, masing-masing.

terlihatlah bangsa ular, yang berlari didorong oleh keinginannya itu dan tumbuh keinginannya

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 4 of 7

Aswamedha Parwa Bagian Ke 26 -----------------------------------------------------------------------------------

yang paling kuat untuk menggigit. Golongan sura liar dan timbul bertenaga dengan keinginannya dahsyat. sifatnya Para yang diri. untuk Dewa suka membanggakan dirinya sebagai mahluk berhati mengembara keinginannya

memberi, sedangkan para i didorong oleh mengendalikan Mahlukmahluk itu sudah menghadap kepada seorang Guru yang sama, mendengar dengungan akara suci O yang sama, yang bergema dengan halus dan lembut merasuk ke dalam hati sanubari, dan setelah itu semuanya lalu merasakan dorongan yang kuat sekali, bersumber dari dalam, dan timbullah sifat diri masing-masing yang sangat berbeda-beda itu. Adalah DIA yang satu itu yang mendengar kalau kita berkata-kata, dan hanya DIA saja yang dapat memahami kata-kata itu seutuhnya. DIA saja yang mampu memahami segala bentuk doa yang diucapkan sendiri, DIA

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 5 of 7

Aswamedha Parwa Bagian Ke 26 -----------------------------------------------------------------------------------

itulah Guru yang tidak ada duanya di Jagat Raya ini! Semua sifat dan tingkah laku didorong oleh DIA yang satu itu. DIA, sang Guru yang mampu memahami, yang mendengar dan juga yang menjadi musuh dan menghukum ta. Adalah DIA itu yang bermukim di dalam hati sanubari setiap mahluk. DIA yang mendorong agar kita berbuat dosa, dan sebaliknya DIA pula yang mendorong kita untuk berbuat kesucian. Dia juga yang menjatuhkan kutuk kepada kita hingga kita menjadi liar tak terkendalikan mendorong kita untuk mengejar-ngejar kesenangan dan nafsu keduniawian. Dia juga yang menjadi Brahmacrin yang selalu berusaha mengendalikan perasaannya dan mengendalikan indriyanya. Dia juga yang menyebabkan kita mengucapkan melakukan sumpah dan janji yang untuk menuju tindakan-tindakan

kesucian dan menyerahkan diri sepenuhnya

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 6 of 7

Aswamedha Parwa Bagian Ke 26 -----------------------------------------------------------------------------------

kepada Brahman. Dengan hidup di Dunia dan selalu menyelaraskan diri dengan Brahman, dia menjadi seorang Brahmacrin, seorang siswa pemuja Brahman. Brahman menjadi bahan bakarnya, Brahman menjadi apinya, Brahman sumber dari segala permulaan, Brahman airnya, Brahman Gurunya, dan dia terserap seluruhnya di dalam Brahman. Brahmcrya itu bersifat sedemikian lembut dan hanya dapat dipahami oleh orang-orang bijaksana saja. Setelah mampu meresapkan ajaran-ajaran ini, maka ia akan memutuskan untuk mengambil jalan itu, dan selanjutnya ia akan diajar oleh DIA yang paling mengetahui, yaitu Ketraja!

----------------------------------------------------------------------------------Seri Bhratayuddha Page 7 of 7

You might also like