You are on page 1of 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIV/AIDS

Oleh

Ns. Rondhianto, M.Kep


Bagian Keperawatan Medikal Bedah dan Kritis

PSIK - UNEJ

Review
-

Stigma AIDS ; Penyakit para pendosa Penyakit kutukan Penderita harus disingkirkan, karena akan menimbulkan bencana

Pendahuluan

AIDS merupakan wabah penyakit AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara Pada Januari 2006, UNAIDS bekerjasama dengan WHO memperkirakan AIDS telah menginfeksi 38,6 juta orang menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang 2005 ; 2,4 hingga 3,3 juta meninggal (500 ribu adalah anakanak) 1/3 kejadian berada di negara sub-sahara. Hukuman sosial bagi penderita yang terkena HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya

Epidemiologi Indonesia

Dalam triwulan April s.d. Juni 2012 dilaporkan tambahan kasus HIV & AIDS sebagaimana berikut :

HIV 3,892 AIDS 1,673

Jumlah kasus HIV & AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d. 30 Juni 2012 adalah :

HIV 9,883 AIDS 2,224

Scr kumulatif kasus HIV & AIDS 1 April 1987 s.d. 30 Juni 2012 :

Total HIV : 86,762 Total AIDS : 32,103 Kematian : 5,623

Kumulatif penderita berdasarkan jenis kelamin

Tidak termasuk 1122 kasus di DKI Jakarta pada 2011, karena masih dalam proses validasi data

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur

Tidak termasuk 1122 kasus di DKI Jakarta pada 2011, karena masih dalam proses validasi data

Definisi AIDS

Sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi
(Center for Disease Control and Prevention)

Etiologi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) Mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Disebut yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus Sifat afinitas yang kuat terhadap limfosit T menurunkan kekebalan tubuh Orang menjadi rentan terhadap infeksi lain ataupun mudah terkena tumor. Penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan

Patofisiologi

HIV menyerang sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik/sel langerhans. Infeksi : Tjd ikatan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka HIV menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Sel T4 turun maka imun seluler turun. Dikuti menurunnya fungsi sel T, Sel B dan Makrofag

HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron

Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun Jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200 per ml darah. < 200/ml ; muncul infeksi : herpes zoster dan jamur oportunistik T4 <<< Infeksi semakin parah Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah 9-10 tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan Laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun.

Faktor yang mempengaruhi infeksi HIV--AIDS

Status imunitas Akses perawatan kesehatan Infeksi oportunistik (tgt daerah geografis) Warisan genetik orang tua terinfeksi Terapi antiretrovirus

DIAGNOSIS ???
WHO (1990 diperbaiki th. 2005) Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS

Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

Klasifikasi CDC (1993)


Kategori A Infeksi HIV yang asimptomatik. Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI :Persistent Generalized Limpanodenophaty) Infeksi HIV primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi HIV yang akut.

Kategori B

Angiomatosis Baksilaris Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ ) Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan. Leukoplakial yang berambut Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf. Idiopatik Trombositopenik Purpura Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

Kategori C

Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus Kanker serviks inpasif Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata Kriptokokosis ekstrapulmoner Kriptosporidosis internal kronis Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe ) Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan ) Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis ) Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner

Kategori C lanjut

Isoproasis intestinal yang kronis Sarkoma Kaposi Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner ) Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner Pneumonia Pneumocystic Cranii Pneumonia Rekuren Leukoenselophaty multifokal progresiva Septikemia salmonella yang rekuren Toksoplamosis otak Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

Setelah diagnosis ditegakkan


Dengan perawatan : masa hidup +/- 5 tahun atau lebih Tanpa perawatan : 1 tahun.

MANIFESTASI KLINIS

Tjd infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dan parasit yang dalam keadaan normal bisa dikendalikan oleh elemen sistem kekebalan yang dirusak HIV (infeksi oportunistik) Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Gejala sistemik : demam, keringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, kelemahan, dan penurunan berat badan.

Fase

HIV primer akut (1-2 mgg) : pasien akan merasakan sakit seperti flu
Fase supresi imun simptomatik (3 tahun) : pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan, ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) ; tgt infeksinya

KOMPLIKASI
1.

Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat

2. Penyakit paru-paru

Infeksi bisa karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
Tersering adl : Pneumonia pneumocystis dan TBC

a. Pneumonia pneumocystis

Disebabkan fungi Pneumocystis jirovecii


Merupakan indikasi pertama AIDS pada orang yang belum dites (muncul jika jumlah CD4 kurang dari 200 per L)

b. TBC

Infeksi unik di antara infeksi terkait HIV lainnya karena dapat ditularkan ke orang yang imunokompeten melalui rute respirasi Dapat dengan mudah ditangani setelah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, dan dapat dicegah dengan terapi obat Namun demikian, kekebalan terhadap berbagai obat adalah masalah serius pada penyakit ini Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per L), TB muncul sebagai penyakit paru-paru Pada infeksi HIV lanjut, TB sering muncul dengan penyakit ekstrapulmoner (sistemik).

3. Penyakit saluran pencernaan

Esofagitis Infeksi jamur (kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau sitomegalovirus). Diare kronik Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, atau Escherichia coli) serta parasit yang umum dan infeksi oportunistik tidak umum seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, kolitis kompleks Mycobacterium avium dan sitomegalovirus (CMV). atau karena efek samping obat-obatan anti HIV Hepatitis Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.

4. Penyakit saraf

Toksoplasmosis o.k : Toxoplasma gondii ensefalitis, radang pada mata dan paru-paru.
Leukoensefalopati multifokal progresif o.k : virus JC (peny. Demielinasi) Kompleks demensia AIDS Ensefalopati metabolik yang disebabkan oleh infeksi HIV dan didorong oleh aktivasi imun makrofag dan mikroglia otak yang terinfeksi HIV yang mengeluarkan neurotoksin Meningitis kriptokokal infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans menyebabkan pasien demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah

Kanker yang berhubungan dengan HIV

Hal ini terjadi karena infeksi dengan virus DNA onkogenik, terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes penyebab sarkoma Kaposi (KSHV) dan papilomavirus manusia (HPV).

a. Sarkoma Kaposi Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia8 yang juga disebut virus herpes sarkoma Kaposi (KSHV). Sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keunguunguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paruparu.

Sarkoma Kaposi

b. Limfoma Disebabkan oleh virus Epstein-Barr) atau KSHV. c. Kanker leher rahim (HPV)

d. Tumor lainnya limfoma Hodgkin, karsinoma anal, dan karsinoma usus besar
Namun demikian, insiden dari banyak tumor yang umum, seperti kanker payudara atau kanker usus besar tidak meningkat pada pasien terinfeksi HIV.

6. Infeksi oportunistik lainnya

Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan
Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium aviumintracellulare dan sitomegalovirus

Transmisi
Penularan melalui hubungan seksual Paparan dengan cairan tubuh yang terinfeksi Transmisi ibu ke fetus atau anak selama periode perinatal

1. Penularan melalui hubungan seksual

Ada kontak sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya Kekerasan seksual >>> risiko penularan HIV. karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik thd rongga vagina, memudahkan transmisi HIV. PMS meningkatkan insidensi 4 x HIV (t.u sifilis) Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.

Pencegahannya ??? Pendekatan ABC

Abstinence or delay of sexual activity, especially for youth (berpantang atau menunda kegiatan seksual, terutama bagi remaja),

Being faithful, especially for those in committed relationships (setia pada pasangan, terutama bagi orang yang sudah memiliki pasangan) Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, bagi orang yang melakukan perilaku berisiko).

Pendekatan CNN

Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, bagi orang yang melakukan perilaku berisiko)
Needles, use clean ones (jarum, gunakan jarum yang bersih) Negotiating skills; negotiating safer sex with a partner and empowering women to make smart choices (kemampuan negosiasi; menegosiasikan seks yang lebih aman dengan pasangan dan memberdayakan perempuan agar dapat memilih dengan bijak).

Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakan uji acak terkendali mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan risiko infeksi HIV pada pria heteroseksual Afrika sampai sekitar 50%.

2. Paparan dengan cairan tubuh yang terinfeksi

Berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah
Pencegahan : Universal precaution : petugas Kes. Jarum suntik sekali pakai (2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman) Periksa produk darah (5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi )

3. Transmisi ibu ke anak

InUtero (saat kehamilan) dan saat persalinan. Resiko tertular 25 %. Menggunakan terapi antiretroviral dan melahirkan dgn SC; resiko 1 % Menyusui : risiko transmisi sebesar 10-15%.

Pencegahan : Ibu dengan infeksi HIV positif lakukan : - Terapi antiretroviral, melahirkan dgn SC, dan berikan bayi susu formula.

Penatalaksanaan
Tahap Pre Infeksi :

Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Ada Infeksi :

Pengendalian Infeksi Opurtunistik Terapi AZT (Azidotimidin) : menghambat replikasi antiviral HIV (1987) Didanosine Ribavirin Diedoxycytidine Recombinant CD4 : menghambat proses replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus. Vaksin dan Rekonstruksi Virus ; Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen seperti interferon Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi HIV

A. PENGKAJIAN PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN - Nama - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Status perkawinan - Agama - Suku bangsa - Pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian. - Gali informasi terkait dengan pasien dengan cara autoanamnesa atau alloanamnesa.

II. Riwayat penyakit


Keluhan Utama Riwayat Penyakit Riwayat penyakit dahulu

III. Pengkajian Pola Fungsional Gordon


IV. PEMERIKSAAN FISIK : HEAD TO TOE

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM A. Tes laboratorium


1. -

Tes Serologis Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA) Western Blot Assay Indirect Immunoflouresence Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
2. Pemeriksan lain Pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.

3. Neurologis EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)


4. Tes Lainnya Sinar X dada : perkembangan filtrasi interstisial dari PCP Tes Fungsi Pulmonal: Deteksi awal pneumonia interstisial Biopsis Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi Brankoskopi / pencucian trakeobronkial

b. Tes Antibodi
Infeksi HIV terbentuk antibodi Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan Kurang efektif

PRIORITAS KEPERAWATAN

Mencegah/memperkecil infeksi Mempertahankan homeostasis Meningkatkan kenyamanan Memberikan penyesuaian psikososial Memberikan informasi mengenai proses penyakit, prognosis dan kebutuhan perawatan

TUJUAN PEMULANGAN

Infeksi dapat dicegah Komplikasi dapat dicegah/dihindari Rasa sakit/tidak nyaman dikurangi Pasien dapat berhdapan dengan situasi sekarang dan secara realistis Diagnosis, prognosis, dan pengobatan dapat dipahami

DIAGNOSA, NOC, NIC

You might also like